- déka: sepuluh -

954 105 19
                                    

HERMIONE SENGAJA BERBICARA AGAR LAMUNAN KEDUANYA TERHENTI. "Jawab dulu pertanyaaan dariku, Malfoy!" paksa Hermione.

"Sebenarnya," ujar Draco terdengar agak ragu. "Hanya berkeliling," lanjut Draco- yang bagi Hermione terlihat mencurigakan.

Hermione memperhatikan Draco, "Kau tampak berbohong kepada musuhmu ini, Malfoy," ucap Hermione lalu menyeringai.

"Berbohong? Musuh? Seorang Malfoy berbohong dan mempunyai musuh?! Mungkin kau yang menganggapku musuh! A-Aku tak pernah menganggapmu begitu, Granger!" ucap Draco sedikit membentak. Hermione terkejut. "Be-benarkah?" tanya Hermione yang dijawab oleh keheningan. Draco diam- dengan wajah lesunya.

"Apakah dia sedang melucu?" batin Hermione.

"Diamkan saja aku. Aku hanya ingin menyendiri," ujar Hermione lalu hening seketika.

Draco berjalan menghampiri Hermione dan ikut duduk bersandar di dekat Hermione. "Karena terlalu sulit menghindar dari kenyataan? Tak semudah melayang diatas sapu terbang?" Draco mulai membuka suara. Hermione sebenarnya sedang mencerna kata-kata dari Draco tadi. Namun, bagi Draco, Hermione terlihat sedang mengabaikannya.

Draco menghela nafas.

Menurut Hermione, maksud Draco tadi adalah 'sulit menghindar dari kenyataan yang ada'. Secara tak sadar, Hermione mengangguk pelan menjawab pertanyaan Draco tadi.

"Lalu, hanya karena kau patah hati? Sesakit itukah? Lalu, bagaimana dengan diriku?" tanya Draco membuat Hermione kehabisan kata-kata.

"Merlin! Bagaimana ia bisa tahu?" batin Hermione.

"Memangnya, kau ada masalah apa?" tanya Hermione ragu-ragu.

"Takkan ada yang mau tahu, apalagi membantu. Biarkan semua kenyataan ini semakin pahit, karena memang kenyataannya pula tak ada pemanis yang sebenarnya di dunia sihir sekalipun," ujar Draco lalu beranjak menuju sapu terbangnya yang sedari tadi terparkir di sampingnya.

Draco menaiki sapu terbangnya, lalu terbang menuju angkasa tanpa arah, dan hilang di ujung sudut mata Hermione.

Entah kenapa, Hermione ingin menangis.

"Kau bodoh. Aku sudah bosan dengan air mata yang tak pasti seperti ini," lalu Hermione merasakan setetes air jatuh dari ujung sudut matanya.

Siang ini tidak seperti biasanya– belajar bersama Asrama Slytherin tanpa Pangeran Slytherin.

Entah kenapa, Hermione merasa gelisah. Sedari tadi saat belajar Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, Hermione tak terlalu fokus mendengarkan penjelasan Professor Lupin. Sampai sekarang, saat jam pelajaran selesai, Hermione tetap termenung di tempatnya tanpa menghiraukan panggilan-panggilan dari kedua sahabatnya.

"'Mione?" tanya Ron menghampiri meja Hermione. Harry mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Hermione, tetap saja Hermione tak merespons.

"Harry, menurutmu dia kenapa?" tanya Ron kepada Harry. Harry mengangkat kedua bahunya, "Entahlah".

"Perlukah kita mengkhawatirkannya?" tanya Ron sedikit cemas.

"Menurutmu?" tanya Harry.

"Mengapa kau balik menanyaiku?" tanya Ron lagi.

Harry mengangkat bahu, "Entahlah".

Ron mengabaikan Harry. "'Mione! Kau kenapa?!" tanya Ron sembari mengguncang-guncangkan tubuh Hermione pelan.

Tiba-tiba saja Hermione dengan segera membereskan perkamen miliknya dan bangkit dari duduknya, "Asal kau tahu, aku sedang bingung," ucap Hermione datar lalu pergi entah kemana.

"Hey! 'Mione!" teriak Ron dan Harry bersamaan, dan Hermione berhasil mengabaikan teriakan sahabat-sahabatnya itu.

Hermione pergi meninggalkan kedua sahabatnya itu di ruang kelas.

Hey, mengapa mereka tak mengejarku? Batin Hermione sembari tetap berjalan.

Sudahlah. Hermione sudah tak peduli lagi dan tetap terus berjalan lurus melewati desakan-desakan para murid di setiap lorong.

Hermione mulai menaiki satu persatu anak tangga dan berdesakkan lagi dengan para murid yang berlalu-lalang.

Akhirnya, Hermione pun sampai di Menara Astronomi– Tempat dimana Hermione dapat bernafas lega, menyendiri tanpa gangguan, dan tentunya ia dapat melihat angkasa dengan leluasa.

Hermione tak berniat mempelajari rasi bintang saat ini. Ia hanya ingin bersantai sekaligus memikirkan sesuatu, namun bukan di Asrama.

Hermione berniat menghabiskan waktunya disana. Untungnya, jadwal sore ini tak ada Rumah yang mempelajari mata pelajaran Astronomi.

Hermione memanggil dua buah bangku menuju Menara untuk perkamen-perkamen miliknya dan dirinya- tentunya dengan sihir. Setelah bangku-bangku berdatangan, Hermione mulai menaruh perkamen-perkamennya di salah satu bangku, dan ia duduk di bangku lainnya.

Hermione hanya menatap lurus ke langit-langit. Awalnya, ia lupa ingin memikirkan apa. Dan pada akhirnya, mata hazel miliknya tertuju kepada salah satu rasi bintang yang ada di angkasa, yaitu rasi Draco. Dan ia mengingat semuanya.

Kenapa aku seperti ini?. Batin Hermione tanpa ia sadari juga artinya.

Selang beberapa menit, Hermione mendengar suara langkah kaki menuju Menara. Hermione beranjak bangkit dari duduknya.

Hermione menoleh.

Suara langkah kaki menaiki tangga masih terdengar oleh Hermione.

"Hei," sapa seseorang dari arah tangga.

Merlin! Kenapa harus dia?!. Ucap Hermione dalam hati.

"Ada apa, McLaggen?" tanya Hermione masih berdiri ditempatnya.

"Hanya ingin mencari gadisku," ucap Cormac.

"Siapa gadismu?" tanya Hermione bingung.

"Ia ada di depanku sekarang,"

"Katamu tadi kau sedang mencari, McLaggen."

"Sekarang sudah kutemukan," ujar Cormac menyeringai.

Hening beberapa detik. Lalu terdengar suara langkah kaki tergesa-gesa menuju Menara di tangga. 『』

After all this time? | DraMioneWhere stories live. Discover now