End?

248 17 0
                                    

Suara daun yang bergesekan dan gemericik deru air sungai menjadi pemecah keheningan diantara peperangan tertutup disini.

Uchiha dan Senju. Kedua clan sekaligus pemimpinya telah hadir mematung setelah melihat kejadian yang tak pernah mereka lupakan. Onyx kelam itu seketika berubah layaknya kilatan petir. Iris itu sontak berubah merah darah dengan satu tomoi di masing masing mata.

"Sharingannya... barusan bangkit?!" Senju Butsuma tercengang melihat pemuda cilik nan berbakat itu memamerkan kedua matanya yang berubah.

Bersamaan dengan itu Madara berjalan mundur tanpa menghiraukan Hashirama yang masih memanggil dirinya.

"Hashirama lebih baik kita kembali. Kau tau bukan bagaimana seorang Uchiha jika Sharingannya sudah bangkit?"

Bocah mangkok itu tak bergeming. Ia masih tidak paham atas kata kata sahabat ravennya tadi.

"Kau itu Senju! Adikku dibunuh oleh Senju. Dan adikmu dibunuh oleh Uchiha"

"Saar pertama mendengar kuharap kau bukan dari Senju"

"Impian konyolmu itu... tidak bisa terwujud"

"Kita berpisah Hashirama! Walaupun sampai disini aku menikmati masa masa bermain kita!"

Saat itu juga Hashirama mengerti akan semuanya. Sontak lamunannya buyar oleh adik satu satunya ini memegang tangannya.

"Anijaa.."

Hashirama kembali suram. Ia menundukkan kepalanya 90 derajat. Tadi Mito lalu sekarang Madara.

===============

"Bagus Madara. Ayah akan memperketat jam latihanmu nanti"

"Baik ayah" ia sama sekali tidak tersenyum ataupun sedih. Wajahnya pun tidak nampak datar. Madara sedang gelisah.

"Kak, nanti ajarin aku apa yang ayah ajarin pada kakak nantinya. Sshhh.. jangan bilang ayah"

Alisnya terangkat tiba tiba. Perasaan ini kembali muncul. Jika sudah datang, kenapa tidak di sambut?

"Sshhh... kakak akan mengajarimu diam diam" ujar Madara sambil menyatukan jari telunjuk dengan bibir merah mudanya. Tak lupa ia mengedipkan kata kananya untuk menyakinkan adik manisnya.

Mata Izuna langsung berbinar binar. Ia tampak tidak sabar akan pelatihan kakaknya nanti. "Madara, adikmu masih cukup muda untuk mempelajari Sharingan"

Izuna spontan berbalik. Menatap ayahnya cemberut mengembungkan pipi gemesnya.

"Izuna sudah besar kok. Buktinya ia lebih tinggi daripada kakak" tanpa peringatan Madara menggendong Izuna kecil dan mendudukannya di masing masing bahunya. Setepat itupun Tajima menoleh kebelakang dengan menemukan kedua anaknya sedang bermain main.

Izuna dan Madara sama sama membuka senyum lebar hingga menampakkan deretan gigi putihnya yang rapi. Wajah mereka bagai pinang dibelah dua. Sangat tampan dan lucu disaat bersamaan. Buktinya saja sang ayah Tajima segera mencubit kedua pipi berisi kedua buah hatinya. Membuat Madara terpaksa menurunkan Izuna dari gendongannya.

"Baiklah anak anak ayah yang sudah besar yang tampan yang lucu yang manis yang sering membuat ayah dimarahi ibu, akan memulai sesi pelatihan sebagai Uchiha resmi mulai besok."

"Yeyy!!" Izuna melompat kegirangan saat sang Uchiha menyelesaikan kalimat memuji untuk kedua anaknya. Diikuti oleh kekehan kecil khas Uchiha, sang ayah menggendong anak bungsunya di punggung.

"Sebagai perayaan akan kehebatan kakakmu. Ayah sudah memberitahu ibu bahwa akan ada makan besar hari ini"

"Kapan ayah memberitahu ibu? Tidakkah ayah masih disini daritadi?"

Sontak Madara menjitak pelan dahi halus adik mungilnya membuat Izuna meringis sakit.

"Ayah itu bukan cuma ayahmu. Dia itu juga pemimpin clan Uchiha." Gertak Madara ringan.

"Heheheh.. iya ya" saat bersamaan dengan tawa Izuna, Madara berhenti berjalan mengikuti kedua keluarganya

"Ada apa Madara?"

"Tidak ada apa apa. Ayah pulang saja dulu. Aku akan menyusul nanti" jawabnya ringan disertai senyum penjeratnya

"Hm.. baiklah"

Tak beberapa lama setelah Tajima dan Izuna pergi. Sang raven mengendap endap menyusuri semak semak yang ada di kanan sisinya. Saat sudah dekat kepada target, ia bisa merasakan bahwa ia sudah brsembunyi disini cukup lama.

Betapa kagetnya ia melihat salah satu temannya yang sedang menguntit.

"Sasaki?"

Hyuuga hanya terdiam mengepal kedua tangannya erat erat.

"Madara.... ja, jadi kau.. Uchiha?"

Kedua netra onyx itu membola setelah mendengar pernyataan dari teman caramelnya ini.  Madara menunduk. Begitu juga Sasaki yang menunduk menatap kosong tanah yang mereka pijak.

"Jika aku Uchiha... dan kau Hyuuga... kita masih bisa berteman bukan?"

Sasaki mendongak disusul air mata yang menetes jernih. Entah karena suka Madara memperhatikannya atau sedih kenyataannya dia akan berpisah pipinya merona bagaikan seluruh darah bermigrasi ke pipi wajahnya.

"Tampaknya tidak. Kami clan Hyuuga, sangat membenci clan Uchiha"

Sang landak terdiam. Ia sudah tau ini yang akan diucapkan oleh Sasaki.

"Jika begitu.. i--"

"Kaiten!!"

Kilatan biru berubah menjadi pusaran bola besar berlapis chakra biru yang kuat. Bocah Uchiha yang terkena itu langsung terhempas jauh sehingga menyebabkan jatuhnya beberapa pohon disana. Beberapa detik setelah tubuh Madara mendarat kasar ditanah, pengguna kaiten yang baru saja datang menghentikan jutsunya lalu mendekati Sasaki yang melongo tak percaya.

"Sasaki kau tidak apa apa?"

Saking trumanya melihat Madara tergeletak tak bergerak diatas tanah Saki kecil hampir jatuh pingsan sama seperti Madara jika bahunya tidak di topang oleh sang ayah.

"A..yah?"

Hyuuga Sakakibara tak menghiraukan omongan anaknya. Ia malah memandang tajam Madara yang mulai sadarkan diri.

"Ayah tak akan mengizinkanmu mendekati bocah terkutuk itu lagi."

"Tapi ayah.. dia.."

"Dia itu Uchiha! Apa yang akan ayah katakan nanti jika putri dari clan Hyuuga berteman dengan salah satu bocah dari musuh clan kita?!!"

Sasaki terdiam. Ia bahkan tidak menyadari ayahnya yang sudah menggendongnya tepat di pundak sang ayah.

"Ayah.. tapi Madara butuh pertolongan!"

"Biarkan saja dia mati kehabisan darah disini. Uchiha memang pantas dimusnahkan!"

Bersamaan dengan itu Madara bangun tertatih tatih dari posisi sebelumnya. Dari kejauhan ia bisa melihat wajah Sasaki yang cemas bercampur sedih menjadi satu. Ia ingin berdiri tapi tak bisa kedua kakinya terkilir saat jatuh tadi.

Sebelum benar benar kembali tidur, ia melihat adiknya dan ayahnya datang lalu membawa dirinya kesuatu tempat.

Ia tak peduli soal itu. Ia hanya peduli soal Sasaki dan hubungan persahabatan mereka yang kandas sampai disini

Team 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang