Hah? Emangnya dia siapa? Kok aku enggak ingat. Batin Alina heran.

“Enggak. Memangnya kamu siapa sih? Setiap aku dekat sama kamu aku merasa nyaman padahal kita baru kenal. Dan anehnya lagi, jantungku berdetak sangat cepat,” Alina sangat merasakan, saat ini jantungnya berdetak sangat cepat.

Lelaki itu menggeleng dengan senyuman yang melekat di bibirnya, “Kamu gak perlu tahu sekarang, Lin. Kamu istirahat aja ya, makan yang teratur. Kalau gitu, aku pulang dulu. Sampaikan salamku untuk Mama kamu.”

Laki-laki itu berdiri lalu mengusap atas kepala Alina seraya tersenyum lalu berbalik. Namun, tangannya ditahan oleh Alina.

Alis lelaki itu mengernyit, “Kenapa?”

Alina melepas tangannya, “Nama kamu siapa?”

Lelaki itu tersenyum bahagia, sangat bahagia. “Alano.” Setelah itu, Alano pergi dari rumah Alina.

“Alano,” gumam Alina. Seketika, kepala Alina terasa berputar-putar. Kepalanya nyeri yang amat sangat.

“ARGHH!! SAKIT!!” Pekik Alina sembari memegang kepalanya.

“ALINA, kamu kenapa?” Mamanya datang dengan tergopoh-gopoh.

“Kepala Alina sakit, Ma,” tak lama, Alina kehilangan kesadarannya.

***

“Sayang, hujan lagi. Gimana dong?” teriak seorang perempuan. Ia berteriak karena hujan deras dan berada di motor.

“Kita neduh dulu ya,“ pacar perempuan itu meminggirkan motornya di sebuah warung kopi.

“Nih, tehnya,” cowok itu memberikan segelas teh hangat lalu memberikannya kepada perempuannya.

“Makasih, Al.” Ucap perempuan itu seraya meminum tehnya.

“Sama-sama, Lin.”

“Kita pulangnya gimana nih? Hujannya deras banget,” Alina, perempuan itu, memeluk tubuhnya sendiri karena hawa yang dingin menerpa tubuhnya.

Alano, cowok itu, melihat Alina yang kedinginan, dengan cepat Alano merengkuh tubuh mungil Alina kedekapannya. Alina hanya tersenyum Alano memeluk tubuhnya.

Tak terasa, ternyata hujan telah berhenti.

Alano menepuk pipi Alina pelan, “Alina, hujannya udah berhenti. Balik yuk?”

Alina mengerjap-ngerjapkan matanya, “Engh.”

“Hujannya udah berhenti ya?” Lanjut Alina. Sepertinya, nyawanya belum terkumpul penuh.

“Iya, sayang. Kamu lapar? Mau makan dulu?” tanya Alano.

Alina menggeleng, “Enggak, aku enggak lapar. Aku mau pulang aja.”

Alano berdiri lalu mengenggam tangan Alina, Alina pun ikut berdiri, “Siap, princess.”

Akhirnya, mereka pulang menuju rumah Alina.

“Makasih ya, sayang atas hari ini, “ Alina memberikan helmnya setelah sampai di depan rumahnya.

Alano mengambil helm itu, “Gausah makasih, sayang. Aku seneng banget kalau kamu bahagia.”

Mereka berdua sama-sama tersenyum. Tersenyum paling tulus.

“Yaudah, aku masuk ya. Kamu hati-hati jangan ngebut.” Ucap Alina.

“Oke! Sampai jumpa besok, sayang,” Alano mencium kening Alina.

Alina mengangguk, “I love you.”

“I Love you more.”

Alano pun pergi dari rumah Alina. Alina pun masuk ke dalam rumahnya.

“Huft,” Alina membanting tubuhnya ke sofa.

“Sayang? Kamu kok basah? Ganti baju dulu sana.” Ucap Mamanya yang tiba-tiba datang entah darimana.

“Tadi, setelah pulang dari dufan hujan, Ma. Aku ganti baju dulu ya, Ma,” ucap Alina lalu berjalan menuju kamarnya. Ia pun berganti baju, setelah itu ia kembali ke bawah.

“Lho, kamu mau kemana? Udah sore, Lin,” Mamanya berucap seraya membawa nampan yang isinya teh manis dan makanan ringan.

“Mau ke taman, Ma. Aku pergi ya,” Alina pergi menuju taman dengan earphone di telinganya.

“Jangan kemaleman ya pulangnya.” Alina hanya mengancungkan ibu jarinya lalu pergi.

Alina Pov

Kalian tau kan aku mau ke taman? kalo gak tau aku kasih tau. Huft, sebenarnya itu aku bosan jadi pergi deh ke taman.

“Kok sepi banget ya tamannya?” gumamku. Ya, tumben sekali taman ini sepi biasanya padat oleh anak-anak dan orang tuanya.

Mataku meneliti satu persatu tempat di taman ini. Rasanya, seperti ada yang berubah. Dan, benar saja ada yang berubah, yaitu ada toko ice cream yang baru.

“Wahh, ada toko ice cream.” Aku berjalan menuju toko itu, karena toko itu berada di sebrang aku harus menyebrang terlebih dahulu.

Kutengok kanan dan kiri. Tidak ada pengendara apapun, jadi aku menyebrang.

“NENG, AWAS ADA MOBIL!!!” teriak seorang bapak-bapak. Entah mengapa, perasaanku tidak enak

Dan tiba-tiba

BRUK

Tubuhku terbentur entah apa itu, kepalaku nyeri, seluruh tubuhku juga nyeri. Entah apa yang terjadi. Tak lama, kesadaranku hilang digantikan banyak orang yang melihat keadaanku.

***

Author Pov

“Trimakasih, Dok. Selamat malam.” Ucap Mama Alina.

“Sudah kewajiban saya, Bu. Kalau begitu saya permisi.” Dokter itu pun pergi. Kemudian, Mama Alina menuju kamar Alina.

“Ma? Aku pingsan?” lirih Alina. Ia berusaha bangun, lalu Rani, Mama Alina, membantu Alina duduk.

“Iya, sayang,” jawab Rani.

“Ma, Lano mana?” Rani tersenyum senang anaknya bisa kembali mengingat hal-hal yang terjadi sebelumnya.

Kata dokter, ini adalah sebuah keajiban yang jarang terjadi di dunia.

Tok tok tok

“Masuk aja,” ujar Rani.

Ceklek

“Alin? Kamu udah baikkan?” orang itu masuk ke dalam kamar Alina lalu duduk di kursi belajar Alina.

“Udah, Lan. Kamu darimana? Aku kangen.”

Alano kaget. Ia kaget, sangat. Karena, setahunya Alina susah untuk kembali mengingat memorinya yang dulu.

Ia bersyukur karena Tuhan telah mempersatukannya dengan Alina kembali.

“Semua itu butuh waktu, jika kita tidak sabar, maka waktu itu takkan tercapai.” ~Alano

“Aku tidak mengerti semua ini, tapi yang aku tahu aku mencintainya.”
~Alina

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Feb 19, 2017 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

The Power Of Love [Event Feb]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt