Realize

11K 1.3K 172
                                    

Keberadaannya seperti angin yang menghembus sejuk.

Tidak terduga.

Hingga saat tersadar, aku sudah terlanjur jatuh padanya.

***

Nggak ada kan?

Beneran nggak ada kan, ya?

Kuintip sekali lagi dari balik pintu yang kubuka perlahan. Disana ada Miki yang lagi duduk di karpet dengan mainannya yang bertebaran dimana-mana. Menggerung-gerung pelan dengan kata-katanya yang belum jelas.

"Miki~" bisikku, berharap Miki mendengar panggilanku dari balik sini. Kumajukan tubuhku, nungging-nungging di depan pintu kosan cowok.

Nista banget sumpah.

"Mikiii~ sini, Mikii~" lanjutku lagi. Masih berharap. Sebelum akhirnya pandanganku terhalang oleh celana bahan berwarna gelap dan aroma maskulin mint menyegarkan yang biasa Kak Ryuu pakai.

Dan pintu itu tiba-tiba terbuka lebih lebar. Dengan Kak Ryuu yang jaraknya kini hanya satu jengkal dengan wajahku.

"Ume, kan gue udah bilang..." Kak Ryuu bergumam. Berjongkok, membuat wajahku dan wajah Kak Ryuu berhadapan satu sama lain. Masih dengan wajah datarnya yang tidak berubah.

"Kak Ryuu cuma bilang jangan ke kosan lagi tanpa ngasih tau alesannya! Terus aku mesti gimana coba?" Seruku cepat sebelum akhirnya mulutku dibekap dengan tangannya.

"Udah malem. Berisik woy!"

"Abisnya... aku kangen..."

"..."

Kak Ryuu mengerjapkan matanya beberapa kali, pelan. Dari pengalamanku sebelum-sebelumnya, aku tahu dia sedang kaget karena suatu hal. Tapi apa?

Ah!

ITU GARA-GARA UCAPAN LO YANG AMBIGU WOY!

"Ka- kangen Miki maksudnyaa!" cepat-cepat kuralat ucapanku, dan kulihat wajahnya kembali sedatar lantai kosan yang dingin.

"Boleh masuk, yaa..."

"Nggak"

"Mau masuuk..."

Sudah hampir dua minggu ini aku dilarang ke kosan Kak Ryuu. Nggak boleh ketemu Miki. Kak Ryuu nggak pernah kelihatan di kampus.

Semuanya karena alasan yang bahkan aku nggak tau itu kenapa.

Kak Ryuu kelihatan kayak biasa. Bahkan mungkin dia udah lupa beberapa hari yang lalu kita berantem, dan aku manggil dia pedofil. Ini berarti aku nggak harus minta maaf kan ya?

"Me, mulai minggu depan, lo nggak usah ke kosan gue lagi."

Nggak ada angin, nggak ada badai, tiba-tiba kalimat membingungkan itu keluar dari mulut Kak Ryuu. Aku mengernyitkan dahi. Bahkan es krim coklat yang ada di mulutku belum sempat tertelan saat Kak Ryuu mengucapkannya.

Bentar, bentar. Apa maksudnya nih?

"Gimana, Kak?" Aku mencoba mengonfirmasi pendengaranku sekali lagi.

"Bahaya di kosan gue."

"Terus yang ngurus Miki siapa dong, ntar?"

"Gue sama Juna aja udah cukup" Kak Ryuu memutar-mutar sendoknya.

"Mana mau Miki sama pasangan homo!"

"Woy!"

"Kak Ryuu... masih ngambek gara-gara waktu itu?"

Love Me BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang