15 - MY TEACHER MY ENEMY

2.5K 123 10
                                    

ENJOY READING

Sophie menghembuskan nafasnya lembut sambil memandang kearah luar jendela kamarnya, matanya mungkin memang fokus memandang kebun keluarganya tetapi pikirannya entah melayang kemana. Ia memikirkan perasaannya kepada Andreas. Mungkin ia tak sepenuhnya menyukai Andreas, dengan kata lain ia hanya mengaguminya. Namun di sisi lain, ia tak tega menolak Andreas.

Akhirnya, Sophie memutuskan untuk menelepon temannya Clarice. Barang kali, temannya itu bisa membantu dilema Sophie.

Sophie mengambil handphonenya yang berada di nakas samping tidur, dan mencoba menghubungi Clarice

"Hallo Clarice. Bisa temui aku di Cafè Amore siang ini?"

["Tentu."] Jawab Clarice

"Oke, sampai jumpa disana!" ucap Sophie sambil memutuskan teleponnya dengan Clarice

*************

Jam 3 sore tepat, dan disini lah Sophie berada di Cafè Amore tempat ia akan bertemu dengan teman rempongnya itu, Clarice. Walaupun rempong tetapi hanya Clarice lah yang selalu ada untuk Sophie ketika dia membutuhkan sesuatu atau seseorang untuk berkeluh kesah. Begitu pun sebaliknya, Sophie akan berusaha selalu ada untuk Clarice.

Sophie meneguk minuman yang ia pesan beberapa menit yang lalu sembari bermain dengan gadgetnya, dan beberapa saat kemudian Clarice tampak memasuki Cafè Amore dan mencari Sophie.

Sophie yang melihat Clarice pun langsung memanggilnya, "Disini disini!" ucap Sophie dengan nada suara yang lumayan tinggi sambil mengangkat tangannya.

Clarice pun langsung datang menemui Sophie, "Nah sekarang, kau mau cerita apa?" ucap Clarice tanpa basa-basi, tipikal Clarice sekali

"Sebenarnya aku sedang dilema." Sophie membuang nafasnya berat,

"Gara-gara?" Clarice mengernyitkan dahinya bingung,

"Semalam waktu Andreas mengantarku pulang, ia menyatakan perasaannya." Jujur Sophie,

"Bagus dong! Kamu kan dari dulu memang suka dia!" ucap Clarice antusias,

"Ya tapi,.." Sophie berhenti berbicara, ia ragu apakah ia harus mengatakan perasaannya yang sesungguhnya ke Clarice?

"Tapi apa sih?" geram Clarice tak sabar,

"Tapi perasaan aku untuk Andreas sekarang udah gak kayak dulu lagi. Aku rasa aku hanya mengagumi dia bukan benar-benar menyukainya. Dan lagi, aku menyukai orang lain." Akhirnya, Sophie mengungkapkan semuanya.

"Orang lain? Siapa?" tanya Clarice bingung,

"M-mr. Dean." ucap Sophie terbata-bata,

Clarice membelalakan matanya, "Kau gila? Apa kata orang kalau misalnya murid berpacaran dengan gurunya sendiri?"

"Mr. Dean belum setua guru-guru yang lain tau! Dan lagi aku belum tau pasti perasaan dia ke aku." Sophie melemas,

"Entahlah, tapi saranku ikuti kata hati mu. Mana yang lebih baik untukmu dan pantas bersama mu. Pikirkan baik-baik keputusanmu. Aku tak mau suatu hari kau datang kepadaku sambil merengek." Nasehat Clarice seketika membangun kesadaran dalam diri Sophie,

Sophie mengangguk paham dan tersenyum ke arah Clarice, mereka berdua pun menghabiskan waktu mereka di Cafè Amore berbincang-bincang layaknya seperti gadis lain pada umumnya.

*********

"Aargh." Geram Sophie saat ia terbangun dari tidur nyenyaknya, ini hari senin artinya kembali kerutinitasnya yaitu ke neraka, ups maksudnya ke sekolah.

Sophie pun langsung bergegas bersiap-siap untuk berangkat kesekolah.

Setelah ia sampai di sekolah, ia bertemu dengan Andreas. Mereka tak berhenti untuk berbincang, hanya mereka saling melemparkan senyum ramah. Canggung. Mungkin kata itu adalah kata yang tepat, Sophie merasa canggung karena ia masih menggantungkan perasaan Andreas. Seharusnya ia tak boleh begini, tapi masalahnya ia belum yakin dengan perasaannya.

Sophie meletakkan tasnya ke kelasnya dan kemudian hendak pergi ke kantor Mr. Dean untuk memberikan barang titipan dari abangnya, tapi saat ia baru sampai didepan pintu ruangannya Mr. Dean langkah Sophie terhenti

Ia melihat,

Mr. Dean tengah

Bermesraan dengan Ibu Megan,

Mr. Dean memeluk Ibu Megan dan mulut mereka bersatu cukup lama sampai akhirnya Sophie tak dapat menahan air matanya, ia bergegas lari ke kamar mandi dan mengurung diri untuk beberapa saat.

Sophie mengutuk dirinya sendiri untuk sempat menaruh perasaannya kepada Mr. Dean, seharusnya dari pertama ia tak boleh percaya dengan sikap baik Mr. Dean itu.

******

Sepulang sekolah, Sophie mengirim pesan kepada Andreas

[Sophie: Bisa ketemuan? Di parkiran sekolah?]

Dan dibalas Andreas dalam waktu kurang dari 1 menit,

[Andreas: tentu.]

Sophie pun langsung pergi ke parkiran sekolah dan tak disangka-sangka Andreas sudah sampai disana sebelum dirinya,

Andreas kemudian datang menghampiri dirinya, "Hey," panggilnya,

"Hai." balas Sophie sambil melempar senyum tipis ke arah Andreas,

"Ada apa Sophie?" tanya Andreas,

Seakan mengerti maksud pertanyaan Andreas, Sophie akhirnya memberanikan diri untuk, "Aku mau. Aku mau jadi pacarmu." menjawab perasaan Andreas,

"Sungguh?" tanya Andreas, tak bisa dipungkiri pasti Andreas sudah merasa senang itu terlihat saat ia tersenyum lebar

Sophie mengangguk-anggukan kepalanya, dan tiba-tiba Andreas memeluk erat Sophie dan Sophie pun membalas memeluk Andreas. Andreas melepas pelukannya untuk sesaat menatap mata Sophie dalam-dalam dan mengecup kepala Sophie dengan lembut.

Sesungguhnya, Sophie belum tau perasaan dirinya ke Andreas itu sebenarnya apa. Tapi ia mencoba menerimanya untuk melupakan Mr. Dean, dan ia rasa Andreas adalah orang yang tepat untuk dirinya.
-------------------------------
Apakah Sophie menerima Andreas karena tulus atau hanya pelampiasan kecemburuannya saat melihat Mr.Dean bermesraan dengan Ibu Megan? Tunggu next Chapter!

Jangan lupa VOTE DAN COMMENT! Semakin banyak vote dan comment bisa buat author semangat nulis dan cepat update 💓

MY TEACHER MY ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang