10 - MY TEACHER MY ENEMY

5.8K 186 4
                                    

Mr. Dean melepas pangutan bibirnya dengan bibir Sophie, ia memandang mata Sophie dengan penuh arti dan percayalah muka Sophie sekarang sudah merah layaknya bakpao yang baru matang.

Sedetik kemudian Mr. Dean mengukir senyuman di wajahnya, Sophie tak bisa melawan  bahkan berkata apapun hatinya berdetak tak normal. Ia merasa seluruh tubuhnya panas. Entah apa yang ia rasakan ini? Benci? atau kah ada perasaan lain yang sampai sekarang belum bisa di gambarkan oleh hati Sophie?

******

Sesampainya Sophie dirumah, ia langsung pergi menuju ke kamarnya. Kejadian di danau tadi terus terputar ulang di benaknya. Ia mencoba melakukan kegiatan yang tidak biasa ia lakukan, seperti membaca buku sejarah atau membantu mamanya mencuci piring. Padahal, Sophie adalah tipikal anak perempuan yang pemalas. Hal ini dilakukannya untuk berusaha mengeluarkan segala kejadian yang barusan terjadi antara dirinya dengan guru yang sangat ia benci.

Sekarang Sophie sedang menonton dan masih sama saat beberapa menit sebelumnya, otaknya terus memutar ulang kejadian antara dirinya dengan Mr. Dean. Matanya menatap lurus ke arah tv, tangan kanannya memencet tombol di remote memindah-mindahkan channel tetapi pikirannya tidak berada disana bila di deskripsikan kelakuan Sophie seperti Zombie.

"Woi!" Seru Clarice--sahabat Sophie.

Sophie pun spontan mengalihkan pandangannya kearah Joanna, "yaampun Hampthon! Jantung ku bisa copot bila kau terus berteriak seperti itu."

"Habisnya kau terlihat seperti mayat hidup. Menyeramkan tau." balas Clarice, "Apa kau sudah mendapatkan pasangan untuk pergi ke pesta dansa minggu depan?" tanya Joanna.

"Apa?! minggu depan?!" teriak Sophie terkejut.

"Jangan bilang kau lupa Sophie?"

"A-aku tidak lupa, hanya saja ku kira waktunya masih sekitar 2 minggu lagi." ucap Sophie pasrah,

Clarice menepuk-nepuk bahu Sophie, "Oh, jangan-jangan belum ada yang mengajakmu pergi?" godanya,

"What? yang benar saja, banyak lelaki yang mengajakku hanya saja aku menolaknya." bohong Sophie,

"Oh-ke baiklah, mari bersepakat?" ucap Clarice, alis matanya terangkat sebelah seakan-akan memberikan tatapan licik ke arah Sophie,

"Bersepakat untuk apa?" tanya Sophie bingung, Ia mengernyitkan dahinya.

"Bila kau bisa membawa Andreas ke acara pesta dansa maka aku akan membelikanmu tas branded CHANEL?" ucap Clarice,

Sophie terdiam sebentar, pikiran dan hatinya sedang berdebat. Ia memang mengagumi Andreas tapi disatu sisi Sophie menginginkan seseorang lain yang mengajaknya ke pesta dansa tersebut.

"Bagaimana? sepakat?"

"Sure! Deal, itu hal yang mudah kau tau?" ucap Sophie percaya diri.

"Alright! dan bila gagal kau harus membelikanku barang brranded CHANEL? oke?"

"Baiklah!" Jawab Sophie tegas, mereka berdua pun kemudian bersalaman.

Sebenarnya Sophie menyetujui kesepakatan itu karena Ia menginginkan tas branded yang diiming-imingkan Clarice, dia hanya tidak ingin terlihat seperti pencundang di depan sahabat dekatnya itu.

****

Sophie melangkahkan kakinya menuju kekelas, ia menghembuskan nafasnya pelan. Lelah, mungkin itu yang bisa mendeskripsikan keadaan Sophie sekarang.

Sesampainya dikelas, Sophie memandang ke segala arah mencari bangku yang kosong. Dan, seperti biasanya Sophie mengincar bangku yang paling belakang dan betapa kagetnya saat ia melihat satu-satunya bangku yang kosong di belakang tinggal bangku yang berada disebelah Andreas.

'Kau bodoh! Ini kesempatan bagus, bila kau menghindar berarti kau memang pencundang Sophie!' Batin Sophie,

Sophie mengeleng-gelengkan kepalanya, mencoba membuang segala pikirannya yang sedang berdebat.

Dan, akhirnya dengan langkah pasti dan percaya diri Sophie mulai melangkahkan kakinya kearah Andreas. Andreas terlihat tengah sibuk membaca, hal itu lah yang membuat banyak wanita disekolah ini sangat mengagumi Andreas karena karismanya.

"Um-hai." ucap Sophie, gugup. Bahkan seluruh tubuhnya mulai berkeringat dingin,

Andreas mengalihkan pandangannya ke depan untuk melihat Sophie, dan seketika itu pula senyum terukir di wajahnya "Hai Sophie!" balas Andreas ramah,

"Sendirian? boleh aku duduk disebelahmu?"

"Sure, silahkan." jawab Andreas,

Sophie pun langsung mendaratkan bokongnya di bangku kosong itu.

MY TEACHER MY ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang