Open

47 28 1
                                    

Musim kini sudah berganti, langit langit juga sudah berganti warna, semuanya berubah terkecuali sakit hatiku. Sudah berapa kali mom datang dan menyuruhku untuk melupakannya, aku hanya bisa mengangguk dan sebenarnya aku menolak dalam hati.

Yang kulakulan hanya duduk dibawah pohon, memeluk lutut dan menutup mataku, membiarkan udara dingin menyapaku dalam diam. Hanya ini yang bisa kulakukan. Aku bertanya harus berapa banyak waktu kubuang untuk melupakan pria itu?

"Kau tak kedinginan?" Taehyung datang dengan melampirkan selimut tebal dan letakan pada punggungku, aku hanya diam.

"Kau tak perlu seperti ini, dia tak pantas untuk kau renungkan ji-ah.." Kesadaranku terkumpul dan segera memandangnya masih dengan diam, menunggu ia menyelesaikan perkatannya.

"Kau harus membuat pintu yang baru agar orang lain bisa masuk dan mengunci rapat-rapat pintu lama." Taehyung terdiam setelah itu, aku juga tak berniat untuk membalas ucapannya.

"Yaa!! Kau mengacuhkanku?" Aku tersentak, ia tiba-tiba berteriak didepanku membuatku memandangnya dengan cepat.

"Aku tak ada mood. Berbicaralah aku akan mendengarkannya." Jawabku acuh sembari membuang pandanganku ke arah lain.  Hela nafas berat Taehyung terdengar, aku masih bisa merasakan ia masih memandangku sekarang.

Secarik ujung bibirku terangkat. Aku tersenyum

"Kau cantik jika seperti itu." Entah kapan, tiba-tiba Taehyung sudah berada di depanku duduk  dengan menopang dagunya. Buru-buru ku sembunyikan senyuman itu lagi.

Responnya diluar dugaan, tangannya terulur menangkup wajahku dan menarik ujung bibirku dengan kedua ibu jarinya membuatku

"Hyun-ah.. teruslah tersenyum seperti ini. Aku menyukainya.." ia menatap manik mataku membuat aku juga membalasnya. sorot matanya begitu yakin dan tak menyimpan kebohongan sedikitpun dan tanpa kusadari, ia menepis jarak wajah diantara kami..

Semakin mendekat
.
.
.
.
.
.

.
.
.

Semakin mendekat
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


"Maaf mengganggu, tapi semuanya menunggu kalian untuk makan kudapan." Suara Myungsoo mengintrupsi, reflek ia menjauhkan wajahnya dan melepaskan tangkupan tangannya pada wajahku.

"Kau masuk saja dulu." Aku mengangguk dan membawa selimut yang ada dipunggungku tadi.

*****

Dentingan sedok dan suara mereka berbicara menyambut Mingyu yang baru tiba, pria jakun putih itu  melempar asal jas hitamnya dan berjalan menuju arah sumber suara.

"Ah, kau sudah datang ?" sambut Woo Bin ketika pria bermanik tajam itu menangkap kehadiran Mingyu. Mingyu tak menjawab, tapi malah mencari keberadaan Jihyun dan segera menemukannya yang duduk bersama Taehyung. Senyum Jihyun mulai tercipta lagi membuat pria itu sedikit merasakan lega.

"Syukurlah." Gumamnya tak sadar.

"Apanya yang syukurlah? Makan cepat." Mingyu tersadar saat ada suara bariton membalasnya dan menarik tangan Mingyu untuk duduk. 

"Ku dengar Min Young kembali dari Paris." Gerakan Taehyung berhenti, ia menghentikan aktifitasnya dan memandang ke arah Soo Hyun yang membahas Min Young pertama kali. Mingyu juga memandang kaget kearah hyungnya itu seolah berkata 'kau-bercanda?'

"Kenapa ? Ada yang salah?" belanya

"Siapa itu Min Young ?" Tanya Jihyun polos membuat Mingyu menoleh kearah Jihyun yang jadi satu-satunya perempuan disitu.

"Kenapa diam?" Tanyanya lagi.

"dia kekasih Mingyu." Jawab Myung Soo asal membuat Woo Bin tersedak kudapan yang dimakannya.

Woo Bin melotot ke arah Myungsoo. "Kau gila?!!!"

"Memang itu yang terjadi." Jawabnya acuh tak acuh. Seketika keheningan melanda ruangan itu. Tak ada yang berusaha membuka suara satupun, baik Mingyu, Taehyung, bahkan Myungsoo, Woo Bin dan juga Soo Hyun. Jihyun memandangi wajah Kim Brother satu persatu seolah berusaha membaca raut wajah mereka yang menurutnya tidak bisa dijelaskan.

"Hyun-ah. Kau sudah selesai kan? Kembalilah ke kamarmu." Suara bariton Taehyung mengintrupsi Jihyun untuk masuk kembali ke kamarnya, yang menerima peritah hanya bisa menggangguk patuh dan segera pergi dari ruangan itu tanpa banyak kata.

"Dia sudah pergi. Lalu apa yang akan kau lakukan jika Min Young kembali?"

Mingyu terdiam dan semua tatapan tertuju padanya meminta Mingyu segera membuka suaranya namun nihil , pria itu memilih untuk diam hingga para pelayan datang untuk memberikan minuman penutup yang sudah pasti adalah darah segar, Mingyu masih diam tak bersuara.

"Aku harus apa hyung ?" Mingyu balik bertanya membuat Taehyung mendesah berat.

"Berikan Jihyun padaku." Sela Taehyung membuat Soo Hyun memukul meja makan dengan keras.

"Apa maksudmu?"

"Aku menyukainya."

******

Jihyun membaringkan tubuhnya diatas sofa memandangi dengan setia langit-langit berwarna soft violet dengan diam.  Ia mulai terbiasa dengan suasana seperti ini semenjak tinggal dirumah keluarga Mingyu.

"Jihyun ?"  Merasa dipanggil, ia menoleh kearah Mingyu yang sudah berdiri disebelahnya.

"Kenapa ?"

"Ayo pergi keluar." Gadis itu menggelengkan kepalanya, ia memutar tubuhnya hingga memunggungi Mingyu yang berdiri.

"Aku malas, besok saja."  Bukan Mingyu namanya jika ia menerima penolakan. Dengan tiba-tiba tangannya menggelitik pinggang Jihyun membuat 'gadisnya' menggeliat geli.

"Katakan sekali lagi. Kau menolakku nona park?" Tanyanya sembari masih menggelitik Jihyun

"Arra. Aku ikut."  mingyu berhenti dan membiarkan Jihyun mendudukkan badannya.

"Mau pergi kemana ? Apa kekasihmu tak cemburu?" Tanyanya dengan hati-hati. Mingyu hanya tersenyum dan menarik tangan Jihyun untuk keluar dari kamar. Mingyu menuruni tangga dengan cepat, dan Jihyun berusaha mengimbanginya.

"Kalian mau kemana ?" Tanya Taehyung yang sedang duduk di sofa membaca buku tanpa melirik kearah Mingyu yang kini menggenggam tangan Jihyun erat.

"Everland."

.
.
.
.
.
.

"Yaakk yaakk!!! Everland disanaa!!!!" Mingyu berusaha menjauhkan kepalanya agar setidaknya telinganya bisa terhindar dari pekikan Ji-hyun yang heboh sendiri karena melihat Everland sudah terlewat. 

Mingyu mendengus. " Kecilkan suaramu. " Mingyu mengambil jeda sebentar. "Aku ingin mampir ke toko. Melihat bajumu yang hanya menggunakan itu itu terus membuatku tak tahan."

Kendaraan yang mereka tumpangi tanpa sadar sudah berada di parkir bawah tanah 'toko' yang Mingyu maksud.

Jihyun terperangah.

'Bagaimana bisa tempat sebesar ini disebut dengan toko?'


Mingyu sinting! 


"Ayo masuk."   Suruhnya dan kembali menggenggam tangan Jihyun.

Jihyun membuang muka dan mencoba mengalihkan pandangannya kearah lain. Tapi tidak dengan Mingyu.

Pria itu sibuk memandangi tangan gadis yang tengah ia pegang dengan seksama. "Tanganmu kecil ya ." Komentarnya

"Bukan urusanmu kan?" jawab gadis itu dingin. Mingyu tersenyum kecil  tanpa ia sadari. Melihat gadis ini mengomel dan melontarkan kalimat penolakan adalah sesuatu yang menyenangkan baginya.

"Jihyun ya, kau tak lapar ?" Tanyanya untuk kedua kalinya.

Jihyun tak bergeming.

"Diam artinya 'ya'. Ayo makan." Jihyun diam dan menuruti Mingyu, gadis itu berjalan beriringan dengan pria pemaksa yang tengah menggenggam tangannya.

hingga
.
.

.
 
"Gyu-ya!!!"



*****

New Life With 'Him'Where stories live. Discover now