Ternyata mimpi (5)

6.3K 314 0
                                    

Wika membuka kunci kamar kosnya dan ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang kecil. Tak lama ia beranjak menuju kamar mandi.

Selesai mandi Wika menyelesaikan tugas perkuliahannya, selain bekerja ia juga masih kuliah, sekarang ia tengah menyelesaikan skripsi kuliah profesinya sebagai Ners.

Wika pov

Aku kembali menyelesaikan pekerjaanku segera, setelah semua selesai, aku merebahkan tubuhku yang kaku diatas kasur kecil yang lumayan empuk

Kenapa aku jadi ingat pas dia bilang kalo aku itu istrinya ya? Padahal aku lagi sedih banget pas itu, kenapa pas dia peluk rasanya itu nyaman banget.. Jangan-jangan aku suka sama dia, iya kali ya? Tapi apa dia suka sama aku? Duh kok jadi baper kayak gini yah?

Gak.. Gak mungkin dia suka sama aku, orang ganteng kayak dia pasti banyak cewek cantik disekelilingnya, gak mungkin suka sama aku, emang sih dia ganteng banget tapi... Ah udah deh ngayal mulu..

Aku memejamkan mataku dan sesaat kemudian aku telah berada dialam mimpi.

"Sayang, akhirnya kita menikah juga" seru mas Arya yang kugandeng tangannya dipelaminan.

"Ya Allah impianku kini menjadi nyata, menikah dengan orang yang sangat aku cintai dan melaksanakan pedang pora bersamanya, aku benar-benar tak percaya" aku mulai ngedumel sendiri.

"Hey! Ngedumel apa hayo?" mas Arya mencolek pipiku. Tiba-tiba dia mendekatkan wajahnya dan seketika bibirnya menghampiri bibirku. "Eh apa ini? Ya Allah gimana nih? Aku malu banget" gerutuku dalam hati, para tamu undangan menyoraki kami, wajahku benar-benar menjadi merah. "Mas lepasin ih, malu dilihatin tamu! Nanti aja kalo tamunya udah pada pulang!" aku mendorong kecil tubuhnya, ia malah tersenyum geli melihat wajahku yang memerah seperti buah apel. "Bener ya! Nanti aku tagih loh" bisiknya ditelingaku. Ia tersenyum geli ketika melihat wajah randomku, aku hanya mengangguk tak karuan ketika kembali melirik raut wajah mas Arya yang nampaknya sangat bahagia.

Acara akhirnya selesai juga, kami masih berdiri karena satu orang rekan mas Arya masih berada diacara kami. Setelah semuanya bubar, kedua orang tua kami menyuruh kami untuk segera beristirahat dikamar pengantin yang telah disediakan.

Aku berjalan agak lambat karena kakiku sangat pegal setelah seharian bardiri mengenakan sepatu high heels, mas Arya yang gereget melihatku berjalan seperti siput akhirnya berkomentar. "Kamu jalannya kayak siput ya, lama!" ujarnya yang kemudian menggendong tubuhku, "mas turunin aku! Ih, akukan bisa jalan sendiri! Turunin gak!" teriakku yang agak memukul-mukul kecil punggung kekarnya. "Kita kan udah muhrim sayang" celetuknya nakal yang membuatku tersadar dan tersenyum manis melihat wajah tampannya.

Berada dalam pangkuannya memang benar-benar nyaman, tubuh kokohnya membuatku tak takut ia keberatan menggendongku. Lagi-lagi ia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan hampir mendaratkan bibirnya di bibirku.

*****

Wika menggeliat saat ia tengah memonyongkan bibirnya, sepertinya ia benar-benar terbawa alur mimpinya itu, lalu ia terbangun ketika seseorang mengetuk pintu kamar kosnya.

Tok..tok..tok..
"Wika! Udah bangun belum?"

"Haduh siapa sih? Ganggu orang lagi mimpi indah aja!" Wika menggeliat dan beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu.

"Una? Ada apa?" tanyanya yang sedang mengacak-ngacak rambutnya yang terurai.

"Aku mau minta deterjen, punyaku habis" ia mengeluarkan mangkok deterjennya.

"Oh, kirain ada apa! Bentar aku ambilin" sahutnya sambil ngeloyor mengambil deterjen.

"Nih, ambil aja" Wika menyodorkan setengah deterjen miliknya.

My Love Is Dangerous (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang