Miki dan Ume

21.3K 1.8K 76
                                    

Kalau gak mau, gue sebar foto ini.

Kata-kata terakhir di Line itulah yang membuatku akhirnya datang ke tempat ini. Permata Bunda Daycare. Sebuah gedung berwarna biru muda dengan banyak bunga-bunga indah di pekarangannya. Ada ayunan, perosotan, dan beberapa mainan yang tampak sepi karena anak-anak sudah hampir pulang semuanya. Aku masuk ke dalamnya, dan bertemu dengan perempuan muda. Mungkin dia guru disini juga.

"Iya, Ibu mau jemput siapa, ya?" Tanya perempuan itu padaku.

Sial, aku dibilang ibu. Emangnya tampangku udah kayak ibu-ibu, mbak? Padahal kayaknya kita seumuran deh...

"Mmh... saya mau jemput Miki, mbak..." balasku mengabaikan panggilan mbak-mbaknya padaku.

"Oh, Miki. Mari, bu, ikut saya..." sahutnya. Nadanya terdengar riang. Aku dibawa ke sebuah pintu dengan tempelan bunga-bunga dan hiasan-hiasan yang biasa ditemukan di TK dan sebuah tulisan dengan gambar kucing dibawahnya bertuliskan: Kelas Anak Kucing.

Lucu banget! Kelasnya dikasih nama pakai nama binatang!

"Miki, Mama jemput, nih!" Seru mbak-mbak itu sambil membuka pintu. Dan pemandangan pertama yang kulihat adalah Miki yang sedang duduk dengan sebuah buku di pangkuannya. Miki mendongak dengan cepat saat mbak-mbak itu mengucapkan kata Mama.

"Mama!" Pekiknya menatapku. Miki berdiri, membiarkan bukunya terjatuh sembarangan. Kemudian dengan langkah kakinya yang kecil-kecil dan belum stabil dia berlari girang ke arahku. Oleng kiri, oleng kanan.

"Mama! Mama!" Miki terpekik, tertawa-tawa.

Bletak!

Miki jatuh!

"Aaaah... Miki!" Seruku menghampirinya.

Miki bangun dari jatuhnya. Terduduk, diam...

"Huweee... mamaaa..." tangannya menggapai sebarang arah, mulai nangis, dia menatapku minta digendong.

"Aduuuh... cep, cep! Coba liat sini mana yang sakit?" Aku mengangkatnya ke pelukanku. Menangkup muka kecilnya dan melihat ada memar kecil di jidatnya.

"Aduuh... Miki jidatnya benjool... sakit ya?"

"Cakiiit..." Miki ikut memegang jidatnya.

"Miki kuat! Tadi gimana jatohnya?"

Miki sesegukan. Tapi Miki tetap memegang jidatnya, lalu memukulnya pelan. Sepertinya dia sedang mempraktekan bagaimana tadi dia jatuh, dan akhirnya benjol.

"Gitu ya?" Aku meniru Miki. Aku memukul pelan jidatku juga.

"Adudududuh..." aku pura-pura meringis.

"Ehe..." Miki tersenyum melihatku mengaduh-aduh. Miki lagi-lagi memukul jidatnya.

"Mama, adududu..." katanya tertawa kecil.

"Iyaa... Miki pinter! Tadi Miki adududuh ya?" Aku ikut tertawa. Ya ampuuun, anak ini gemesin banget! Saking polosnya, dia malah ikut menepuk jidatnya yang benjol, dan tertawa lupa akan sakitnya.

"Miki semangat banget ketemu mama, ya?" Seru mbak-mbak itu menghampiri kamu berdua. Di tangannya ada minyak tawon.

"Miki pake ini dulu ya, biar gak sakit lagi" lanjutnya lagi. Miki meronta di gendonganku melihat minyak tawon.

"Maaah... ng-gaaa" dia menggeleng-geleng. Miki nggak mau pakai minyak tawon.

"Miki nggak mau pake minyak tawon? Kenapa?" Tanyaku. Miki menggeleng-geleng sambil menutup hidungnya dengan tangan.

Love Me BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang