Jahil

83 34 36
                                    

Bersepeda di malam hari sudah terbiasa bagi ku dan Abel sejak kecil. Kegiatan ini mungkin sudah jarang sekali dilakukan untuk anak seusia kita. Menurut kita, bersepeda dimalam hari lebih menyenangkan karena mereka bisa melihat pemandangan kerlap-kerlip lampu yang berada di ibu kota. Bersepeda kita lakukan jika kita sedang merasa penat karena aktivitas pada siang hari.

"Ayo kita taruhan, yang duluan sampai atas nanti ice cream nya dibeliin sama yang kalah." ujar laki-laki itu.

"Ah gue kayaknya nyerah duluan nih bel, mana mungkin gue bisa nanjak tanjakan setinggi itu."

"Yaudah kita coba dulu ayo, masa udah nyerah sebelum perang sih nay." ucap laki-laki itu sambil menuntun sepeda nya kearah berlawanan.

"Eh ehh... mau kemana lo!"

"Udah buruan sini ikutin gue."
Anak perempuan itu mau tidak mau mengekor dibelakang nya.

"Nah sekarang kita dari sini ngebut sampe keatas sana," ucap bocah laki-laki itu sambil menunjukkan telunjuknya kearah puncak dari tanjakan itu.

"Tapi bel-"

"1....2...3... goooo!!!" Ucap Abel yg langsung memotong ucapan ku.

Aku dengan cepat mengayuh sepeda ku hingga atas puncak.
"Yeayy, Naybe menang Abel kalah." Aku dengan bahagianya berteriak sambil mengangkat kedua tangan ku.

"Yah, sebenernya mah gue ngalah aja sama lo nay. Gue kan udah sering menang dari lo, jadi gua ngasih kesemp-"

"Ah banyak bicara sekali ya anda, udah gue gak mau tau sekarang traktir ice cream!!"Aku yang kali ini memotong pembicaraan Abel.

"Kan udah gue bilang nay, jangan nyerah sebelum perang." ucap Abel sambil mencubit hidung ku gemas.

Ya kata jangan menyerah sebelum perang adalah kata penyemangat yang selalu diberikan Abel kepada ku yang sejak dulu sudah sering ia katakan. Menurutnya, aku sering sekali mengeluh padahal aku belum mencoba.

♦♦♦

"Bel!" Aku memanggil dari kejauhan. Abel pun menoleh dan aku pun langsung berlari mengejar Abel yang berada jauh didepan ku.

"Bel, nanti malem bikin tugas bareng yuk gue masih gak ngerti sama yang tugas yg dikasih." ucapku.

"Yaudah, tapi dirumah gue aja ya biar Bunda tau kalo kita beneran bikin tugas."

"yaudah gue duluan ya, Monic juga udah nunggu gue dan lu juga mau futsal dulu kan bel ?"

"Iya Naybe. Nanti jam 7 aja ya lo kerumah."

Aku mengacungkan ibu jari ku yang berarti aku menyetujui apa yang dikatakan Abel kepadaku.

♦♦♦

"ABELLLLL!!!" Teriak ku mengagetkan Abel yang sedang tertidur dikamar nya.

Aku memang sudah terbiasa keluar masuk rumah Abel dan bahkan kamar Abel sekalipun. Bunda Abel juga sudah percaya kepada sahabat kental putra semata wayangnya itu.

"Ya ampun nay bisa gk sih gak teriak teriak? Nyawa gue masih ketinggalan di alam mimpi." ucap Abel kesal.

"Lagian gue udah teriak dari tadi gk bangun-bangun. Yaudah sana lu mendingan cepet ke kamar mandi sana cuci muka, terus kita langsung buat tugas nya. Gue gak mau tau malem ini harus udah selesai, besok tugas kita udah dikumpulin bell!" ucapku panjang lebar.

"Ih bawel lu, yaudah bentar bentar gue ke kamar mandi."

Aku dan Abel mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh ibu guru. Sesekali kita saling bercanda agar tidak jenuh saat kita sedang mengerjakannya. Dan hal yang paling wajib ada kalau kita sedang mengerjakan tugas bersama adalah makanan. Makanan adalah hal yang paling membuat kita lebih bersemangat saat belajar.

Flashback on

Abel POV

Saat kami masih menginjak bangku sekolah dasar, kami sering mengerjakan tugas bersama, bermain bersama, liburan bersama, dan berangkat sekolah selalu bersama. Ya kami itu gue, Naybe, dan Dipta.

Malam itu Naybe dan Dipta sedang bermain dirumah gue tepatnya diruang tamu lantai dua, sampai tiba-tiba Dipta meminta izin ke kamar mandi untuk buang air besar dan ide jahil pun bermunculan.

"Bel lo tau apa yang ada dipikiran gue kan." ucap Naybe sambil menyunggingkan senyum jahil nya seakan membaca pikiran gue. Gue pun membalas senyuman yang sama jahilnya.

"Oke nay lo tonton aja aksi gue." ucap gue. Gue langsung menuju ke kamar mandi sambil berlari kecil, dan

tek

"WOYYY!!!! anjirrr lampu nya jangan dimatiin kampret lo!!!" Teriak Dipta.

Gue sama Naybe langsung berlari mengumpat ke kamar gue, gue matiin lampu kamar hingga gelap, gue memanfaatkan pantulan cahaya bulan sebagai penerangan kita ke tempat tidur dan menyelimutkan tubuh kita agar tidak terlihat oleh Dipta. Naybe tertawa kecil melihat tingkah gue.

"Stt nay jangan berisik nanti ketawan." ucap gue.

Terdengar suara langkah kaki menuju tempat tidur gue, terlihat sebuah bokong masuk kedalam selimut.

Tutt....

Sebuah gas beracun yang keluar begitu saja dari bokong Dipta yang sukses membuat Indra penciuman gue dan Naybe mati rasa.

"Astagaaaaaa DIPTAAAAA!!!" ucap Naybe yang buru-buru keluar dari selimut sambil mengibaskan tangan ke arah hidung nya.

"Dip itu lo abis makan apaan sih! Sumpah itu bau ekstra ordinary banget kampret lo fit." ucap gue sambil menutup hidung rapat-rapat.

"Makanya jangan macem-macem kalian sama gue hahahaha." ucap Dipta tertawa tanpa bersalah sedikitpun.

Flashback off

"Nay gue kangen masa kecil dulu, waktu gue sama lo ngejailin Dipta dikamar mandi." ucap Abel membuka suara.

"Gue juga kangen bel sama dia. Udah tenang aja kita 3 tahun lagi bakal satu sekolah bareng. Kita fokus dulu aja bel sama ujian kita, toh nanti kita liburan juga bareng Dipta juga kan bel." ucapku meyakinkan Abel.

-------------------♦♦♦♦♦♦♦♦♦--------------------

Hallo maaf ya kalo gak jelas cerita nya, mohon kritik dan saran nya ya semua. Love youuu😘😘😘

CUMA KASIH TAU AJA😳
Hehe soal sepeda dimalam hari, itu memang kebiasaan author dulu pas SD. Dan si Dipta sama Abel sekarang pun masih ada orangnya. Jadi cerita ini terinspirasi oleh kisah saya sendiri, tapi kebanyakan part jadi pemanis aja ckckck, percayalah kenyataannya gak semanis itu hahaha..

Yaudahlah selamat membaca!!

Pernah SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang