[Part 15]

503 60 6
                                    

"Mama pulaaang...."

Kevin membiarkan Alvin berlari menyongsong ibunya. Sementara ia menyibukkan diri dengan koran pagi dan segelas teh hangat dimeja.

"Papaaaa... Mama pulang."

"Hm."

Ia hanya melirik sekilas. Menghela napas lega karena Alea terlihat lebih segar hari ini. Dengan sudut matanya, Kevin melihat mbok Ina mengambil alih koper Alea.

"Vin."

Alea sudah berdiri disamping sofa yang ia duduki. Wanita itu menyentuh tangan kanan Kevin dengan lembut kemudian menciumnya khidmat. Hati Kevin tersentuh. Ia sangat ingin meraih Alea kedalam pelukannya.

Dia jijik sama kamu, Vin. Gak usah macam-macam.

Akhirnya Kevin hanya bisa berdehem dan menarik tangannya kasar. Alea menunduk.

"Terima kasih karena sudah membatalkan janji dengan dokter Amita."

"Hm... Ya."

Begitu saja. Ia melihat Alea melangkah menjauh seraya menggenggam tangan Alvin.

Setidaknya, aku bisa lihat kamu setiap hari, Aal.

***

Sore ini Kevin pulang dari kantor disambut dengan pemandangan yang menghangatkan hatinya. Alvin tengah tiduran disofa dengan separuh badan berada diatas perut Alea. Kevin meringis ngeri. Membayangkan bayi dalam perut Alea tergencet beratnya badan Alvin. Tapi ia tak bicara. Hanya berharap semoga berat Alvin tidak membuat bayi kecil itu sesak.

"Pa... Diperut mama ada dedek bayi loh."

Alea tersenyum mendengar laporan Alvin.

"Mama bilang nanti makin gede. Kalau udah gede baru deh Alvin bisa ketemu dedek. Andrew pasti iri nih... Dia kan gak punya dedek. Ya gak, pa?"

"Iya."

Kevin berlalu dari hadapan mereka. Tak ingin berlama-lama memandang wajah Alea yang tersenyum penuh harap ke arahnya. Seolah memanggil-manggil Kevin untuk merengkuh tubuh wanita itu.

Kenapa kamu harus bersikap manis sih, Aal? Aku kan jadi baper. Dan baper itu nyesek.

"Vin, tadi aku masak semur ayam. Dimakan ya."

Sebelum ia berlalu sepenuhnya, Alea bersuara.

"Kurasa aku ngidam. Aku pengen lihat kamu makan masakanku."

Kevin terbatuk. Ia hanya mengangkat sebelah tangannya untuk mengiyakan.

***

"Mama kok bisa suka sama papa?"

Alea memainkan rambut Alvin yang terasa halus.

"Mmm... Habis papa keren sih."

"Beneran, ma?"

"Iya."

"Terus terus?" Alvin sangat antusias.

"Ya gak terus."

"Yah, mama...."

Melihat bibir Alvin yang cemberut Alea pun tertawa.

"Papa waktu kuliah lumayan terkenal. Pinter, cakep. Terus ya gitu... Mungkin udah takdir mama bisa nikah sama papa."

"Terus kenapa mama perginya lama banget?"

Alea tertegun.

"Emh.... Mama nikahnya terlalu muda. Jadi harus selesein sekolah dulu. Makanya Alvin ditinggal sama papa."

IT HAS TO BE YOU《JACKSON YI》ENDWhere stories live. Discover now