"Kamu iki, Le. Bikin mak kaget aja. Buat apa kamu minta duit sebanyak itu?"

"Buat beli kondom!" jawab Andri santai. Mak Ratna terperangah, jantungnya seperti terhenti berdetak, petir seolah telah membakar ulu hatinya, matanya melotot tajam, amarahnya seketika memuncak, mendengar jawaban dari anak kesayanganya.

"Apaaaaaaa? Mak nggak salah dengar kan? Bisa diulang lagi!" Mak Ratna kembali bertanya dengan nada penasaran.

"Buat beli kondom, Mak! Beli kondom, beli kondom, beli kondooom!" jawab Andri sambil menggerutu.

Tiba-tiba nafas Mak Ratna tersengap, kemudian ia berlari secepat The Flash menuju ruang tamu, "sweeeeeeeessss!" Mak Ratna pingsan.

Andri terpaku menyaksikan Mak Ratna yang tidak sadarkan diri. Sambil menangis histeris, Andri berteriak. "Maaak, jangan tinggalkan akuuu!" Setelah itu Andri pun ikut pingsan.

***

Andri menangis sendirian di bawah pohon besar berdaun rindang. Di sekelilingnya terhampar padang rumput indah yang sangat luas. Suara nyanyian alam bersenandung, desir angin bergelombang membelai ilalang yang menari-nari mengikuti irama tangisan.

"Maaaak, jangan tinggalkan aku! Maaaak, jangan tinggalkan aku!"

Seketika asap tebal mengepul, Andri terkejut. Di balik asap itu muncul sosok lelaki tua berbaju lusuh, berambut panjang, dengan kumis dan jenggot yang juga panjang. Ia menggenggam tongkat di tangan kanannya.

"Hai anak muda, sedang apa kau di sini?" sapa Lelaki Tua kepada Andri.

"Pakle Veyz?"

Lelaki Tua membelalakkan mata sambil berkata. "Siapa itu Pakle Veyz? Jangan kurang ajar kamu anak muda, mengganti nama orang seenaknya."

Andri bingung, sembari mengerutkan dahi ia berkata. "Sepertinya ada yang tidak beres dengan alur cerita ini." Kemudian Andri memprotes. "Hai, yang terhormat Tuan Pengarang penulis kisah ini! Tadi kau jadikan aku dan emakku pingsan, sekarang kau datangkan Lelaki Tua bangka berbaju lusuh yang wajahnya mirip banget dangan Pakleku. Sebenarnya maumu apa?"

Kemudian Lelaki Tua menenangkan Andri. "Sudah, sudah, biarkan saja pengarang itu memainkan jari di atas keyboard laptopnya, tak usah kau ganggu. Nanti kalau si pengarang itu berhenti menuliskan kisah ini, itu sama saja membuat para pembaca penasaran. Pembaca juga ingin tahu akhir dari kisah ini." Mendengar saran dari Lelaki Tua, Andri merasa tenang.

"Kau belum menjawab pertanyaan aku tadi. Siapa kau dan apa tujuan kau duduk di bawah pohon itu?" Lelaki Tua kembali bertanya kepada Andri.

"Aku tidak tahu, tiba-tiba aku sudah berada di bawah pohon ini." Andri menjawab sambil mengusap sisa genangan air mata yang belum sepenuhnya mengering di pipinya.

"Jangan bohong kau anak muda!" hardik Lelaki Tua.

Andri kikuk. Kemudian Lelaki Tua memukulkan tongkatnya ke tanah sambil berkata. "Tadi kau bilang, pengarang menjadikan kau dan Mak kau pingsan. Kenapa ketika kutanya, kau jawab tidak tahu dan tiba-tiba sudah berada di bawah pohon itu?"

Andri menyunggingkan senyum. "Maaf, Pak Tua, aku lupa."

Lelaki Tua mengangguk-angguk sambil menggumam. "Orang kalau kelamaan menjomblo memang seperti itu."

Hening sejenak, sebelum Lelaki Tua dan Andri sama-sama tertawa.

Setengah penasaran Andri berucap. "Pak Tua tahu dari mana kalau aku jomblo?"

"Pengarang yang memberitahuku," jawab Lelaki Tua sambil ngupil. Andri memasang mimik wajah kesal. "Pengarang lagi, pengarang lagi. Benar-benar kurang kerjaan tu orang," dumel Andri sembari menggeleng-gelengkan kepala.

JOLANG (NOVELET)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz