Devan langsung berjalan menuju kamarnya dan mulai bersiap siap.
Tiga puluh menit dia siap untuk pergi. Devan lalu berjalan menuju pekarangan rumahnya tanpa memperdulikan ayahnya yang melihatnya.

Devan menghidupkan motornya lalu melesat menuju rumah Flo.

Flo sudah siap dengan celana jeans panjang dengan kemeja merah yang dibuka dan tampaklah tank top berwarna hitam dengan tas selempang warna hitam tersampir di bahunya

Flo melihat Devan sudah di halamannya pamitan pada kakaknya yang masih dirumah yang lagi bersiap siap pergi menuju rumah temennya.

"Ayo" ucap Devan lalu Flo segera naik di tempat duduk motor Devan yang berada di belakang Devan

Mereka tak ada yang mengeluarkan suara semenjak di atas motor. Mereka sama sama bungkam.

Tak lama, mereka sampai. Devan memasuki pakiran khusus motor di pakiran mall. Mereka berjalan menuju mall

"Lo katanya mau ketoko buku kan?" Tanya Devan

"Iya"

"Ayo kesana. Habis itu kita makan" Flo hanya mengangguk. Mereka berjalan bersisian dan berjalan memasuki kawasan toko buku yang besar.

Devan hanya mengikuti Flo yang berjalan menuju deretan rak berisi novel. Flo memilih novel yang menarik lalu dia membaca sinopsis di belakang sampul. Jika suka, maka ia ambil. Itulah yang diamati Devan saat melihat Flo.

"Ayo" ucap Flo menghampiri Devan dengan membawa beberapa buku

"Lo beli segitu?" Tanya Devan heran melihat lima buku dengan tebal itu

"Iya. Ini mah masih sedikit"

"Oke, ayo bayar"

Mereka berjalan menuju kasir. Flo menyerahkan buku itu ke pelayan kasir dan ia sudah membuka dompetnya.

"Semuanya total tujuh ratus lima puluh ribu" ucap pelayan itu dan Flo langsung mengeluarkan uangnya

"Ini mbak" ucap Devan. Flo menatapnya bingung

"Kenapa lo yang bayar? Ini buku kan gue yang beli" ucap Flo heran

"Gue yang bayar. Gimana pun gue laki. Udah seharusnya laki yang bayarin cewek jika ia membeli barang" ucap Devan sambil menyodorkan kartu ATM

"Enak aja lo. Diteori gue nggak ada tuh yang kayak gitu. Minggir deh lo, gue yang bayar" ucap Flo menyerahkan uang delapan lembar uang seratusan

"Bawel mulut lo" ucap Devan tak mau kalah

"Mulut lo tuh rempong banget. Cowok padahal" ucap Flo tak kalah dengan Devan

"Biar gue. Ini mbak pake punya saya" ucap Devan menyodorkan kartu ATM

"Gue aja mbak" ucap Flo menyodorkan uang. Pelayan itu bingung memilih yang mana

"Gue"

"Gue"

"Gue"

"Gue" Ucap Flo geram. Dia mendekatkan mulutnya ke tangan Devan

"AAARRGGHHH" teriak Devan menarik tangannya yang digigit Flo tanpa perasaan

"Hahahahaha. Rasain lo. Ini mbak uangnya"

Devan mengebaskan tangannya di udara dan matanya melotot tajam kearah Flo dan disambut senyum miring oleh Flo

"Ini kembaliannya lima puluh ribu. Terima kasih"

"Iya mbak"

Flo menarik tangan Devan keluar. Devan hanya pasrah ditarik paksa oleh Flo. Setelah keluar toko, Flo langsung melepas tangan Devan yang ia genggam

"Lo rese banget. Lo ngapain gigit tangan gue, hah?" Tanya Devan kesal

"Lo sih mau bayar buku gue. Gue nggak sekere itu ya buat lo bayarin belanjaan gue" ucap Flo kesal juga

"Tapi kan udah co--"

"Di kehidupan gue, nggak ada tuh teori yang gue terapin. Jadi gue nggak bakal memakai teori itu dan lo shut up your mouth now. Kita harus cari makan. Gue udah beneran laper" ucap Flo sambil memegang perutnya

"Ck dasar. Ayo kita cari tempat makan"

Mereka berjalan namun sudah ada yang menghalangi jalan mereka dengan tiga orang

"Wahh wahh wahh. Kita ketemu disini juga ya. Udah lama nggak ketemu sejak lo buat gue masuk rumah sakit" ucap cowok yang berada di tengah mereka berdua

"Asik banget lo bisa ngedate sama pacar lo" timpal yang berada di sebelah kanan

"Lo ngapain disini?" Tanya Devan tajam

"Gue cuma cari refreshing aja disini. Dan gue liat lo, jadi gue mau menyapa sobat gue dari Trimiga" ucap cowok itu sambil terkekeh kecil

"Gue nggak sudi jadi temen lo" ucap Devan penuh penekanan

"Lo nggak mau minta maaf sama gue? Lo udah buat gue masuk rumah sakit dan di skor selama seminggu" ucap cowok tengah mulai marah

"Gue nggak peduli"

"Well, lo masih peduli jika pacar lo gue ambil? Ah atau gue siksa aja ya" ucap cowok menatap Flo dengan tatapan menggoda

"Menjijikan muka lo. Jangan harap lo bisa buat gue kesiksa" ucap Flo dengan nada datar

"Mulut lo pedes juga ya"

"Makasih" ucap Flo

"Gue pergi dulu, tapi jangan harap lo bisa hidup tenang Van. Karena gue akan menghancurkan lo walaupun harus pacar lo terlibat"

"Buktiin. Jangan lo banyak omong dengan mengeluarkan ucapan sampah sekarang. Gunakan otak lo yang sebesar otak udang itu untuk membuktikan ucapan lo" ucap Flo dengan wajah datar dan aura dan suara yang tajam

"Akan gue ingat perkataan lo manis. Sampai jumpa" cowok itu bersama kedua temannya pergi berjalan menjauh dari mereka

"Lo jelasin saat kita makan"

**********


Flo dan Devan tengah menikmati makanan yang tersedia di depannya itu.

"Jelasin sekarang" timpal Flo lalu Devan menghela nafas berat

"Dia musuh gue sekaligus musuh sekolah Trimiga. Mereka berasal dari Global High School. Trimiga sama Global selalu musuh dalam hal tawuran. Dan waktu itu gue ngehajar Rio sampai dia masuk rumah sakit"

"Oh jadi tuh cowok namanya Rio. Kapan lo sama dia tawuran?"

"Sebelum liburan semester satu. Gue juga nggak tahu tanggal pasnya kapan"

"Oke, sekarang lo mau ngapain?" Tanya Flo

"Gue harus waspada aja. Dia sangat licik"

SEE YOU NEXT CHAPTER

When LOVE Talkedحيث تعيش القصص. اكتشف الآن