Bagian 7

7.2K 216 3
                                    

    Sinar mentari menyelinap dan menyilaukan mataku. Aku membuka mataku, dan terbangun dari lelap tidur. Aku meraba-raba sekelilingku, ternyata Nico sudah tak ada di sampingku. Mungkin dia sudah bangun duluan. Mataku mencari-cari jam weker. Sudah jam berapa ini? Jarum panjang menunjukan angka 8 dan jarum pendek berada pada titik tengah antara angka 6 dan 7. Whaaattttt???? Guee telat bangunn.. Tidakkkkk.. Teriaku dengan nada yang berbisik.  Aku takut berteriak kencang karena takut Nico akan panik mendengar teriakanku yang kencangnya melebihi suara petir. Aku lompat dari ranjang dan menuju kamar mandi di kamar Nico. Tanpa pikir panjang aku mandi dengan cepat kilat. Saat ini otakku tak ku kontrol untuk memikirkan Nico. Yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya berangkat kesekolah dalam kurun waktu 20 menit tanpa ada hambatan. Seusaiku mempersiapkan diri untuk pergi kesekolah, aku terjun dari lantai atas ke lantai bawah dan menuju dapur. Di dapur aku terkaget.

Deggggg...

    Nico berdiri di depan kompor dan sepertinya dia sedang memasak. Dia sudah berpakaian rapi dan dengan sisiran rambut khasnya. Aku berteriak dan berlari menuju ke arah Nico.

"Aaaaaaaaaaaaaaaa kakakkkkkkkkk...!" Teriakku sangat kencang dan memeluk Nico sangat sangat erat sehingga dia tidak bisa bernafas.

"Kakak, aku seneng banget kakak sudah sembuh" kataku dan memeluk Nico makin kencang dan kencang hingga dia tak bisa berbicara. Aku merasakan tanganku yang memeluk Nico diremas sangat erat sehingga aku sadar bahwa Nico tak bisa bernafas gara-gara pelukanku.

     Akhirnya aku melepaskan tanganku dan meraba pipi Nico, tanpa sadar, aku mencium bibir Nico dan Nico membalas ciuman ini. Bibir Nico sangat hangat, lebih hangat daripada sang mentari pagi yang menyinari kami dari celah-celah jendela. Aku tak kuasa akan ciuman yang kesekian kalinya, tetapi ciuman ini lebih basah dari sebelumnya, dan di bakar api cinta yang panasnya sangat membara dari sebelumnya. Aku mencintaimu, hanya kamu, walaupun kau kakakku. 'Cause you are my everything. Batinku dan makin bermain dengan bibir Nico yang semakin hangat dan basah.

    Kami berciuman sangat lama sehingga membuat aku sadar bahwa aku harus berangkat ke sekolah. Aku melepaskan ciuman itu dan wow bibirku dan Nico sangat basah. Kami hanya tertawa melihat warna merah merona yang muncul dipipi kami. Aku meraba pipi Nico yang mengusapkan jariku pada bibir Nico untuk membersihkan bibir Nico yang basah, begitu pula Nico, ia membersihkan bibirku yang basah dengan tanganya. Aku tertunduk malu melihat tingkah kami. Tanpa sadar badanku terasa seperti di tarik magnet dan terjatuh di atas dada bidang Nico. Aku tertawa membayangkan apa yang terjadi tadi dan tangan Nico membelai rambutku dengan lembut, sangat lembut. Nicopun mendekatkan wajahnya ketelingaku.

"Aku membuat nasi goreng kesukaanmu, sarapanlah dulu" bisiknya dan mencium pipiku.

    Aku melepaskan pelukanku dan menatap dalam mata Nico. Nico hanya tersenyum dan membelai rambutku. Aku berjalan menuju meja makan dan menyantap nasi goreng special buatan Nico.

"So, gimana rasanya?" Tanya Nico dan mengangkat alisnya.
"Luarr biasa.." jawabku dan mengajukan jempol pada Nico. Nico mengacak-acak poniku dan alhasil poniku berantakan lagi.

    Setelah selesai sarapan kami menuju garasi dan mempersiapkan mobil untuk perjalananku menuju kesekolah dan perjalanan Nico menuju ke kampus. Di perjalanan, aku memutar musik kesukaanku di dalam mobil. Penyanyi kesukaanku ini sangat lucu, bertubuh kecil dan memiliki suara oktaf yang tinggi. Gadis kelahiran Boca Raton, Florida, AS ini telah menyihirku dengan suara-suaranya yang indah. Ya..  mungkin beberapa dari kalian sudah tahu siapa dia. Yapsss dia adalah Ariana Grande. Aku sangat menyukainya, selain memiliki suara yang indah, Ariana juga memiliki tinggi badan dan lekuk tubuh sama seperti diriku. Kecil tetapi sexy. Untuk pemanasan aku memutar lagu Almost Never Enough. Nico hanya mengikuti alunan suara musik yang aku putar walaupun dia tidak mengerti arti dari lagu itu. Akhirnya, kami sampai juga di sekolahku sebuah sekolah menengah atas yang ternama di daerahku. Nico turun dari mobil dan membukakanku pintu. Aku bersandar di ambang pintu mobil yang sydah tertutup.

"Nanti, pulang sekolah kita ke festival bunga matahari ya.." ajakku dan tersenyum lebar ke arah Nico.

"Pastinya donk my little sunny" kata Nico yang mengacak-acaki poniku lagi. Dia membelai rambutku dan mencium keningku. Nico mengelus pipiku dan masuk ke dalam mobil. Aku melihat kepergian Nico yang menjauh dan melambaikan tanganku.
   
    Di depan gedung sekolah, Viona sudah menantiku dengan tangan yang menyilang didada. Aku berlari kecil untuk menghampirinya. Viona memelukku dan aku balas pelukannya, tak hanya itu aku juga mengekspresikan wajahku dengan rasa bahagia hari ini. Viona yang kebingungan dengan keadaan sahabatnya ini hanya bisa menarik tanganku dan memaksaku untuk bercerita.

"Kamu kenapa sih Na? Kok kaianya seneng banget. Cerita donk Na, pleaseee..." Pinta Viona dan sedikit berlutut di depanku.

"Ada deh... ihh Viona kepo ah," gurauku yang membuat wajah Viona makin cemberut aja. Aku tak tega melihat wajah cemberut Viona itu.

"Yaudah.. nanti aku ceritain, tapi masuk kelas dulu. Kamu gak mau kan diomelin pak Jonas bin Honest gara-gara telat masuk kelas pas pelajarannya?" Kataku yang akhirnya berjanji akan bercerita kenapa aku berbahagia. Viona hanya mengagguk dan menarik tanganku begitu kencang. Karena saking penasarannya, Bruuuuukkkkk Vionapun sampai menabrak Ryan * mantan ketua osis paling cakep, jago basket dan pinter*. Wajah Viona sangat memerah ketika ia menabrak Ryan.

"Aduh maaf ya Ryan, aku gak sengaja. Aduh maaf banget ya,  jadi gak enak." kata Viona dengan wajah yang sangat memerah. Viona tak berani menatap mata Ryan yang berwarna coklat membara. Viona hanya bisa tertunduk dan Wooow...
Ryan menarik dagu Viona dengan sangat lembut, sehingga mereka saling bertatap muka.

"Kalau kamu mau berbicara pada seseorang yang berada di depanmu, janganlah menatap sepatunya tapi tataplah matanya. Oke gak apa-apa kok, lain kali jangan lari-larian kaya gitu." Tutur Ryan yang sangat dingin. Dia tak seperti teman sekelasku yang lainnya. Ryan berbeda, dia sangat dingin dan tertutup. Pantas saja Viona sangat tergila-gila pada Ryan dari kelas 1 SMA. Akhirnya Ryan meninggalkan kami dan kamipun berjalan menuju ke kelas.

    Sesampainya dikelas, Viona mendudukanku secara paksa.
Awwwwww... Teriakku karena pantatku berbenturan dengan kursi yang tak empuk sama sekali. Viona duduk disebelahku dan memandangku dengan mata yang berbinar berharap aku segera menceritakannya. Aku hanya diam menatap Viona agar rasa penasaran Viona makin meningkat. Lamalah waktu yang kami lalui dengan saling menatap, lama-lama Viona memanyunkan bibirnya.

"Ahhhh gak asik kamu Na, janji mau cerita tapi malah natap aku kaya gitu, kan aku tambah penasaran. Ahhh BeTe aku Na.." Kata Viona dengan wajah yang murung. Dia bangkit dari tempat duduknya tetapi aku mencegatnya.

"Cieee ngambek, sini duduk aku ceritain sekarang" kataku menggoda Viona. Ku tarik tangan Viona dan Vionapun menyimpulkan senyum yang sangat-sangat lebar hingga giginya yang putih bersih terlihat.

"Gitu donk Na.." kata Viona dan mencubit kedua pipiku dan Awwwww.. teriakku dan pipiku berbekas warna merah.

"Jadi gini ceritanya Vi........" jadi aku menceritakan pengalamanku sepulang aku dari pesta ulang tahun Viona. Viona hanya terkaget-kaget mendengar ceritaku. Tetapi aku tak menceritakan soal ciuman itu pada Viona.

Teeeeeet Teeeeeeet Teeeeeet...

    Bel masuk berbunyi tanda pelajaran akan segera dimulai. Vionapun beranjak dari tempat duduknya dan bersiap akan kedatangan guru Bahasa Inggris kami yang paling kocak. Yapsss... siapa lagi kalau bukan Bapak Jonas bin Honest.

Hayyy my readers thanks atas votenya ya, walaupun masih permula tapi aku akan berusaha membuat cerita ini menjadi bagus dan unik..
Maaf ya bagian 7 ternyata tak bisa aku publish dengan waktu yg singkat, lagi sibuk banget persiapan UKK. So kalau punya kritik dan saran bisa comment ya..
thanks my love readers..  :)
*lovehug*

DewiiAstiarii

My Brother, My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang