Angkasa mendelik, " Bego ish," umpatnya melirik Aira tajam, namun Aira tertawa dan membuat semua amarah yang Angkasa rasakan hilang di bawa angin, matanya menatap ke tangannya yang masih digamit erat oleh Aira, sementara tangan Aira yang satunya gadis itu gunakan untuk menutup mulutnya yang terus mengeluarkan suara tawa yang meledak-ledak.

" Ketawa aja, gue seneng liat lo ketawa," gumam Angkasa membuat Aira menoleh. " Ngomong apa barusan lu?"

Sudah bisa di tebak, Angkasa salah tingkah. " Enggak, tadi gue bilang bel udah mau bunyi, mending masuk, gitu." Aira mengangguk ngerti, sebenarnya ia tahu apa yang tadi Angkasa katakan, tetapi ia bungkam agar Angkasa tidak menginterogasinya. Apa yang Arga bilang bener gak sih? Tanya Aira pada diri sendirinya dalam hati.

" Sa, sumpah gue lagi nge-crush sama salah satu anak angkatan kita, ih tapi dia keliatannya pacarannya ama buku doang." Aira bercerita. Pantas jika Angkasa akhir-akhir ini sering melihat Aira yang menengok kanan-kiri depan-belakang dengan sorot mata teduhnya, mencari seseorang yang Angkasa bisa seratus persen yakin adalah orang yang sedang ia sukai. Paham kan?

" Trus?"

Aira mendesah, " Ya kasih saran."

" Gue jarang main sama laki-laki lain kecuali Gilang." Angkasa menjawab. Aira sudah tahu pasti Angkasa akan menjawabnya dengan kata-kata itu, saking galak, dingin, dan nyebelinnya si ketua osis ini.

Baik kalau guru nyuruh. Totalitas sebagai seorang ketua osis.

Bahkan beberapa perempuan yang sempat menyatakan cinta pada Angkasa menangis ketika balik dari pertemuannya dengan Angkasa secara empat mata maupun adanya Gilang dan Aira. Dan jawaban dari Angkasa ialah, " Gue hargai rasa lo ke gue, tapi asal lo tahu, gue itu homo, dan gue gak suka cewek deket sama gue. Ralat, cewek-cewek alias cabe sekolah, liat dong lu roknya di jahit lagi jadi kek pake rok anak sd, kemeja di crop kek kekurangan bahan, beha keliatan, mending lo pacarannya sama cogan nakal yang duduk di sana, pasti lu pulang-pulang udah positif hamil."

Pedes.

Sempat ada beberapa anak yang gak masuk spesies cabe menyatakan perasaan mereka pada Angkasa, bahkan anak alim sekalipun juga pernah dan tahu apa yang Angkasa katakan? " Gue makasih banget lo udah ngasih hati lo ke gue, tapi ngaji yang bener dulu, belajar yang bener dulu, kita SMA aja masih dianggap bocah ingusan kata orang tua. So, mending lo belajar buat ulangan atau ngerjain PR daripada belajar mencintai tapi akhirnya lo sakit sendiri and then lo nangis ngurung gak mau makan. Cih, miris gue."

Rasanya Aira mau menjahit mulut pedas Angkasa agar tahu sopan santun. Ada pernah bahkan terhitung tiga orang perempuan masuk rumah sakit, karena Angkasa. Bukan di notabenenya dibuat selangkangannya sakit, tapi nangis dan gak makan berhari-hari karena sakit hati dan katanya sih, gak bisa move on.

" Aduh, keingetan dulu kakak kelas yang ngelabrak gue, kak Anzira gara-gara salah gue karena lu nolak cinta dia, wkwk, untung lo sama Gilang dateng sebelum dia nampar gue. Tapi kata-katanya nusuk woi waktu itu ampe seharian gue ngurung diri."

Angkasa melanjutkan, " Dan tangisan lo berhenti ketika gue dan Gilang manjat ke lantai dua dan bawa makanan banyak varian dan kaset film-film romantic. Dan gue dan Gilang berakhir tidur di lantai sampe pagi," Aira terbahak. Mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu. Kini Anzira sudah diam dan keduanya sudah lama tidak mendengar kabar kakak kelas yang populer karena kecantikannya itu.

" Eh woi udah bel anjir!" jerit Aira histeris langsung menarik tangan Angkasa menuju koridor yang hanya sedikit siswa yang berlalu-lalang, kemungkinan beberapa siswa-siswi itu adalah anak terpilih untuk kegiatan olimpiade, O2SN, FLSN, dan lainnya.

" Aira!" panggil seseorang dari belakang. Suaranya mirip guru seni budaya dan Aira menggigit kukunya, ketakutan. Sementara Angkasa menatap guru tersebut sedikit tajam, memberi perlindungan pada Aira.

Airisya,Where stories live. Discover now