3. Menemukan cinta Berbalas

5.6K 213 0
                                    

2 tahun sudah Xania patah hati dari Bram, Xania kini beranjak menjadi gadis SMA yang sudah memperhatikan penampilan. Ia sudah sadar untuk berpenampilan menarik. Ia sudah memperhatikan cara memakai kerudung yang cantik dan rapi. Ia juga sudah melupakan Bram walau terkadang masih teringat dengan ketampanan dan kebaikan hatinya.

"Pagi Nia" tegur Hera yang merupakan teman sebangkunya yang juga sahabatnya.
"Pagi juga Ra, tumben lu cepat?"tanya Xania heran, biasanya Hera selalu datang 2 menit sebelum pagar sekolah ditutup. Hera benar-benar sering datang "tepat waktu". Oleh sebab itu, Xania heran jika sohibnya ini datang 30 menit sebelum bel berbunyi.
"Yee.. Emang gak boleh datang lebih cepat dari lu?" ucapan itu keluar dari mulutnya yang mencebik. Namun sepersekian detik kemudian, cengiran muncul di wajahnya.
"Nia, pinjam PR lu dong, hehe. "
"Haaah. Sudah gua duga"Ujar Xania sambil tertawa dan mengeluarkan buku PRnya yang sudah lengkap dengan jawaban.
"Makasih Xania yang cantik" ujar Hera sambil menatap Xania.
"Udah, gak mempan gua sama rayuan lu. Basi". Keduanya pun tertawa.
Tanpa membuang waktu Hera mencatatnya dengan kekuatan super sampai membuat Xania geleng-geleng kepala.
Hari ini pun dilalui Xania dengan riang karena persahabatannya dengan Hera.

Hobi baru Xania di SMA adalah membaca buku-buku yang ringan dan duduk di depan jendela kaca yang menghadap taman belakang sekolah. Kadang ia juga mengerjakan tugas sekolah di tempat yang sama beserta kawan-kawannya. Seperti yang ia lakukan hari ini, ia duduk di tempat yang sama tapi lebih sering menatap ke taman belakang.
Tiba-tiba bangku sebelahnya berderit, refleks Xania menoleh dan menemukan seorang lelaki tampan duduk di sebelahnya.
"Hai, kenalin, gua Rayhan"
"Hai juga, gua Xania"
"Lu sering duduk disini ya? Gak heran sih pemandangan disini bagus banget"ujar Rayhan kagum.
"Lumayan sering. Dan Yupz. Pemandangannya yang bikin gua betah berada disini" jawab Xania.
"Jadi, lu disini mau baca buku atau mau lihat pemandangannya?"ujar Rayhan sambil bergurau.
"Yaah, kalo bisa dua-duannya kenapa gak. Kan enak tuh, sambil nyelam minum susu"
"Ya Kali, lu kira kolam susu" sahut Rayhan yang membuat mereka berdua cekikan.
Rupanya Rayhan kakak kelas Senior yang beda dua tahun dari Xania. Walaupun begitu ia tak ingin dipanggil kakak karena ingin terlihat muda katanya. Obrolan ringan merekapun berlanjut hingga bel masuk kelas berbunyi.
Semenjak hari itu, Xania semakin dekat dengan Rayhan bahkan Rayhan sudah berkenalan dengan Hera.
Dua minggu kemudian, hari sabtu sepulang sekolah, Rayhan menunggu Xania di depan gerbang dengan motor maticnya.
"Xania" teriak Rayhan dari atas motor.
"Kenapa Ray?" ujar Xania sambil berlari mendekat.
"Ikut gua sebentar ya, ada yang mau aku omongin"
"Jangan lama ya, soalnya orangtua gua gak ngizinin pulang telat"
"Oke, bentar doang kok, aku mau ngajak kamu minum es kelapa dekat gang rumah kamu."
"Ya udah, yuk"

Sesampainya di tempat, Xania dan Rayhan duduk berhadapan sambil menunggu pesanan es kelapa mereka. Setekah beberapa saat diam, sambil menghela nafas, Rayhan berujar..
"Nia... Walaupun kita baru kenal sebentar, gua nyaman banget bareng lu. Gua mau lu jadi pacar gua. Please, Xania, mau ya.."
Xania sangat terkejut menghadapi pertanyaan itu, ia tidak menyangka bahwa ia akan ditembak lelaki tampan di depannya ini. Di satu sisi, ia menyukai Rayhan, ia juga merasa nyaman dengan kedekatan mereka. Tapi disisi lain, Xania tahu bahwa Islam tidak membolehkan pacaran walaupun ibunya tidak melarang. Namun, akhirnya Xania luluh dengan tatapan Rayhan. Sambil memohon ampun kepada Allah dalam hatinya, Xania menjawab "Sebenarnya gua juga nyaman banget sama lu Ray. Dan gua juga mau jadi pacar lu." Rayhan pun melompat dan hampir memeluk Xania sampai kemudian Xania mengatakan dengan tegas "Tapi, gua gak mau ada sentuhan fisik, baik tangan atau yang lain"
Rayhan pun mengiyakan tanpa terlihat gusar.
"Ya udah, sebagai perayaan jadian kita, ntar malam aku traktir nonton setelah maghrib, gimana? Kebetulan ada film romantis yang baru tayang di bioskop" Ujar Rayhan.
"Boleh-boleh. Gua pengen banget nonton film romantis di bioskop.Romantis itu genre kesukaan gua" ujar Xania sumringah.
"Berarti ntar malam gua jemput ya setelah maghrib"
"Ok"

Semenjak itu, Xania selalu diantar dan dijemput ke sekolah oleh Rayhan. Hubungan mereka pun berjalan lancar tanpa kendala berarti.
Hari ini, hari 1 bulan jadian mereka. Xania bermaksud memberi kejutan untuk Rayhan. Ia pun menuju kelas serta membawa kotak berisi kue dan kado. Sebelum melangkah ke kelas Rayhan, ia mendengar beberapa orang mengobrol.
"Hei Ray.. lu gak bosen sama Xania? Ngapain juga pacaran sama cewek gak cantik gitu"
"Sebenarnya di mata gua dia sedikit manis sih. Tapi dia ngebosenin, kaku banget orangnya"Xania yakin itu suara Rayhan.
"Trus, kenapa lu masih pengen lanjut kalau lu udah bosen?"
"Lu-lu pada tau kan gua seneng tantangan, jadian gua ini sebenarnya taruhan gua sama Gilang, dan taruhannya juga berlanjut kalau gua bisa bertahan dengan Xania lebih dari tiga bulan. Gua sebenarnya naksir si Hera, sohibnya Xania..."

Braaakkk. Xania sudah tidak tahan dengan obrolan mereka. Dengan air mata yang sudah menetes, ia mendekati dan Rayhan.
"Xania.."Ujar Rayhan dengan raut tak nyaman.
Teman-temannya juga terlihat kurang nyaman, mereka menghindar, keluar dari kelas. Kini hanya tersisa Xania dan Rayhan.
"Gua mau ngasih surprise dengan ngerayain 1 bulan kita jadian. Tapi malah gua yang dapat surprise" ujar Xania di antara isakannnya.
Rayhan hanya mendengar dengan wajah merunduk.
Sambil sesunggukan, Xania melanjutkan ucapannya.
"Mungkin gua yang gak sadar diri dengan berharap banyak sama lu. Tapi ternyata...hiks hiks" isakannya semakin parah.
"Xania, bukan gitu..."
"Gak perlu membela diri lagi, gua dengar ucapan lu barusan dengan gua sebagai taruhan dan lu suka sama Hera kan? Selamat, lo berhasil menangin taruhan itu. Dan ini sebagai hadiah perpisahan dari gua. Sebagai ucapan terimakasih karena lu mau nembak gua dan bikin merasakan indahnya cinta SMA. Ini semua buat lu. Terserah mau diapain. Tapi, setelah ini, tidak ada lagi tentang kita. Kita hanya ada di masa lalu. Jika kita berpapasan, cukup tersenyum tanpa bergerak lebih." Ucap Xania dengan isakan yang ditahan. "Selamat tinggal Rayhan. Semoga lu bahagia dan ngedapatin cinta lu." ujar Xania sambil berbalik lalu berlari tanpa menghiraukan Rayhan yang meneriakkan namanya.

"Selamat tinggal Rayhan, selamat tinggal cinta yang kuanggap terbalas untuk pertama kai. Aku gak ingin pacaran jika akhirnya harus sesakit ini. Mungkin ini teguran dari Allah supaya aku tidak pacaran. Ampuni hamba ya Allah." setelah gumaman terakhirnya, Xania merasa lebih lega. Karena ia percaya, Allah selalu menyayanginya seburuk apapun dirinya. Dan menjadikan "hidup tanpa pacaran" sebagai mottonya. Oleh karena itu, dia tidak pernah pacaran setelah putus dari Rayhan.

Hubungannya dengan Rayhan juga tidak bisa sedekat dulu, pernah beberapa kali Rayhan meminta maaf dan ingin bersahabat dengan Xania.
Puncaknya ketika perpisahan kelas 3, Rayhan memaksa berbicara dengan Xania.
"Nia, please dengerin gua. Gua minta maaf, gua memang jahat. Tapi, gua sadar kalau lu udah baik banget sama gua. Gua ingin lu jadi sahabat gua. Lu selalu punya nasihat bijak yang bisa bikin gua tenang"
"Maaf Ray, aku udah maafin kamu sejak hari pertama kita bermasalah, karena gua sepenuhnya sadar bukan salah lu kalau tidak mencintai gua. Gua juga gak bisa jadi sahabat lu, karena gua takut gak bisa menahan diri untuk berharap lebih atas perasaan itu. Sorry Ray".
Rayhanpun hanya bisa menatap punggung Xania yang bergerak menjauh yang menjadi akhir dari kisah mereka di SMA.

################################

Setia Itu Hanya Angan(Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang