Bagian 17

2.6K 107 16
                                    

Waiitttt

Anjiirrr bola matanya Rizky boleh juga

Dag Dig Dug entah mengapa ketika aku menatap mata Rizky jantungku langsung berdetak kencang. Ahh paling cuma karena gue kaget aja kali gumamku dalam hati.
Masa iya aku suka sama Rizky, kan aku benci banget sama dia.

"Woy, Hello" Ucap Rizky dan melambaikan tangannya, membuatku tersadar kalau aku masih dipeluk olehnya, ya, dipeluk.

"Ihhh kesempatan banget lo ya meluk-meluk gue" Bentakku dan langsung mendorong Rizky agar menjauh dariku.

"Ihhh siapa juga yng nyari kesempatan buat meluk elo, gue ga usah Na cari kesempatan buat meluk lo. Karena suatu saat nanti gue yang bakal meluk lo dikala lo tidur Na" Kata Rizky dan mengedipkan sebelah matanya.

"Dih, ngayal lo. Udah ahh gue laper mau makan" ucapku dan pergi meninggalkan Rizky. Kuhampiri Ryan dan Viona yang sedang menata makan malam.

"Enak ya, dipeluk Rizky gitu, jadi pengen" ucap Ryan dan melirik Viona. Mata Viona sudah melotot dan mungkin bakal pengen keluar tuh bola mata.

"Lo bilang apa tadi yan? pengen meluk gue ya?? sini yan sini, nehh peluk ketek gue" ucap Viona dan menggosokan tangannya diketiaknya, gak tanggung-tanggung tangannya langsung menempel di hidung Ryan

"ehhh buset Vi, lo mandinya gimana si? udah mandi tapi masih bau kambing. Untung gue sayang" Celoteh Ryan.

"Tai ahh, gue laper, minggir lo" bentak Viona dan mendorong Ryan agar menyingkir dari hadapannya.

"Oh ya Na, tadi gue udah ijin ke nyokap bokap buat nginep dirumah lo selama Nico pergi, dan oh ya lo beso sekolah kan?" ucap Viona sembari memberikanku piring.

Lagi lagi aku teringat akan mimpiku tentang kehilangan Nico selamanya. Bagaimana kira kira kondisi Nico saat ini? Ahhh entahlah, aku hanya bisa membungkamkan wajahku diatas meja makan dan memikirkan Nico Nico dan Nico.

"Na, woiii lo kenapa sih, gue tanya ehh malah membanting wajah" ucap Viona yang kini sibuk menyantap soup masakan Rizky tadi.

"Gue ga banting wajah bego, gue lagi mikir" kataku dan masih membungkamkan wajahku diatas meja.

"Apaan sih Na yang lo pikirin? Lo tenang aja Na, kan masih ada gue yang bakal ngejagain lo. Lo jangan khawatir tentang Nico dia baik-baik aja kok"  ucap Rizky dan membelai rambutku.

Tapi salah ucapan Rizky membuatku sangatlah marah. Aku membuang tangannya yang masih menempel dikepalaku. Ku tegakkan kembali kepalaku yang sudah basah akan air mataku. Dan yaps tadi aku menangis. Lagi.

"Gimana gue ga khawatir? Gue ini adiknya, dan dia kakak gue, kakak kandung gue, kakak gue satu satunya. Sekali-sekali lo yang ada diposisi gue buat ngerasain gimana rasanya ditinggalin!."Ucapku membentak dan memukul meja. Aku beranjak pergi, tetapi ada sesuatu yang menahan tanganku. Yapss Rizky memegang erat tanganku dan mulai berdiri.

"Lo seharusnya Na yang ada diposisi gue, gue nunggu lo hampir 3 tahun Na dari semenjak gue jatuh cinta samaa lo, tapi apa respon dari lo? Lo cuma ingin menghindar dari gue. Pernah ga sih lo diajarin sama kakak lo buat ngehargain perasaan orang?" Kata Rizky. Emosiku telah memuncak dan tak tahan lagi, rasa lapaer dalam perutku seakan akan menghilang ditelan dunia. Aku melepaskan genggaman tangan Rizky lalu pergi.

Aku menuju kearah kamar Nico, entah mengapa aku harus kesini, seakan panggilan jiwaku tertuju pada kamar ini. Aku terduduk di pinggiran kasur dan menangis. Aliran air mataku begitu deras mengahalkan derasnya air hujan yang turun malam ini.

Tuk tuk tuk

"Na ini gue Viona, gue boleh masuk ga?" ucap Viona yang masih berada di luar kamar.

"Vi, gue lagi pengen sendiri, kalo lo mau tidur, lo tidur di kamar gue aja" Ucapku yang masih menangis tersedu-sedu.

Suara diluar lenyap, mungkin Viona ingin mengerti diriku yang ingin sendiri.

Lagi lagi aku memikirkan, bagaimana bisa Nico setega itu meninggalkanku sendiri dan mengirimkan makhluk yang paling aku benci seumur hidup?

Apa salahku padanya?
Disaat aku ingin membuktikan bahwa aku bisa menjadi pribadi yang mandiri dan hebat Nico malah pergi.
Bukan karena apa, karena setiap manusia yang ingin berubah ke arah baik haruslah ada seseorang yang mendorongnya dari belakang, bukan meninggalkannya. Nico selalu berjanji padaku akan menjaganya. Tapi mengapa ia pergi? Mengapa??

Kuraih ponselku yang dari tadi belum aku cek, aku melihat kontak pesan, tak ada pesan dari Nico, begitu uuga dengan panggilan, tak ada panggilan dari Nico.

Aku hanya memperhatikan layar ponselku yang bertuliskan My Big Sunrise. Dan mulai menangis. Aku memandamkan kepalaku dan berusaha menutup mataku, tapi aku tak bisa, jadi aku memutuskan untuk menyetel lagu nina bobo favorite aku. Biasanya kalau aku lagi gak bisa bobo, Nico selalu setel lagu ini dan dia ikutan nyanyi padahal suaranya jelek banget. Tetapi entah mengapa lagu ini selalu berhasil bikin aku tertidur.

Dan aku tak tahu apakah malam ini akan berhasil membuatku tertidur atau tidak.

Aku meraih kotak musik yang bearada diatas meja Nico, dan mulai memutarkan lagunya.
Aku sedikit ikut bernyanyi dengan suaraku yang parau, berusaha agar bisa merasakan kehangatan seorang Nico disiku. Perlahan aku mengikuti liriknya.

*Cek media biar feelnya kena*
The other night dear, as I lay sleeping
I dreamed I held you in my arms
But when I awoke, dear, I was mistaken
So I hung my head and I cried.

You are my sunshine, my only sunshine
You make me happy when skies are gray
You'll never know dear, how much I love you
Please don't take my sunshine away

I'll always love you and make you happy,
If you will only say the same.
But if you leave me and love another,
You'll regret it all some day:

You are my sunshine, my only sunshine
You make me happy when skies are gray
You'll never know dear, how much I love you
Please don't take my sunshine away

You told me once, dear, you really loved me
And no one else could come between.
But not you've left me and love another;
You have shattered all of my dreams:

You are my sunshine, my only sunshine
You make me happy when skies are gray
You'll never know dear, how much I love you
Please don't take my sunshine away

In all my dreams, dear, you seem to leave me
When I awake my poor heart pains.
So when you come back and make me happy
I'll forgive you dear, I'll take all the blame.

You are my sunshine, my only sunshine
You make me happy when skies are gray
You'll never know dear, how much I love you
Please don't take my sunshine away

Akhirnya aku tertidur dengan lelap setelah lagu ini usai. Meski kehangatan yang aku rasakan saat ini sudah tak sama lagi.

"Nico, jika suatu saat nanti aku terlahir kembali, bolehkah aku menjadi pendampingmu atau temanmu? Agar aku bebas mencintaimu tanpa ada rasa bersalah."

-----------------------------
Thanks buat yang udah support cerita ini.
BTW komen dong ahhhhh...
Masa sepi sekaleeee...
Tar aku ngambek loh..
Ehh gadeng,
Ya udah gpp ko kalian ga komen, aku cuma bilang makasi aja buat kalian yang setia baca cerita ini..
Ehh kalo nanti cerita ini diterbitin gimana menurut kalian???

Love hug

D.A

My Brother, My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang