The King Of Kondor

239 13 37
                                    

Minggu pagi, pukul 09:05 wib.

Andri bangun kesiangan gara-gara semalam ia terlambat tidur karena keasyikan menonton dangdutan di lapangan desa. Acara dangdutan yang diadakan untuk memeriahkan ulang tahun karang taruna Desa Rawa Jolang itu baru berakhir pukul satu dini hari. Andri lupa, padahal pagi itu ia punya janji dengan sahabat karibnya, Adit. Mereka berdua berencana menangkap kodok puru hutan di kebun milik Pakle Veyz yang berada di kaki bukit arah timur Desa Rawa Jolang, sebagai bahan dasar tugas biologi yang harus mereka bawa ke sekolah esok hari.

Saat Adit datang ke rumahnya, Andri masih terlihat kusut, ia tengah asyik membaca salah satu buku dongeng koleksinya.

"Ndri, kita jadi ke kebun nggak nih?" tanya Adit.

Dengan raut wajah memelas, Andri menjawab. "Nanti sore aja gimana, Dit? Lagi seru nih!"

"Nanti sore aku angon sapi yo ndak bisa. Yo wes, sekarang aku pergi sendiri aja. Siap-siap besok pagi kamu dihukum Pak Jara Kada, karena tidak membawa bahan untuk tugas biologi. Kamu nggak malu disuruh berjemur dekat tiang bendera?" 

Kemudian Adit balik badan, melangkah meninggalkan Andri. Sementara Andri terdiam membayangkan hukuman yang pasti ia terima dari Pak Jara Kada, jika besok tidak mengumpulkan kodok puru hutan untuk diteliti di laboratorium sekolah.

Mengingat kumis tebal Pak Jara Kada saja Andri sudah gentar, apalagi jika harus menerima hukuman dari guru yang terkenal sangat galak itu.

"Dit, tunggu!"

Selanjutnya dua remaja yang masih duduk di bangku kelas XI SMU Negeri 2 Suka Mundur itu bergegas menuju kebun milik Pakle Veyz yang berada di kaki bukit. Di tengah perjalanan, mereka merintang waktu dengan bercakap-cakap, diselingi canda tawa khas remaja.

"Pak Jara Kada itu aneh ya," ucap Andri membuka pembicaraan.

"Aneh kenapa?" tanya Adit.

"Ya, aneh aja. Sudah galak, terus ngasih tugas harus membawa kodok segala ke sekolah. Kenapa harus kodok coba? Seandainya yang diteliti cewek cantik, tentu aku lebih bersemangat mengerjakan tugas ini."

Adit tergelak mendengar celotehan Andri.

"Terus, kalau yang diteliti cewek cantik, emang kamu mau meneliti siapa? Kamu kan masih jomlo, sama kayak aku."

Andri menyeringai mendengar jawaban Adit.

"Ya, setidaknya dengan itu aku bisa lebih fokus mendekati Putri," balas Andri sambil menggaruk-garuk kepala.

"Putri mana?"

"Putri, anak kelas XI C," jawab Andri malu-malu.

"Wah, berat! Siap-siap aja kamu bersaing sama Bobby. Si songong sok gagah yang suka merendahkan orang lain itu, mentang-mentang bapaknya kaya.

Andri tidak menanggapi, malah bertanya balik. 

"Kemarin kamu bilang, kamu sudah punya gebetan baru, emang siapa gebetan barumu?"

"Kalau aku kasih tahu, kamu jangan bilang ke siapa-siapa ya."

"Dit, Adit, kita kan sudah bersahabat sejak kecil, masa kamu tidak percaya sama aku sih?"

"Aku lagi suka sama Dita."

"Dita anak Pak Jara Kada?"

"Iya."

Andri kaget. "Gila kamu, Dit! Berani banget kamu mendekati anak Pak Jara Kada?"

"Habis gimana lagi, Ndri. Kata orang, hadirnya cinta tak pandang apa dan siapa. Cinta hadir dengan kediriannya yang menyeruak antara rasa dan rasa."

JOLANG (NOVELET)Where stories live. Discover now