Bab 12

26.9K 3.5K 55
                                    

"Nadia." Aku langsung menutup buku dipangkuanku dan menoleh pada Ibu Azka.

Aku memperhatikannya seksama. Tampilan Ibu Azka yang mengenakan gaun sepertinya ia hendak pergi ke sebuah acara. "Bunda mau pergi?"

"Iya. Bunda mungkin akan pulang malam. Jika kamu butuh sesuatu jangan sungkan meminta pada pelayan."

Aku mengangguk. Ibu Azka menarik senyuman hangatnya sebelum menghilang dari balik pintu. Malam ini pasti jauh lebih sepi dari biasanya. Aku berusaha tidak mengeluh ketika akhir-akhir ini Azka selalu pulang larut. Aku mencoba mengerti kalau ia melakukan itu karena memang pekerjaan yang menuntutnya.

Aku langsung mengambil ancang-ancang berjalan cepat ke arah pintu ketika terpikir olehku ingin menghabiskan waktu di taman setidaknya aku harus meminta izin pada Ibu Azka.

"Memangnya hari ini Azka tidak bisa pulang lebih cepat?"

Aku kembali memundurkan langkahku ketika mendengar suara Ibu Azka yang berada di lorong depan ruang kerja Ayah Azka.

"Azka mengurus pekerjaannya sendiri. Aku tidak pernah mencampurinya lagi."

"Apa kamu tidak bisa membantu Azka? Kamu kan lebih banyak pengalaman."

"Azka sedang mengajari Lavender itu sebabnya dia pulang lebih lama dari biasanya. Sepertinya Azka benar-benar ingin Lavender menjadi kaki tangannya. Seperti aku dan Zack."

Mataku sontak melebar. Aku menutup pintu rapat begitu melihat Ayah Azka hendak menoleh. Napasku berpacu cepat. Rasanya lebih sakit karena kini aku tahu alasan Azka pulang telat.

Aku membuka kembali pintu. Tak terlihat lagi Ibu dan Ayah Azka disana. Hari ini Azka pasti pulang larut lagi. Aku mengambil langkah cepat naik ke lantai paling atas, aku akan meminta ijin pada Ibu Azka nanti. Yang aku butuhkan sekarang adalah ruang untuk menenangkan diri.

***

Berulang kali aku mengerjapkan mata berusaha mengumpulkan kesadaranku. Keningku berkerut saat melihat sekeliling, terakhir seingatku aku masih berada di taman atap. Tapi kenapa sekarang aku bisa berada dikamar? Mungkinkah Azka yang mengangkatku hingga ke kamar?

Aku langsung melirik sisi ranjang sebelahku kosong, kemana Azka? Apa aku bangun kesiangan? Kulirik jam di dinding masih pukul enam pagi. Tidak. Ini bahkan masih terlalu pagi.

Aku bangkit dan menggeser selimut yang melingkupi tubuhku. Tepat disaat yang sama Azka keluar dari walk in closet dan tampak sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Aku meliriknya dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Mau kemana pagi-pagi gini?" Pertanyaan pertama yang langsung meluncur begitu saja dari mulutku.

"Ada kerjaan diluar kota," jawabnya singkat. "Balik tidur aja lagi," lanjutnya.

"Pulang larut lagi?" ujarku sarkastik seraya menyipit tajam.

"Nggak." Ada sedikit kelegaan. Amarahku sedikit teredam.

"Tapi mungkin balik besok," baru saja aku merasa tenang Azka seolah menaikkan kembali suhu ditubuhku. Sontak aku melemparkan pandangan marahku. Sepertinya aku terlalu cepat mengambil kesimpulan.

"Sama siapa aja?" tanyaku cepat.

Azka terlihat menaikkan alisnya. "Nggak biasanya kamu tanya-tanya urusan kerja."

"Memangnya nggak boleh?"

"Kalau aku pergi berarti ada hal serius yang harus diurus. Dan tentang siapa aja yang ikut udah pasti karyawan yang berkepentingan."

"Termasuk Lavender?"

Azka mengatupkan rahangnya. "Otomatis dia ikut. Dia asisten aku sekarang."

Play Me Like A ToyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang