S A T U : First Day School

45 5 4
                                    

"Hosh..Hosh..Hosh.." Terlihat seorang gadis tengah berlari menuju ruang kelas dan menrobos kerumunan murid-murid yang baru saja melihat dimana kelas mereka berada. Ia menambah kecepatan larinya saat ia mulai melihat ruang kelas yang akan ia tempati selama satu tahun kedepan. Ia sangat bahagia melihat salah satu nama di data tersebut. Siapa lagi kalau bukan,

"Ariiiii!!!!" ucap gadis itu dengan sangat bersemangat dan segera menuju ke arah gadis lain yang ia panggil namanya dengan sangat bersemangat.

"Ya ampun Ta, bikin kaget aja." Kata gadis yang dipanggil Ari itu dengan menutup buku yang ada di hadapannya.

"Aku seneng banget Ri, kita satu kelas lagi. So, kita udah satu kelas selama..." Terlihat gadis itu berpikir sejenak.

"14 tahun." Ucap mereka berdua bersamaan dan mereka pun tertawa bersama. Ini merupakan salah satu pemandangan yang tak jarang ditemui di sekolah tersebut. Bahkan sejak mereka memulai masa orientasi, mereka selalu bersama. Mereka pun memulai pembicaraan seperti biasanya. Mulai dari siapakah teman baru mereka hingga guru kelas mereka.

"Oy, gua sekelas lagi ama luh berdua." Pernyataan yang membuat mereka berdua terhenti dengan seketika.

"Aelah, lo lagi lo lagi." Kata Etta dengan bercanda dan segera merangkul pundak Fiko, lelaki yang telah menjadi teman mereka sejak memasuki sekolah tersebut.

"HAHAHA. Kayaknya emang kita ditakdirkan barengan terus deh." ucap Fiko yang langsung mendapatkan pukulan lumayan keras di atas kepalanya.

"Oh iya Del, masih langgeng aja tuh buku." Kata Fiko sambil menatap buku Della yang terletak di atas meja itu. Buku yang sama yang ia lihat di hari pertama mereka memasuki sekolah tersebut.

"Kan bukunya belum habis Fik, masa langsung dibuang sih. Kan sayang." Ucap Della dan segera memasukkan buku tersebut kedalam tasnya. "Lagiankan..."

"Gambarnya bunga matahari, susah banget cari buku yang gambarnya bunga matahari." Ucap Etta dan Fiko bersamaan. Mereka pun kembali tertawa bersama.

"Nah tuh udah pada tahu alasannyakan." Ya memang Della adalah gadis yang sedikit berbeda diantara yang lainnya. Jika kebanyakan gadis SMA akan memilih bunga mawar sebagai bunga yang mereka favoritkan, berbeda dengan Della. Ia lebih menyukai bunga matahari karena filosofinya.

"Kan lo selalu bilang alasan itu setiap orang lain tanya tentang buku itu. Gimana kita ga bakal tau alasannya coba." Jawab Fiko sambil membenarkan duduknya di depan meja Della dan Etta.

"Oh iya, kalian tau gak? Berita yang lagi tersebar di sekolah akhir-akhir ini?" tanya Fiko sembari membalik badannya ke arah dua temannya itu.

"Mana tau kita, Kan kamu yang selalu update tentang berita-berita di sekolah ini." Jawab Etta dengan sedikit tertarik dengan bahasan yang ada. Memang ada benarnya juga. Fiko adalah contoh lelaki yang enggak mungkin ketinggalan tentang berita di sekolah mereka.

"Katanya ni ya..." ucap Fiko sembari merapatkan tubuhnya ke arah Della dan Etta, "Bakalan ada siswa baru di sekolah ini. Dan hebatnya lagi, dia bakalan masuk di kelas ini. Keren kan?" Lanjut Fiko dan segera di angguki oleh Della. Etta sedikit berpikir tentang omongan itu.

"Bukannya kelas kita itu termasuk kelas yang..." Ucap Etta yang langsung dipotong oleh Fiko.

"Mangkannya itu, gua penasaran sama tuh orang. Soalnya kelas kita kan kelas unggulan, jadi pasti susahkan buat masuk di kelas ini. Herannya lagi, kenapa gua bisa masuk kelas ini coba?" tanya Fiko yang langsung di bully oleh Etta dan Della.

"Nilai Matematika selalu diatas 90" ucap Etta sedikit menyindir.

"Nilai ulangan Kimia yang udah pasti dapat 95" Lanjut Della yang tak mau kalah oleh Etta.

Unhappy SunflowerWhere stories live. Discover now