Chapter 1 : Aku

118 10 2
                                    




            Aku. Namaku, Namira. Nama itu diberikan oleh orang tuaku. Aku tinggal dengan orang tua yang sangat hobi dengan buku. Setiap hari aku selalu punya buku untuk dibaca. Buku buku yang menemani kesendirianku. Tanpa saudara, tanpa teman. Banyak yang menyebut kalau aku aneh. Aku sok tahu. Karena aku tidak tahan, aku memutuskan untuk keluar dari sekolah dan belajar secara otodidak dengan buku bukuku.

            Sendirian dari hiruk pikuk manusia yang terus mencelaku, tak berarti aku sendirian sepenuhnya. Kadang aku diganggu oleh pria tanpa mulut yang tinggal di atas rak bukuku yang besar. Atau pelayan tua Bangka yang sering mengusiliku ketika makan. Aku biasa saja. Sudah biasa aku disuguhi pemandangan mengenai makhluk makhluk tak kasat mata itu setiap hari.

            Dari sekian buku yang aku baca, ada satu buku yang sangat aku gemari. Aku sudah membacanya belasan kali, tapi tidak bosan juga. Dikarenakan, entah kenapa buku itu tau bagaimana keadaanku. Persis menceritakan tentang aku. Dari setiap kalimatnya juga mampu aku rasakan dan sangat nyata. Buku itu membuatku tertegun.

            Bagian favoritku yang ingin aku telusuri lebih dalam adalah kalimat yang berkata "sebagian besar manusia rata rata hanya mampu menggunakan 3% dari otaknya, namun orang genius mampu menggunakan 4% dari otaknya. Dan sebagian kecil, mungkin hanya beberapa orang di dunia, mampu menggunakan 5% otaknya. Kemampuan menggunakan otak lebih banyak akan membuat manusia mampu melakukan hal hal yang diluar nalar dan melakukan hal yang menakjubkan."

            Diluar nalar mungkinkah yang aku alami saat ini. Aku memang terlahir dengan dikaruniai mata dan perasaan yang sangat tajam. Aku tau keberadaan sosok sosok astral dimanapun mereka berada. Aku tau segala aktivitas manusia yang tak ada di dekatku. Aku bahkan mampu menghubungkan perasaanku dengan diri orang lain. Aku bahkan tau bahwa ibuku sedang pergi ke pasar membeli sayuran dan sekarang sedang di jalan pulang sudah empat puluh dua langkah dari pasar. Itu sebagian kecil yang bisa aku tau dengan menghubungkan perasaanku dengan diri ibu.

            Di ruang membacaku sendiri, terdapat banyak rak buku tinggi dan satu tangga yang bisa digeser. Ruangannya luas, ada kipas angin, lampu baca, satu meja dan satu buah sofa untuk duduk dan membaca. Juga para 'makhluk' yang tingal disana. Pria tanpa mulut, wanita botak, atau anak kecil yang selalu menangis di pojok rak. Yah aku coba menerima mereka sebagai teman saat aku membaca.

            Rumahku pula tidak terlalu luas. Cukup nyaman untuk dihuni oleh tiga orang. Cuma satu lantai, ada dua kamar, dan ruangan ruangan lain yang lazim ada di rumah orang orang. Aku tidak terlalu mengenal makhluk makhluk selain di kamar dan di ruang baca. Karena aku sendiri jarang mengunjungi tempat tersebut. Aku cukup puas membaca seharian di ruang baca dan tidur pada malam hari di kamar.

            Soal menghubungkan perasaan dengan diri orang lain, juga tidak terlalu sulit. Aku tinggal menyelinap ke alam bawah sadar orang tersebut dan menghubungkannya dengan alam bawah sadarku. Aku sering menyelinap dan mengintip keberadaan alam bawah sadar orang orang. Disana gelap. Bahkan untuk orang baik sekalipun. Alam bawah sadar adalah tempat tergelap di dunia. Isinya suram dan sangat mencekam.

            Mengintip alam bawah sadar manusia seperti menteleport diri ke dunia lain. Di alam bawah sadar manusia itu banyak sekali makhluk makhluk yang tidak jelas bentuknya. Bahkan ada yang tidak berbentuk sama sekali, mereka tampak marah. Mereka menyeramkan. Itu yang membuat aku akhir akhir ini tidak mau menerobos masuk ke alam bawah sadar orang. Aku sangat takut melakukannya, takut sekali. Makhluk makhluk yang menghuninya mengeluarkan aura aura yang menciptakan suasana mencekam dan mereka tampaknya tak bersahabat.

            Alam bawah sadarku sendiri saja aku belum pernah masuk ke dalamnya. Mengintipnya saja aku tidak mau. Aku takut akan ada makhluk lebih menyeramkan di dalamnya. Atau bahkan tempatnya lebih suram dan gelap dari yang aku pikirkan. Aku takut aku akan bertemu makhluk menyeramkan itu yang akan mengusirku dan menolakku. Aku takut sekali. Aku pernah masuk ke alam bawah sadar ayah dan aku melihat sosok yang jauh lebih menyeramkan dari hantu hantu yang selama ini aku lihat. Dan semenjak itu aku tidak bisa tidur tenang di malam hari. Sosok sosok itu seakan ingin keluar dari alam bawah sadar ayah.

            Walau alam bawah sadar ayahku sangat menyeramkan seperti itu, namun ayahku adalah orang terbaik ayng pernah aku kenal. Ia berhati lembut, pengertian, dan tampak percaya tentang segala hal yang aku katakan. Ya memang aku gagal menghubungkan diri dengan ayah, dikarenakan aku tidak sanggup menahan rasa takut yang aku alami ketika menjelajah alam bawah sadar ayah.

            Kalau ibuku, memang sama sama gelap dan mencekam. Namun entah kenapa disana tidak banyak sosok sosok yang mengerikan. Sehingga cukup mudah aku menghubungkan diri dengan ibu. Kemampuanku ini dinamakan Transitor oleh buku yang pernah aku baca. Transitor dapat didefinisikan sebagai manusia yang mampu melihat dan mengendalikan segala macam sosok yang ada di alam bawah sadar manusia, bahkan bisa mengendalikan alam bawah sadar manusia. Namun sampai sekarang aku tidak tau cara mengendalikan sosok itu.


Catatan Penulis

Hai, gue teardrop11 ini cerita pertama gue mohon vote dan commentnya ya thankyou. Semoga suka yah sama petualangan Namira!

The Subconscious [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang