Bellflower Ungu

316 19 5
                                    

Hari berganti hari. Waktu terus berlalu layaknya bumi yang selalu berputar. Bunga sakura sedang mekar disini.  Menghiasi tanah dan rerumputan dengan  kelopak bunga sakura yang diterpa semilir angin.

Tak kenal maka tak sayang. Semenjak pertemuan antara kedua lelaki, dan perempuan bersurai merah, Sasaki sangat senang keluar rumah. Apalagi saat mengambil air di tepian sungai.

Mereka bermain bersama menghabiskan waktu bersama
dan belajar bersama.

"Hashirama dan Madara. Bisa cepat sedikit? Kami harus mengambil air" kesal karna menunggu lumayan lama, Mito memarahi kedua temannya yang baginya menghalangi aktivitas ia.

"Iya iya. Silahkan ambil airnya. Lagipula, air itu sudah kotor."

Iris coklat itu menatap tajam lawan bicaranya. Bisa bisanya ia berkata seperti itu disaat saat ia mau mengambil air sungai itu. Maka, Mito tidak jadi mengambil air dan mendekati sang raven.

"Darimana kau tau kalau air itu tidak bersih. Hei, aku dan Saki yang sudah sering kemari tidak mungkin mengambil air yang sudah tercemar. Asal kau tau itu." Kedua onyx kelam itu memutar dengan malas. Madara paling tidak suka jika sudah begini.

"Bagaimana kau tau kalau air itu sudah tercemar? Lihat, sampah atau dedaunan saja bersih disini. Bahkan warna airnya tetap sama saja."

Mito dan kedua temanya menoleh. Benar juga apa yang dikatakannya. Tidak ada satupun sampah di aliran tenang sungai biru didepan mereka. Mito cemberut.

"Tapi tadi kau bilang air itu sudah kotor?" Ungkapnya sedikit mengulangi kata kata Madara tadi.

"Kotor dan tercemar itu berbeda. Apalagi karna Hashirama sudah membuang air sakti miliknya."

Bagai petir menyambar di langit mentari, apa itu benar? Selama ini mereka ada di belakang sang pelaku. Tapi bagaimana bisa Hashirama melakukannya, padahal kedua perempuan itu bisa saja melihat tak sengaja.

Gerak tubuh Mito langsung mengarah pada Hashirama yang tepat di samping Sasaki. Maka yang tidak bersangkutan otomatis pergi mencari tempat yang lebih aman.

"Apa yang kau lakukan pada sungainya Hashi? Kau tau, kami butuh itu."

Sasaki hanya mengangguk. Disusul tawa kejam Madara.

"Tapi Mito, aku.. aku-..."

Dengan polosnya ia bisa berkata begitu. Pake acara gugup segala. Jangan percaya kata katanya. Padahal Hashi juga Madara sangat sering melihat Saki dan Mito melakukan aktivitas rutinnya.

"Dasar Hashirama! Bla bla bla!!"

"Sakit Mito! Aduh sakit!!"

Pertengkaranpun terjadi. Madara dan Sasaki yang memilih menjadi orang yang tak terlibatpun, masih terkena dampak dengan hujan yang turun di dekat mereka.

Sasaki memilih diam dan merasa tidak bisa berbuat apa apa jika teman sesamanya sedang mengurusi urusan mereka.

"Nee, Sasaki. Aku menemukan ini tadi saat perjalanan kemari."

Perhatian Sasaki pun teralihkan dengan sebatang bunga bellflower ungu yang sedang di genggam Madara.

Bunga kesukaan Sasaki

"Ca, cantik. Ja, jadi kau memungutnya ya" Madara tak menjawab. Ia hanya  mengangguk seraya membelai satu persatu kelopak bunga berwarna ungu  terang itu.

"Untukmu. Aku tidak biasa memelihara bunga. Lagipula tanaman bunga di taman ibuku sudah sangat penuh. Jika aku menambahkannya, yang ada malah ibu yang memarahiku"

Sasaki terkekeh geli dengan gugupnya. Tapi semakin merona kala Madara menyodorkan sebatang bunga indah itu. Sejenak Saki menatap netra tajam Madara yang berubah menjadi sangat lembut.

Dan... astaga itu! Itu senyuman tak terhingga watt menawan Madara!!

Tahan dirimu Saki!

Tangan mungil itupun perlahan mendekati tangan Madara dan mengambil benda yang temannya tawarkan.

"Te, terimakasih.."

Lagi lagi Madara tak menjawab. Ia hanya kembali tersenyum dan melanjutkan permainan melempar batu di tepian sungai.

Sasaki tak mau ambil pusing. Ia tak mau mimisan gara gara senyuman tak terhingga watt Madara kembali berbekas di dalam hatinya yang belum siap menampung semua ekspresi sang raven.

"Oh ya, sebenarnya aku hanya berbohong tentang itu"

Hening. Semua sorot mata mengarah pada si landak. "Ada apa ini? Aku hanya berkata jujur" ucapnya memecahkan keheningan dengan polosnya tanpa peduli kedua temannya yang sedang mengamati dirinya.

"Apa?"

'Mungkin... itu kata terakhirnya hari ini '

TBC.......

Hallo minna. Ini fiction pertama aku di akun ini, jadi mohon kerja samanya.
comment yang banyak untuk berikan aku ide ceritanya
dan jangan lupa like biar aku ada kemauan buat ngelanjutin.

Team 1Where stories live. Discover now