▶️ 8. Di bawah hujan

1.5K 134 22
                                    


Pagi hari ini di sambut oleh suara gemuruh yang muncul dari langit, suara petir lah yang menyambut pagi Veranda. Gadis itu sudah rapih dengan baju khas anak SMA lainnya, sebuah dasi ia lingkarkan ke lehernya dan mengikatnya rapih. Sebagai seorang yang cukup menjadi panutan di sekolah Ve harus memiliki penampilan yang rapih saat di sekolah, maupun di rumah tentunya.

Veranda menyambar tas punggungnya yang berwarna putih dengan merk ternama itu. Ia bersenandung kecil menyambut pagi ini. Ia melewati kamar Rey dan penghuninya yang baru saja keluar kamar, Rey menatap aneh pada sang adik.

"Ve, kamu gapapa?." Tanya Rey. "Loh, emangnya Ve kenapa kak?." Tanya Ve balik

"Malah balik nanya, heran aja. Ini hujan, kayanya lo malah lagi seneng banget sampe nyanyi nyanyi gitu." Kata Rey. "Ih emangnya gaboleh apa? Lagian yang mendung sama ujan kan di luar, udahan ah makan aja yuk!." Ve menarik lengan kakaknya itu menuruni tangga menuju meja makan.

Di sana sudah ada Samuel dan kedua orang tuanya, Samuel sedang sibuk memainkan smartphone miliknya, sementara itu Dhika, sang ayah sedang membaca koran, dan Frieska sedang menata pirinh yang sudah ia taruh roti di atasnya, tak lupa beberapa selai yang menjadi favorit para anak anaknya.

"Morning semuanya!." Sapa Veranda.

"Morning sayang." Ujar Dhika, Ve melangkah memeluk leher sang ayah dan mencium pipinya. "... Kayanya anak papa lagi seneng banget ya, ngaku ada apa nih?." Tanya Dhika

"Tuhkan Ve, gue bilang apa. Lo aneh pagi ini." Ujar Rey mengoleskan selai kacang kesukannya.

"Gapapa, emangnya salah ya?."

"Engga sih, yaudah sarapan yuk." Kata Dhika.

"Kak El, anterin Ve ya?." Ujarnya pada Samuel. "Siap bu bos!." Jawab Samuel.

Sementara itu Rey hanya mendengus kesal, bukannya ia tak senang dengan kepulangan El hanya saja... Posisinya kini mulai tergesee oleh El, biasanya Ve selalu merengek meminta agar ia mau mengantarkan adik perempuannya itu.

***

Aku melambaikan tanganku pada mobil yang baru saja meninggalkanku di depan gerbang, ya itu kak El. Aku berjalan santai sambil merapihkan dasi yang melingkari leherku, mataku melihat Keenan yang baru saja menstandarkan sepeda berwarna hitam miliknya itu.

Aku melihat wajah dinginnya yang ia pasang di semua hadapan murid murid yang lainnya, hmm dia memang sangat dingin dan cuek pada semua orang, kecuali beberapa orang. Ingat hanya beberapa dan itu hanya teman temannya yang gesrek, aku heran kenapa sifat gesrek Farish dan yang lainnya nggak nular ke Keenan ya? Ah! Ngapain malah mikirin dia

Aku kembali melangkahkan kakiku menuju kelas, di depanku sudah ada Nabil dan teman teman se gengnya. Ayolah haruskan pagi yang indah bagiku ini hancur olehnya?

"Hai Ve!." Sapanya, aku hanya melirik sekilas lalu kembali acuh. ".. Cuek amat sih Ve, emm bareng yuk ke kelasnya?." Tawarnya menenteng tas miliknya

Ya cowok itu bernama Nabil, Dave Nabil Junior, cowok yang sudah selama tiga tahun ini selalu mengangguku. Ia selalu memaksaku untuk jadi kekasihnya, cih! Rak sudi aku mas, ya kalau kata orang Jawa begitu.

"Ve, yuk bareng." Ulangnya.

"Bil, kelas lo sama gue beda, ingat?!." Sunggutku kesal, ia hanya tersenyum. "Terus?." Ujarnya.

"Ck! Kelas IPS ada di sebelah sana, kelas IPA berlawanan arah sama kelas lo, lo tau nggak sih?! Maksud gue, jelas banget jalan ke kelas kita beda arah." Jelasku kesal. "Yaelah, cuma beda arah doang, nggak beda alam kan? Bisa kali gue anterin." Gila, kepala batu banget ini cowok

I Love my BMX BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang