Baikan dengan Ayah

19K 1K 3
                                    

Selamat Membaca

Nada dering HPku mengalun indah dari meja makan. Saat ini aku sedang membersihkan kamar mandi yang terletak di sebelah dapur, dengan berlari kuambil HPku tanpa melihat siapa yang menelpon.

"Hallo?" ucapku setelah menggeser tombol hijau.

"Cleo..." aku menelan ludah susah payah mendengar sosok diseberang telepon memanggil namaku "Ayah?"

"Iya ini ayah. Cleo masih ingat dengan ayah kan?" tanya ayah yang ntah berupa pertanyaan atau sindiran. Aku menggigit bibir bawahku merasa tersindir "Tentu aja Cleo ingat sama ayah. Gimana kabar ayah? Ayah sehat kan? Penginapan ayah gimana? Ayah gak lupa istirahat dan makan teratur teratur kan?" tanyaku beruntun.

Ayah terkekeh pelan "Ayah seneng kamu masih perhatian sama ayah. Ayah pikir kamu ninggalin ayah dan ngelupain ayah" ucap ayah sedih. Mendengar ucapanya membuatku ingin mengutuk diri sendiri. Apa aku udah jahat sekali dengan ayah?

"Itu gak akan terjadi yah. Cleo sayang ayah dan selamanya Cleo gak akan ninggalin dan ngelupain ayah"

"Trus ini apa namanya kalau gak ninggalin ayah? Kabur dari rumah dan gak kasih kabar ke ayah"

"Ini gak ninggalin yah, ini cuma pergi sementara. Cleo gak akan kabur kalau ayah gak berniat buat jodohin Cleo kaya jomblo ngenes gitu" ucapku membela diri. Benar, aku gak akan bersikap jahat dan kekanak-kanakan kalau tanpa sebab.

"Tapi kan niat ayah baik. Ayah cuma gak mau lihat kamu kesepian dan kurang kasih sayang karena ayah sibuk sama penginapan. Ayah berfikir kalau kamu menikah, ada suamimu yang akan menemanimu dan menjagamu seperti ayah"

"Maafin Cleo yah udah buat ayah kepikiran kaya gitu. Tapi Cleo udah gak permasalahin hal itu kok. Sekarang Cleo udah dewasa yah, udah tau dan mengerti dengan kondisi ayah. Cleo gak akan nuntut yang aneh-aneh lagi ke ayah"

"Cleo tau selama ini ayah menyibukkan diri agar tidak terlalu merindukan Mama, tapi Cleo pura-pura gak tau dan sering marah ke ayah padahal ayah sudah memberikan perhatian lebih pada Cleo. Maaf ya yah, Cleo kekanak-kanakan banget selama ini" dadaku terasa sesak, mengingat bagaimana dulu ekspresi ayah saat aku menuntutnya untuk mengikuti kemauanku padahal saat itu ayah juga sedang terpuruk dan butuh dukunganku. Mataku sudah memanas dan akhirnya setetes air mata jatuh juga dari mataku.

"Sudah lah. Ayah gak masalah soal itu, malah ayah seneng dulu Cleo selalu marah sama ayah yang sibuk dengan kerjaan. Membuat ayah gak melupakanmu dan tenggelam dalam kerjaan dan bisa membuat ayah stres. Soal pernikahan itu ayah juga minta maaf udah seenaknya sendiri memutuskan tanpa bertanya lebih lanjut padamu. Ayah pikir kamu akan langsung setuju karena calon yang ayah pilih ini ganteng dan mapan. Kamu kan jomblo ngenes pasti lihat bening dikit udah klepek-klepek" ayah tertawa dan aku cemberut mendengar perkataannya. Tega banget sih, anak satu-satunya di katanin jomblo ngenes.

"Ayah.." mendengar rengekanku ayah semakin tertawa keras dan aku juga tertular dan ikutan tertawa. Senang sekali mendengar suara ayah, membuatku kangen dan ingin memeluknya.

"Cleo, ayah kangen" ucap ayah parau "Cleo juga kangen ayah"

"Kalau kamu kangen ayah, pulang ya? Ayah kesepian disini. Gak ada kamu yang suka huru-hara dan marah-marah rasanya sangat berbeda. Ayah kangen masakan kamu sama tidur bareng lagi. Ayah juga kangen kita jalan-jalan bareng sambil godain bule-bule"

Aku tertawa pelan mendengar kata-kata terakhir ayah. Dulu saat ada waktu senggang kita sering keluar jalan-jalan bersama, entah belanja atau hanya jalan-jalan di pinggir pantai. Dan saat ada bule yang sedang asik berduaan atau bermain aku akan pura-pura menjadi remaja yang teraniaya dan sedang membutuhkan bantuan karena di tinggal selingkuh pacarku yang om-om. Setalah berhasil membuat bule-bule ikutan panik sendiri membuat kita tidak berhenti tertawa. Jahat sih, tapi menyenangkan.

Young Husband? Oh No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang