[3] The Basket Cafe

3.3K 396 84
                                    

Sore itu Riri diajak jalan-jalan bersama Reza sebagai permohonan maaf agar Riri tidak marah lagi, plus reward karena Riri sudah memenangkan pertandingannya. Mereka pun akhirnya pergi ke tempat favorit mereka, "The Basket". Sebuah café yang seluruh propertinya bernuansa basket, bahkan sang pemilik sengaja menyiapkan sebuah lapangan basket indoor di sebelah kanan café. Tempat ini merupakan salah satu tempat yang sangat berarti buat Riri. Karena ditempat inilah Riri mulai mengenal basket dan menyukainya.

"Tempat ini nggak berubah ya, Kak?"

"Kalau berubah, nanti kamu gak mau ke sini lagi, gimana?" goda Reza sambil melambaikan tangannya pada salah satu pelayan. Pria yang memakai seragam "The Basket" itupun mendekat sambil tersenyum.

"Weiss, tumben lo nongkrong di sini, Bro. Ama siapa, tuh?" ucap pelayan tadi sambil menyenggol bahu Reza cukup keras.

"Ini Riri, adek gue. Jangan macem-macem, atau ...."

"Hohoho ... ampun, bos. Lagi pula gue bukan gay, gak tertarik ama cowok."

Reza dan Riri saling berpandangan. Apa tadi katanya? Cowok? Mereka berdua pun langsung terkikik. Yah, wajar saja sih jika orang-orang akan salah mengira. Penampilan Riri saat ini memang tomboy abis. Celana tiga perempat yang dipadukan dengan polo shirt berkerah, terlihat sangat pas di tubuh Riri. Belum lagi rambut pendek yang memakai topi, ia tak jauh beda dengan anak laki-laki, kecuali wajahnya yang lembut. Ah, tapi siapa peduli dengan wajah, saat ini banyak sekali laki-laki yang berwajah manis, bukan? Apalagi artis-artis korea sana.

"Sena, adek gue cewek. Dia kapten tim SMA Magentha yang sekarang," ucap Reza sambil mendelik pada pelayan itu.

"Whut?? Jadi ini yang kemaren menangin kejuaraan itu? Ya ampun, gue fans berat lo, tau! Gaya lo tuh cool banget, apalagi pas pertandingan kemaren. Sumpah, gue pikir Yao Ming is comeback."

"Udah, udah! Ntar lo naksir adek gue lagi."

"Ye, kalau gue naksir emangnya kenapa?"

Pletak! Sebuah jitakan yang cukup keras membuat temannya Reza itu meringis.

"Ugh, dasar siscon!"

"Berisik, gue ke sini mau jadi customer, bukan ngebanyol ama lo. Cepet cariin kita spot yang enak."

"Siap bos!"

Mereka berdua pun di antar oleh Sena ke bagian café sebelah kanan, tepat di dekat lapangan basket. Pemandangannya cukup bagus, mereka bisa makan sambil melihat para pemain basket jalanan yang sedang beraksi.

Baru saja mereka menikmati pertandingan sambil menunggu pesanan datang, tiba-tiba terjadi keributan di tengah lapangan. Untunglah bagian keamanan langsung cepat tanggap dan melerai perkelahian itu.

"Ada apa sih, Kak?" tanya Riri sambil menyeruput jus stroberi yang baru saja mendarat di meja.

"Biasa, anak baru nyari masalah. Yang kayak begituan udah biasa di sini, jadi santai aja, ok!" ucap Sena sambil mengerling ke arah Riri. Reza langsung melotot, sementara pelayan itu hanya cengengesan.

Setelah keadaan sudah aman, pertandingan basket yang sempat terhenti kembali dilanjutkan. Riri pun mulai asyik menyantap makanannya sebelum Rendy datang dan langsung duduk di sampingnya.

"Weh, asyik nih makan berduaan aja," ucap Rendy sambil duduk di samping Riri dan menyeruput jus stroberinya tanpa permisi.

"Jangan bilang lo ngedeketin kita karena mau minta ditraktir. Malu tuh ama pacar lo," sindir Riri sambil melirik ke arah teman wanita yang sejak tadi tersipu-sipu di samping Rendy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear, Sunshine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang