Sosok jangkung yang dinobatkan sebagai kekasihnya sejak beberapa tahun lalu itu tengah berpangku dagu dengan tatapannya yang kosong menilik ke luar jendela. Annelise terkikik kecil, segera ia mempercepat langkahnya menuju Chanyeol.

"Hei," sapa Annelise sesaat setelah bertemu dengan Chanyeol di kafe depan kampus lalu melakukan ritual dengan mengecup pipinya.

"Kok lama sih? Gak bales pesan aku juga," protes Chanyeol.

"Ehh jangan marah dong, sayang. Maaf, maaf tadi harus ke perpustakaan dulu."

Annelise berucap dengan tetap memberikan aura positifnya dengan mengelus pelan punggung tangan Chanyeol yang bebas di atas meja. Matanya berbinar mencoba meyakinkan Chanyeol bahwa yang ia lakukan adalah benar.

"Ngapain? Tumben banget ke perpus."

"Nemenin Lula ngembaliin buku," ucap Annelise sambil tersenyum. "Kamu udah pesan apa?"

"Belum kok. Kamu yang pesan ya? Apa aja, aku ngikut," pinta Chanyeol.

"Oke boss!"

Sepeninggal Annelise, Chanyeol mencari sosok Lula yang sekilas ia lihat keberadaannya yang sedari tadi ada di kafe ini bersama teman lainnya. Pandangannya jatuh pada sosok berjaket beludru berwarna burgundi yang ternyata pindah posisi tempat duduk, tidak seperti saat awal Chanyeol melihatnya. Wanita berambut ikal bernama Lula itu masih di sana, tertawa dengan teman-temannya.

"Ck. Pembohong kelas kakap," tukas Chanyeol menyeringai.

Setelah beberapa saat, Annelise kembali dengan dua nampan red velvet dan cappucino untuknya serta Chanyeol. 

"Selamat makan, my Chanyeol," ujar Annelise bersemangat yang dibalas senyuman hambar oleh Chanyeol.

Annelise mulai menyiduk kue miliknya tetapi pandangannya jatuh pada wajah Chanyeol yang masam. Annelise mendecih pelan.

"Kamu kenapa sih, kaya badmood gitu. Ada masalah?" tanya Annelise.

Chanyeol mengangguk pasti.

"Cerita dong. Aku kan pacar kamu. Jadi aku pikir, aku berhak tau apa yang kamu alamin."

"Kamu gak perlu tau yang ini. Aku bisa ngatasin sendiri kok."

"Egois ah."

"Kamu tuh ya!"

Seketika saja kesabaran Chanyeol diuji kembali. Ia merasa semua amarahnya sudah tidak bisa lagi dipendam. Kesabaran milik Chanyeol pun ada batasannya walau Annelise membalut berbagai dalihnya dengan rapi dan manis melalui sikap manjanya. Telinganya terasa sakit ketika Annelise berbicara seperti itu. Seperti ia tidak mengaca saja kalau dirinya juga egois.

Tatapan mata Annelise berubah berkaca-kaca mendengar Chanyeol meninggikan suara membentaknya, menyiratkan kekhawatiran.

"Kalo makan tuh yang bener dong, sayangkuuu," ujar Chanyeol, memajukan tangannya untuk menyeka remehan makanan yang ada di ujung bibir Annelise.

Rasanya jantung Annelise sudah jatuh karena nada bicara Chanyeol barusan. Annelise takut kalau Chanyeol mulai marah padanya. Nyatanya Chanyeol tidak berniat memarahinya. Ia hanya ingin memberitahu bahwa dirinya masih seperti anak kecil saat makan. Annelise menangis, ia takut. Sungguh.

Aftertaste ㅡ Park Chanyeol ✅Where stories live. Discover now