▶️ 25. Hai

808 95 16
                                    

*tiup tiup debu*
Hatchim! HEHEHE

HAI.

Happy reading guysss!

***

Rey menghela nafasnya, tangannya terus membelai rambut panjang milik adiknya itu.

"Ve, yang lo lihat itu halusinasi." Kata Rey melepaskan pelukannya
Memegang kedua bahu adiknya dan mengusapnya

"Jangan kaya gini lagi ya, gue sedih ngelihat lo kaya gini." Veranda terdiam menundukkan kepalanya.

"Kenapa sih semua orang nggak percaya kalau Keenan masih hidup?" Ve menatap Rey dengan matanya yang basah karena air mata.

"Veranda.."

"Veranda nggak bohong kak, Ve beneran lihat Keenan!" Veranda meninggikan suaranya.

"Ve, dengerin gue!" Sentak Rey pada Veranda. Veranda menatap kakaknya dengan takut.

Rey tak pernah membentaknya, yang Ve tau Kakaknya ini sangat senang menjahilinya bukan memarahinya.

Rey memalingkan wajahnya dari Veranda "Sorry.. Gue nggak bermaksud bentak lo."

"Veranda, kalau emang Keenan masih hidup, dia pasti akan pulang dan langsung nemuin lo. Dan lihat sampai sekarang pun dia nggak pulang dan nemuin lo kan?" Rey kembali menatap wajah adiknya

"Terserah kata Kakak!" Veranda bangun dari duduknya mengambil sebuah cardigan yang tergantung kemudian memakainya.

Veranda berjalan keluar kamar dengan cepat menuruni tangga, ia tak perduli dengan tatapan aneh dari Papanya juga panggilan dari Mama.

Tak lama Rey berjalan menuruni tangga berniat mencari Veranda. Ia menghentikan niatnya ketika mendengar panggilan dari Dhika, ayahnya.

"Veranda kenapa?" Tanya Dhika dengan melipat koran yang ia baca

"Tadi Rey nggak sengaja bentak Veranda," Kata Rey jujur

"Emangnya adik kamu ngapain sampai kamu bentak? Nggak biasanya kamu bentak Veranda." Frieska meletakkan sepiring kue yang baru saja ia buat lalu duduk di samping Rey

"Itu.. Veranda ngeselin sih ngejekin Rey mulu," Bohong Rey pada kedua orang tuanya.

Rey tak mau jika kedua orang tuanya terleebih sang ayah jika hal yang membuat Veranda menangis seperti tadi adalah Keenan.

"Ohiya, Rey nyari Ve dulu ya." Tanpa menunggu jawaban dari orang tuanya Rey sudah bangkit dari duduknya dan mengambil kunci mobil yang terletak di atas meja.

***

Veranda berjalan menyusuri jalanan aspal seorang diri setelah ia pergi dengan taxi dan berhenti di sebuah taman tempat ia melihat Keenan, ia memeluk dirinya sendiri ketika angin bertiup kencang dan membuat poninya berantakan.

"Kenapa sih semua nggak percaya kalau Keenan masih hidup?" Desisnya dengan duduk di trotoar memainkan jari jarinya

"Gue nggak bohong dan bukan halusinasi. Itu Keenan!" Ujarnya sendiri dengan kesal.

"Ah, gila laper banget gue! Apa gue nyuri aja ya? Eh tapi kriminal gue ntar. Nggak, nggak."

Veranda menoleh kebelakang saat mendengar ucapan itu. Dia bangun dari duduknya.

Veranda berjalan perlahan mendekat sumber suara tadi, dengan perlahan ia menyibakkan semak semak yang menutupi pandangannya.

Veranda menganga tak percaya melihat siapa yang ia lihat, gadis itu menutup mulutnya dengan mata yang mulai memanas.

I Love my BMX BoyWhere stories live. Discover now