♥rumah lama

Beginne am Anfang
                                    

" ntar jd kerumah almarhum temen km len?". tanya haris yg ikut duduk diberanda membawa secangkir teh.

" iya.. hbs ini.. mama retno juga bilang gpp aku kesana". kataku masih melihat kearah balkon kamar lutfi.

" kenapa len?". tanya haris melihatku ga fokus diajak ngobrol.

" temen km aneh aneh yaa len". katanya sedikit heran.

" ya..termasuk km". jawabku mencibir balik.

haris kemudian tertegun menatap kearah balkon rumah lutfi. aku membuang muka kearah lain.

" len, tu anak ngapain duduk diatas pager balkon gt ap ga takut jatoh?". tanya haris masih melihat kearah yg sama.

"wihh.. malah melambai lambai.. dia sakit ya? kok mukanya gt? aneh tuh anak len.. jangan jangan itu.. hiiii serem amat". kata haris lg menyenggolku namun ga aku gubris. lalu dia berdiri dan agak berlari masuk rumah. dasar... dia takut kayaknya. aku gamau melihat kearah yg dimaksud haris tadi. males liat yg begituan. aku lanjut baca koran ditanganku.

sesaat kemudian haris datang lagi  bawa pesawat mainannya dan mengutak atiknya dideketku. lalu menerbangkannya kearah rumah lutfi.

" mau ngapain?". tanyaku menyadari dia iseng lg.

" eh.. kok dia ga ada di screen.." katanya bingung tanpa menjawab pertnyaanku.

" turunin minanmu sekarang !". pintaku melihatnya masih bengong liat screen dan sesekali melihat kearah balkon rumah sebelah.

" gilaa.. ihh.. ngeri banget". katanya sedikit ketakutan tp tetep aja nglanjutin.

" ntar km diikutin lo.. turunin mainanmu riz". kataku mencoba menakutinya namun dia ga bergeming.

" rizz !!". bentakku.

" iyaa iya.. duh ellen". jawabnya menurut sambil nurunin mainannya. saat mainannya udah kembali terlihat seperti cakaran cakaran aneh dibeberapa bagian.

" lohh ini knp?". kata hariz bingung.

" sukurin!!". umpatku gemes sama dia.

" sialann tu anak!!". katanya mulai emosi. dia celingukan dan melihat balkon rumah lutfi ternyata kosong ga ada siapapun.

" len, sebenernya rumah itu kenapa?". tanya haris menyenggolku kali ini. saat aku menoleh kearahnya dari samping kanan haris terlihat kepala seseorang mirip lutfi. aku kembali melihat kearah lain.

" len...!!". panggil haris agak keras.

"ihh ga mau ikut ikut ... ". kataku sambil pergi kedalam ninggalin dia diberanda rumah.

" maksud lu apaan len?!!...ellen!!". teriaknya dr luar masih bingung. aku ga mau ikut campur hal hal kayak gini mulai sekarang kalo emang ga kepepet banget.

" ini knp pagi pagi dah saling teriak?". tanya eyang begitu melihatku masuk kedalam.

" gpp eyang". jawabku dingin lalu berlalu begitu saja

" elen, sampai keturunan ke 8". kata eyang tiba tiba aja membuatku berhenti dan berbalik memandangnya. aku hanya diam.. dalam otakku mulai tergambar gimana yg sebenernya terjadi.

" ada yg lain kenapa harus aku". ucapku mulai ga terima karena baru kusadari selama ini sangat menyiksa hanya karena ini.

" eyang ga tau.. makanya eyang memintamu mulai km lahir dari ibumu.. maaf... eyang minta maaf". jawab beliau melembut.

" aku tumbal?". tanyaku membuat beliau terdiam.

" begitu?!!". tanyaku menekankan dan mulai kehilangan kendali. ga pernah aku sekasar ini sama eyangku.

The Final ChapterWo Geschichten leben. Entdecke jetzt