Part 29

250K 22.9K 1.1K
                                    

Demi Allah, Saya Bersumpah :

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri kemanuasiaan.

Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya.

Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran.

Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan dan keilmuan saya sebagai dokter.

Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien.

Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik Kepartaian, atau Kedudukan Sosial, dalam menunaikan kewajiban saya terhadap penderita.

Saya akan memberikan kepada Guru-Guru saya, Penghormatan dan Pernyataan Terima Kasih yang selayaknya.

Saya akan memperlakukan Teman Sejawat saya sebagai saudara kandung.

Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.

Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan Kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan Hukum Perikemanusiaan, sekalipun saya diancam.

Saya ikrarkan Sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.

**

Aku berdiri di podium bersiap memberikan sambutanku sebagai dokter baru mewakili para rekan sejawatku dan sebagai dokter lulusan terbaik. Kulihat dari tempatku berdiri, papa dan mamaku yang tersenyum lebar dan mengangkat ibu jarinya memberiku semangat.

Dua bulan berlalu sejak Ibram dinyatakan hilang, dan dua bulan itu sungguh masanya perjuangan. Doa, dukungan dan semangat tidak hentinya terucap dari orang-orang yang datang berkunjung. Keluarga, kolega dan sahabat datang untuk sekedar memeluk, mengusap punggungku, dan berbisik "Semoga Allah selalu melindunginya," lalu "Semoga Allah memberikan yang terbaik."

Tidak ada doa yang tidak terucap tiap kali bibir-bibir kami berkata. Tidak ada keyakinan yang tidak terbersit di kepalaku saat memikirkannya, bahwa hingga detik terakhir di titik kejatuhanku, aku yakin Ibram masih hidup. Maka hanya tawakal saja aku punya. Doaku tidak henti kupanjatkan, dan saat itu keputusan-Nya yang kutunggu.

Hidupku harus tetap berjalan, aku harus tetap berdiri tegak, menatap masa depan yang masih misteri. Meskipun tidak kupungkiri rasa rindu ini tidak akan pernah menghilang.

"Seseorang yang sangat saya hormati di dunia ini pernah berpesan kepada saya : Jadilah dokter yang baik.

Pada saat itu, saya pun bertanya-tanya, seperti apa sebenarnya dokter yang baik itu? Apakah dokter yang sukses secara materi? Apakah dokter yang bisa menyembuhkan penyakit setiap pasiennya tanpa pernah gagal? Ataukah dokter yang tidak pernah meminta imbalan atas jasa yang ia berikan kepada para pasiennya?

Orang yang sama dengan yang telah berpesan kepada saya tadi, suatu ketika berkata lagi kepada saya : bahwa salah satu cita-citanya adalah menjadi orang yang dikenal kebaikannya, bahkan setelah ia meninggal dunia. Mulia sekali, pikir saya saat itu.

Kemudian dengan berjalannya waktu, terjadinya banyak peristiwa dalam hidup, akhirnya saya pun memahami pesan beliau tentang apa makna dokter yang baik itu. Penggambaran orang satu dengan yang lain akan berbeda, tapi ijinkan saya menjelaskan definisi dokter yang baik, menurut pendapat pribadi saya.

Ada yang bilang ke saya, bahwa standar yang digunakan untuk menilai baik atau tidaknya suatu parfum itu ada dua, yang akhirnya menentukan mahal atau tidaknya parfum itu. Pertama, longevity atau ketahanan, kedua adalah Sillage. Sillage digunakan untuk menggambarkan kadar aroma parfum yang masih tercium di udara saat kita berpapasan dengan pemakainya. Sillage berasal dari bahasa Perancis, yang secara harafiah berarti trace atau trail atau jejak. Dalam hidup, saya menggunakan istilah Sillage untuk menggambarkan sebuah kesan yang ditinggalkan oleh seseorang setelah dia pergi, baik sementara, maupun selamanya.

Sillage (Doctor Soldier Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang