Kelulusan

23 8 3
                                    

19.30 WIB

"Hai Dipta!!" Sapa ku terhadap orang di seberang sana yang tidak lain adalah Dipta. Ya, Abel menepati janjinya untuk berbicara kepada Dipta mengenai liburan kami setelah ujian berakhir.

"Woii broo!! Ada apa nih tiba-tiba main vcall aja, biasanya juga ngabarin dulu kalau mau vcall," Suara Dipta membalas.

"Nih Dip, temen kita yang paling cantik ceritanya lagi bosen banget. Dia suntuk karena dapet penekanan terus dari guru kita. Ya lo tau lah persiapan Ujian Nasional," Ucap Abel menjelaskan.

"Iya, gue juga sama suntuknya kayak lo Nay. Oke kita berangkat liburan dua hari setelah kelulusan gimana?" Balas Dipta.

"Setujuuu!!! Gue setuju bangett!!!" Aku berteriak kegirangan, bagaimana aku tidak teriak. Aku sangat antusias untuk bertemu dengan Dipta lagi dan juga untuk refreshing pastinya.

"Ishh Nay berisik lo! gak usah teriak gitu kali. Kan emang udah rencana kita kayak gini," Ucap Abel.

"Diptaa!!" Terdengar suara seorang wanita memanggil Dipta di seberang sana.

Dipta pun menoleh ke arah sumber suara tersebut.
"Iya Buuu sebentar."

"Uhmm guys, udahan dulu ya. Nyokap minta anterin nih," Ucap Dipta

"Yaudah nanti setelah UN cepet-cepet kabarin kita yaa!!" Jawab Abel.

"Awas aja lo PHP dip, gue samperin lo!! Yaudah bye-bye Dipta," Ucap ku sambil memutuskan sambungan.

♦♦♦

Hari ini merupakan hari terakhir Ujian Nasional di laksakan. Setelah pulang nanti, aku dan Abel berencana untuk mengunjungi Smile Caffe, Caffe baru di dekat sekolah. Kami ingin tahu suasana Caffe di sana bagaimana. Apakah sama nyamannya dengan Art Caffe yang sudah menjadi tempat favorit kami atau tidak.

Ujian telah selesai, aku dan Abel sedang menuju Smile Caffe dengan motor ninja hitam milik Abel.
Sesampainya di Smile Caffe aku pun terkejut dengan desain etnik modern  milik Caffe ini. Aku melihat sekeliling ruangan, terlihat pengunjung yang sedang menikmati hidangan yang di sajikan. Bukan piring, mangkuk, gelas yang terbuat dari keramik sebagai wadahnya, namun Caffe ini menggunakan wadah yang terbuat dari tanah liat. Menarik bukan?

"Mau pesen apa Nay?" Tanya Abel.

Mendengar ucapan Abel, ingin rasanya aku memukul kepalanya. Dia kan sudah tahu aku tidak suka di tanya seperti itu. Aku sudah pernah bilang bukan? Kalau aku tidak bisa memilih menu makanan ku sendiri. Kecuali kalau aku sudah sangat menginginkan makanan itu.

"Oke-oke gak usah di jawab Nay," lanjutnya kemudian langsung memanggil pelayan dan memesan makanan.

Setelah pesanan datang. Aku langsung menyantap Sandwich dan ice greentea latte yang di pesan Abel.

"Ah kurang Nay," ucap Abel setelah selesai meminum greentea nya.

"Gue kapan lebihnya sih di mata lo Bel," ucap ku pelan namun masih bisa di dengar oleh Abel.

"Apa lo bilang? Coba bilang sekali lagi."

"Hah? Em.. itu..anu gue tadi bilang iya ini kurang. Enakan di Art Caffe," ucap ku mengalihkan pandangan ku ke bawah

"Bohong! Lo bohongg Nay. Heyy tatap mata gue," ucapnya sambil tangannya mendongakkan dagu ku.

"Nay denger ya, lo itu selalu lebih di mata gue. Lo itu cewek beda. Lo itu istimewa Nay. Lo itu sahabat terbaik gue," ucapnya sambil tersenyum dan mengelus pipi kanan ku.

Deg

Apa dia bilang? Aku istimewa? Dan kalimat terakhirnya. Aku hanya sekedar sahabatnya. Ya hanya sahabatnya. Sudahlah, aku juga sudah sangat beruntung bisa bersamanya setiap hari.

♦♦♦

Hari ini merupakan hari kelulusan. Aku dan Abel mendapat nilai tertinggi di sekolah. Keinginan ku untuk masuk SMA favorit sepertinya akan terwujud. Aku akan satu sekolah lagi dengan Abel. Aku akan bersamanya terus setiap hari. Tidak akan berubah sampai kapanpun.

"Yeayyy Bel akhirnya terwujud juga!!" Ucap ku sambil tersenyum senang

"Ahh, masa gue satu sekolah sama lo lagi? Bosen ahh.. dari TK sama lo mulu. Sekelas sama lo tapi-"

"Ish yaudah sana kalo gak mau. Gue mau nyusul Dipta aja," ucapku langsung berdiri dan berjalan empat langkah meninggalkan Abel yang sedang duduk.

"Gitu aja baper lo! Gue belom selesai ngomong woy!" ucap Abel dari tempat duduknya dan kemudian ia menghampiri ku yang telah berdiri empat langkah di depannya.

"Lo mau bilang, tapi lo selalu jadi saingan gue kan? Iya kan?" Ucapku dengan nada gemetar.

"Tapi gue gak pernah sebangku sama lo. Gue bosen Nay duduk sama orang lain. Gue pengen sama sahabat gue sendiri," lanjutnya.

"Ahh teotok lo Bel" ucapku sambil memukul lengan kanan Abel.

"Huu gitu aja mau nangis lo," Abel langsung mengacak-acak rambutku.

"Oiya satu lagi, gak terlintas sedikitpun di benak gue mau saingan  sama lo. Gue gak pernah mau saingan sama sahabat gue sendiri. Sekalipun ada kompetisi yang ngeharusin kita harus bersaing, pasti gue bakal mudur duluan Nay," Abel yang kemudian merangkul ku.

--------------------------------------------------

Vomment nya ditunggu ya😘😘

Pernah SinggahDonde viven las historias. Descúbrelo ahora