Ketika sampai di ruang perawatan, Andri melihat Adit masih mengerang kesakitan. Kemudian Andri duduk di sebelah Adit dan menanyakan kondisinya. Bukan menjawab, Adit malah meminta maaf sambil menangis di hadapan Andri.

"Andri, maafkan aku, jika selama ini aku menyembunyikan hal yang seharusnya tidak aku sembunyikan dari kamu."

Andri bingung memahami maksud pernyataan Adit.

"Dulu berkali-kali kamu bertanya kepadaku tentang siapa aktor sesungguhnya yang memprovokasi warga hingga membakar rumahmu di Desa Rawa Jolang. Sekarang aku katakan, orang tersebut adalah Bobby. Ia menghasut warga melalui orang-orang yang bekerja di pabrik dan peternakan milik bapaknya, dengan mengatakan bahwasanya Kondor Mahkota peliharaanmu yang mendatangkan bencana di desa Rawa Jolang waktu itu. Selama ini aku merahasiakannya darimu, karena bapakku punya utang satu ekor sapi pada Pak Muji, orang tua Bobby. Waktu kejadian di Desa Rawa Jolang itu, Bobby mengancamku. Jika aku menceritakan kejadian sesungguhnya kepadamu, Bobby akan menyuruh bapaknya untuk menagih utang kepada bapakku. Sekarang utang bapakku sudah lunas. Namun semenjak pindah ke Desa Serabi Gosong, kamu tahu sendiri, sampai sekarang keluargaku masih tinggal di tanah milik Pak Muji."

Andri terpaku mengepalkan tangan. Setelah itu ia melangkah keluar dari ruang perawatan.

"Mau kemana kamu, Ndri? tanya Adit.

Andri tidak menggubris, ia terus melangkah.

Dekat pintu gerbang Puskesmas, Andri meraih kayu seukuran lengan orang dewasa yang tergeletak di antara pohon bonsai. Setengah berlari, langkah Andri semakin cepat, hingga akhirnya langkah itu berhenti di depan sebuah rumah berpagar tinggi.

Andri menyembunyikan kayu yang ia bawa di balik baju bagian belakang. kemudian dengan ramah ia bertanya kepada Pak Muji.

"Bobby ada, Pak?"

"Ada." jawab Pak Muji.

Setelah itu Pak Muji berteriak.

"Boooob!

"Iya, Pak"

"Ada teman sekolahmu yang nanyain kamu nih!"

Setelah itu Pak Muji melangkah menapak anak tangga dan naik ke lantai atas, meninggalkan Andri yang menunggu Bobby di teras rumah.

Ketika Bobby keluar dari kamar menuju pintu depan, Andri memperhatikan bayangan melalui keramik, sambil merunduk dengan posisi membelakang ke arah dalam rumah. Saat bayangan di keramit semakin mendekat, Andri menarik kayu dari punggungnya.

"Plaaaaak!"

pukulan Andri tepat mengenai wajah Bobby. Kemudian Andri menghujani Bobby dengan pukulan dan tendangan. Setelah puas, Andri meninggalkan Bobby yang tergeletak di teras rumah, kemudian melangkah menuju Puskesmas.

Kejadian sore itu berbuntut panjang hingga berlanjut pada proses hukum, karena keluarga Bobby melaporkan kasus itu kepada pihak Kepolisian. Andri beruntung, setelah dilakukan proses penyelidikan, berdasarkan bukti dan keterangan saksi, ia dinyatakan bebas. Sementara itu Bobby yang juga dilaporkan ke Polisi, dijerat dengan pasal berlapis, yang membuat dia harus betah tinggal di hotel prodeo selama tujuh tahun.

Pasca kejadian itu, keluarga Adit pindah dan membangun rumah di tanah peninggalan Nenek Andri.

Persahabatan yang mengalir dari hati, tidak bisa dibekukan oleh kesengsaraan.

***

Hari berganti,  komunikasi Andri dan Putri semakin memburuk. Tidak ada lagi saling balas pesan singkat, tidak ada lagi saling komen pada status media sosial. Meskipun begitu, ingatan Andri tentang Putri masih melekat kuat. Ia sangat yakin, cepat atau lambat, Putri pasti datang menemuinya.

Andri teringat nasihat dari The King of Kondor saat di kaki bukit.

"Kalian masih sangat muda. Saranku, sebaiknya kalian fokus belajar. Sebab yang namanya ilmu pengetahuan itu sangat berguna dalam mengarungi bahtera kehidupan. Ilmu pengetahuan akan menjadi jembatan bagi kalian untuk maraih sukses. Jika kalian sukses, semua perempuan terbaik pasti akan mengejar-ngejar kalian dan memimpikan kalian untuk menjadi pasangan hidup mereka."

Ingatan Andri akan perkataan The King of Kondor membuat dia kembali termotivasi.

Setelah lulus dari SMU Negeri 2 Suka Mundur dengan peringkat nilai terbaik, Andri melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, ia mengambil jurusan Teknik Kimia. Sambil kuliah, di samping rumahnya Andri membangun pabrik pengolahan karet skala rumahan, yang modal awalnya menggunakan uang pinjaman dari Bank. Semakin hari, Pabrik pengolahan karet yang ia beri nama Kondor Jaya Makmur Sentosa itu terus tumbuh dan berkembang.

Adit juga kuliah di perguruan tinggi yang sama dengan Andri, ia mengambil jurusan Teknik Mesin. Sambil kuliah, Adit membuka usaha bengkel di depan rumahnya.

----------------------
TM Hendry, s
----------------------

JOLANG (NOVELET)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora