[PART 10]

477 59 4
                                    

Alea membantu mbok Ina membereskan rumah meski wanita paruh baya itu bersikeras memintanya duduk saja.

"Jangan, nyonya. Nanti tuan marah."

Marah?

Alea tersenyum miris. Apa pedulinya? Kevin bahkan tidak menganggapnya ada. Pria itu tidak mungkin marah melihatnya bekerja, ia justru senang.

Sejujurnya Alea bosan. Belum sehari penuh ia dirumah ini tapi rasanya seakan berhari-hari. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Menyentuh penyedot debu, dilarang. Memasak, dilarang. Menyetrika, dilarang. Ia merasa tak berguna.

"Mbok, saya gak bakal kerja deh, janji. Tapi..."

"Tapi?" Mbok Ina menimang kemoceng ditangannya.

"Panggil saya pakai nama saja, jangan nyonya."

"Aduuuhh nyuwun pangapuro..... Saya ndak mungkin begitu, nyonya."

Alea mendengus jengkel. "Kalau gitu biarin saya ikut beres-beres."

"Aduuh jangan, nyonya...." Mbok Ina memelas.

"Ya terus gimana? Saya gak suka dipanggil nyonya."

"Saya panggil ibu saja. Bagaimana?" Mbok Ina menawar.

Alea menimbang usulan mbok Ina. "Oke, tapi bolehin saya bantu masak dan beresin baju. Ya?"

"Buuu...."

"Mbok, saya udah lama pergi. Saya gak pernah ngurusin suami dan anak saya. Saya mau bantu urus keperluan mereka." Alea memelankan suaranya. "Kevin gak perlu tahu, cukup mbok Ina aja. Gimana?"

Wanita didepannya menatap Alea sejenak. Ada rasa kasihan dalam sorot matanya. Perlahan, ia mengangguk.

"Tapi tuan ndak boleh tahu ya, bu...."

"Iya... Iya..." Alea tersenyum senang.

***

"Enak," komentar Alvin. "Iya kan, pa?"

"Hmm..." Kevin mengangguk.

"Mbok Ina yang masak?" Alvin menoleh pada pengasuhnya yang berpura-pura sibuk membereskan peralatan masak.

"I-iya, den."

Alvin manggut-manggut. "Tumben. Ini rasanya lebih kayak makanan resto daripada masakan rumahan."

Alea menahan napas. Menyadari kesalahannya dalam memasak.

"Mbok Ina belajar dari internet," selanya sok cuek.

"Mbok Ina bisa internetan?"

Shit....

Alea tidak mengira Alvin bisa secerewet ini.

"Mama sih yang liatin resepnya. Tapi mbok Ina emang hebat kok masaknya."

"Iya juga."

Deheman Kevin membuat keduanya melanjutkan makan dalam diam. Kevin menggeser kursinya, berdiri tanpa bicara apa-apa.

"Loh, papa belum habis makannya."

"Gak nafsu."

Alea menelan kunyahannya yang mendadak terasa menyumbat tenggorokan.

"Selesaikan makan kamu, pekerjaan rumah dibereskan setelah tidur siang."

"Papa mau balik ke kantor? Bukannya tadi bilang gak balik kantor lagi."

Kevin melirik putranya. Adakalanya kepintaran Alvin sedikit mengganggu.

"Alvin... Habiskan makanan kamu," tegur Alea pelan.

IT HAS TO BE YOU《JACKSON YI》ENDWhere stories live. Discover now