Batas merapat
Jiwa kian melesak
Sesaat, semata kira dunia bergurau
Agar tawa pecah berderau
Menyapu pendar sepi agar tak jadi kota mati
Nyatanya ... gurauan memukul telak
Tersungkur dalam jarakBayang hitam telah bersambang
Sapa raga meratap rana
Terkejut tak jua, sedih pun tiada
Sang empu telah siap
Tapi, bekalnya tak jua lengkap
Masa tak lagi bertoleransi
Karena untuknya, roda waktu tlah berhentiBisik-bisik pengganggu
Mencecar agar jatuh ikut kaum berbelenggu
Berpesta fora dengan pengikut baru
Euforia kelabu, pekat lahar jerau
Memakan waktu dalam siksa yang tak raduDua setapak telah menunggu
Antara putih atau malah kelabu
Nan pasti, telah terbujur kakuCekikan waktu yang mengimpit
Mengosongkan per inchi nadi
Gelegar alam menjadi-jadi
Bahwa tanah, kembali dapat penghuniGema tangis berisak
Ricuh suara meluap
Penanda telah diberi
yang tersisa hanya kenangan abadi
Perihal nama juga perangai
Di antara ribuan yang pernah bersosialisasiKam, 23 Maret 2017.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Sang Pemimpi
PoetrySelamat datang di dunia yang bertabur gemerlap aksara. Persembahan dari seorang yang mempunyai banyak mimpi, namun terlalu banyak luka yang menghalangi. Terima kasih teruntuk kalian yang sudah menjadi inspirasi bagiku untuk menulis puisi-puisi ini. ...