02. Alfa Alexander Flemming

71 33 6
                                    

Tit tit tit tit

Begitulah suara dari mesin kardiografi, dimana alat tersebut menunjukkan detak jantung setiap detiknya entah itu dalam keadaan normal atau hanya bersisa garis lurus tanda si empu jantung itu telah menghembuskan napas terakhirnya.

"Bagaimana keadaan Alfa dok?" Tanya pak Alexander kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi.

"Alfa sudah melewati masa kritisnya pak, hanya saja-"

"Hanya saja apa dok? Apa?" Potong pak Alexander yang amarahnya langsung memuncak.

"Gadis itu pak, gadis itu sedang dalam masa kritis" Jelas dokter Andi.

"Ah, masa bodo dengan gadis itu. Yang terpenting disini kesehatan Alfa, dan Alfa baik-baik saja."

"Bagaimana kalau keluarga atau orang tua dari gadis itu tau dan mencari keberadaan anaknya?" Khawatir dokter Andi.

"Anda meragukan kekuasaan saya dok? Iya?" Balas pak Alexander dengan penuh penekanan.

"Bukan begitu pak-"

"Sudah sudah, lebih baik anda kembali kepekerjaan anda dan urus gadis itu. Saya masih banyak urusan." Potong pak Alexander lagi.

"Baik pak."

"Dan ingat! Jangan sampai gadis itu kenapa-kenapa, karena hanya dia yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini." Ucap pak Alexander.

***

"Ssshh. Gue kenapa sih?" Ringis seorang pasien laki-laki yang baru saja tersadar.

"Selamat pagi tuan muda." Sapa seorang perawat yang saat itu tengah kebagian tugas menjaga pasien tersebut.

"Gue kenapa mbak?" Tanya pasiennya yang disapa tuan muda itu.

"Ah si tuan muda bisa saja, suster kan sudah bersuami dan punya anak. Masih aja digoda dengan sebutan mbak." Balas sang perawat dengan genitnya.

"Gila! Sinting gue lama-lama disini." Ucap si pasien itu sembari melepas infus yang berada di tangan kanannya itu.

"Tuan muda! Tuan muda mau ngapain?" Panik sang perawat ketika matanya menangkap basah pasiennya yang melepaskan infus tersebut.

"Gue mau jalan-jalan. Makin surem hidup gue kalau ngeliat lo nek. Ups" Balas pasien itu sembari berjalan menuju arah pintu.

"Yak! Alfa! Kamu bilang apa tadi?!" Teriak sang perawat sambil berkacak pinggang saat dirinya dipanggil 'nenek' oleh pasien yang disapanya tuan muda tadi, yap pasien itu adalah Alfa . Bersamaan dengan itu Alfa mencoba berlari menghindari kejaran dari perawat gilanya itu.

***

"Hallo dokter Andi!" Sapa Alfa yang saat itu ternyata berlari menuju ruangan dokter pribadi keluarga Flemming.

"Alfa! Kamu kenapa bisa ada disini? Kamu kan baru kemarin melewati masa kritis." Kaget dokter Andi.

"Yakali dok, Alfa udah bisa lari-larian gini." Keukeh Alfa.

"Wih siapa dia dok?" Tanya Alfa ketika matanya berhasil menangkap sebuah gambar pada layar komputer ruangan dokter Andi.

"Siapa?" Tanya balik dokter Andi.

"Itu... gadis yang ada di komputer dokter. Gadis yang lagi tidur dan terekam kamera cctv itu." Balas Alfa sembari mendekat dan menunjuk ke arah layar komputer milik dokter Andi.

"Oh.. dia, siapa ya tadi namanya?" Ujar dokter Andi sembari mencoba mengingat deretan huruf pembentuk nama gadis yang raganya terambil dari cctv pada kamarnya.

"Cantik ya dok." Celetuk Alfa tiba-tiba, matanya tak lepas dari pandangan layar komputer.

"Hah? Bahkan dari jarak sejauh itu kamu bisa deskripsiin dia cantik atau enggak?" Tanya dokter Andi sampai mukanya menunjukkan raut tecengang.

"Alfa ini cowok ganteng dok, jadi harus tau mana yang cantik sama enggak ahahaha" Balas Alfa dilanjut dengan gelak tawanya yang mampu membentuk lesung pipit dikedua pipinya.

"Ada-ada saja kamu, Al" Dokter Andi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bahkan dengan darah satu kantong saja kamu sudah terlihat baik-baik saja ya" Lanjut dokter Andi.

"Eits, jangan salah bro. Gue kan emang cowok kuat ahahaha" Canda Alfa yangdilanjut dengan suara tawanya, dan begitulah Alfa terkadang dia memakai bahasa yang sopan dan ada kalanya dia pakai bahasa lo-gue seperti sekarang ini. Bagi Alfa tak masalah selama itu tak menyakiti si lawan bicara, dan Alfa bilang sih 'its okay, gue kan orangkaya' setelahnya anak lelaki ini pasti akan tertawa hingga terbentu lesung di pipinya.

"Dia orang yang seharusnya donorin darah buat kamu, Al. Tapi karena anak itu belum memenuhi kriteria prosedur sebagai pendonor ditambah kondisinya yang gak memungkinkan karena pas waktu itu dia mengalami shock berat sampai membuatnya pingsan seperti sekarang." Jelas dokter Andi.

"Kami tidak jadi mengambil darah darinya." Lanjut dokter Andi.

"Memangnya dia kenapa dok? Kok sampai shock berat gitu." Tanya Alfa.

"Dia gadis yang hampir saja kamu tabrak kemarin saat di jalan. Kamu lupa, Al?"

"Ah, gue inget! Pantes aja gue kemarin kayak ngeliat sosok bidadari mau nyebrang jalan." Balas Alfa sambil tertawa ringan.

"Kamu ini sudah besar ya ternyata ahahaha." Saut dokter Andi bersamaan dengan tawanya dan tawa Alfa yang memenuhi ruangan tersebut.

"Lo jodoh gue!" Ucap Alfa dengan lirih dan penuh penekanan, lebih tepatnya dia berbicara pada dirinya sendiri. Matanya terus menatap layar komputer, nampak gadis yang telah diklaim Alfa sebagai miliknya itu tengah tertidur dengan nyenyaknya.

Princess TomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang