BADAR BESI

71 6 18
                                    

Melihat banyak teman-temannya yang sudah memiliki ponsel pintar, Andri merasa ketinggalan kereta. Usahanya merintang hati agar tidak dijamah iri, belum cukup mampu membuat jiwanya tenang. Arus pergaulan kekinian, seolah telah menuntun Andri pada budaya ikut-ikutan trend. Jika tidak bisa mengiringi, siap-siap saja ketinggalan jaman. Begitu orasi yang berkecamuk di hati Andri, seperti layaknya demo buruh yang menuntut kenaikan upah, bak mahasiswa yang turun ke jalan saat menolak kenaikan harga BBM.

Setiap berkumpul dengan teman-temannya, Andri menyaksikan mereka bertukar nomor ponsel, pamer akun media sosial. Pemandangan itu membuat Andri merasa asing, seolah ia makhluk entah berantah yang hadir di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi. Karena memang hanya dia satu-satunya yang belum memiliki ponsel di antara temannya yang lain. Gejolak di hati Andri semakin rancu tak menentu setiap kali Adit memamerkan ponsel pintar miliknya. Terlebih lagi ketika Adit memperlihatkan status dari akun media sosial Putri. "Ni, kamu lihat status Putri!" ucap Adit sambil menyodorkan ponsel kepada Andri.

"Malam ini aku memikirkan kamu ...." Itu membuat Andri semakin tak berdaya menentang hasrat yang bertahta di hati, untuk segera memiliki ponsel. Akibat pengaruh teman-temannya, Andri pun merengek kepada Mak Ratna dan Pakle Veyz minta dibelikan ponsel. Sehari, dua hari, tiga hari, bertemu minggu, buah bibir Andri ketika berbicara dengan Mak Ratna dan Pakle Veyz tidak beranjak jauh dari ponsel, ponsel terus, ponsel lagi, lagi-lagi ponsel.

Merasa iba melihat keponakan kesayangannya yang tiada henti merengek minta dibelikan ponsel baru, akhirnya Pakle Veyz bersedia memenuhi permintaan Andri dengan dua catatan:

1. Pakle Veyz bersedia membelikan Andri ponsel, jika hasil panen kebunnya melimpah.

2. Andri mesti juara kelas.

Kedua syarat itu harus terpenuhi. Walaupun hasil kebun melimpah, jika Andri tidak juara, mimpi memiliki ponsel hanya akan menjadi mimpi. Begitu cara Pakle Veyz memotivasi keponakan kesayangannya, agar rajin belajar dan bersemangat membantunya di kebun.

Ternyata cara yang digunakan Pakle Veyz efektif, Andri menjadi lebih giat dari sebelumnya. Ketekunan dan kesungguhan hati Andri terbayar. Tidak tanggung-tanggung, ia meraih nilai tertinggi dan menjadi juara umum di SMU Negeri 2 Suka Mundur. Di saat bersamaan, hasil kebun Pakle Veyz tahun itu juga melimpah ruah.

Guna memenuhi janji kepada keponakan kesayangannya, sore sebelum berangkat ke kebun, Pakle Veyz membawa Andri ke konter Mas Ujo untuk membeli ponsel baru. Andri girang bukan kepalang, impiannya terwujud berkat kesabaran dan ketekunan. Ponsel baru pemberian Pakle Veyz sudah berada di genggaman.

***

Pulang sekolah, setelah ganti baju dan makan siang, sebelum menyusul Pakle Veyz ke kebun, Andri merebahkan diri di teras rumah, sambil membaca ebook dongeng badar besi yang baru ia download gratis melalui play store.

"Apa iya, zaman sekarang masih ada cincin yang membuat pemakainya kebal senjata?" Andri bertanya-tanya dalam hati.

Ia membayangkan, seandainya ia memiliki cincin badar besi, tentu ia akan menjadi superhero yang disegani seantero bumi. "Jika aku menjadi superhero, si Bobby pasti tidak akan berani lagi mengganggu dan menjaili aku," pikir Andri.

Puas berhayal sambil tidur-tiduran di teras rumah, Andri bangkit dan bergegas menuju dapur, sambil menggenggam ponsel baru pemberian paklenya.

"Mak, minta duit lima puluh ribu!"

Mak Ratna kaget, hampir saja pisau yang ia gunakan untuk mengiris bawang itu melukai jarinya. Ia menoleh ke sumber suara. Di pintu yang menghubungkan antara dapur dan ruang tengah, Mak Ratna melihat Andri berdiri sambil menggenggam ponsel di tangan kanannya.

JOLANG (NOVELET)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang