Dawai Cinta Pertama

140 13 3
                                    

By : Chris Aridita
Wp : JuanJangkrik
.
.
.

Jessen itu pendiam, hanya dirinya dan gitar Itulah dunianya. Jessen suka main gitar disaat hujan turun. katanya Hujan itu sumber inspirasinya. Tatapan tajam, rambut lurus di cepak pendek seperti ABRI, sudah jadi modal yang sangat memadai untuk dikagumi oleh bebrapa gadis. Lebih keren lagi kalau dia ada di panggung dengan Mitchell MD200 Double Cutaway Electric Guitar.

Gitar itu enemaninya kapanpun ia bermain. Senar-senar string itu mengeluarkan melodi yang sangat rapi saat Jessen duduk diatas speaker hitam dan melakukan Typing Technique yang memukau. Siapa gadis SMA yang tidak terpesona dengannya?

***

Semua berawal dari hujan sore itu, rambut Jessen masih panjang. Saat itu ia sudah mengenal musik namun belum mengenal gitar. Seorang diri menunggu hujan karena dipanggil oleh guru BK, tertangkap membawa rokok. Padahal rokok itu titipan temannya, ia memang dibebaskan dari tuduhan apapun namun tetap saja dapat semprotan siang itu. Perutnya sudah kroncongan karena menahan lapar.

Jessen menatapi hujan yang turun dengan deras itu di sekolahnya. Ia hanya bengong sambil memainkan air yang deras mengucur, dengan tangannya. Diakhir tahun kelas IX, ia sering merenung, saat SMA nanti bagaimana hidupnya. Akankah ia mempunyai banyak teman? Atau mengenal yang namanya Cinta?

Saat kau merasa tak bercahaya
Seakan semua kegelapan menyelimuti harimu
Dan kau merasa takkan pernah usai...

Suara itu seperti malaikat, lagu itu menenangkan hatinya. Jessen berjalan pelan mencari dari mana suara itu berasal. Suara yang indah dari lagu Raisa, yang berjudul bersinarlah. Kemudian ia berhenti di ruang musik, disana ada beberapa anak berlatih gitar, piano dan bass.

Seorang gadis bernama Nada sedang bernyanyi, suaranya indah dan hati Jessen langsung luluh melihatnya. Rambut pendek, wajah yang cantik dan kacamata dengan frame hitam. Nada sangat menikmati dentingan piano dari guru musik.

Tersenyumlah percayalah
Bebasakan dirimu bersinarlah
Lepaskanlah keraguanmu
Bukalah hatimu bersinarlah

Jantung Jessen berdebar kencang, ia terpesona sore itu, terpesona oleh kecantikan Nada dan keindahan suaranya. Ia memang selalu melihatnya hampir setiap hari karena kelas mereka bersebelahan. Tapi entah mengapa hari itu ia begitu cantik, mempesona, anggun dan menawan di mata Jessen. Setelah Nada selesai menyanyi ia memandang jendela, Jessen langsung kaget dan berlari dari jendela.

Ia tidak peduli akan hujan, diterobosnya hujan itu, berlari-lari di jalan menuju halte untuk mencari angkot. Ia juga tidak peduli saat semua orang di angkot memandangnya, ia hanya membalasnya dengan senyuman. Hingga akhirnya Jessen sampai di rumah, dilihatnya ayahnya yang berprofesi sebagai head security di sebuah hotel berbintang, duduk santai memainkan gitar akustik sambil menikmati kopi dan pisang goreng.

"PA!" Kata Jessen tegas.

Ayah Jessen menurunkan kacamatanya menatap Jessen agak heran.

"Kamu ngapain hujan-hujan gitu? nanti sakit... Masuk cepet!" Kata Ayahnya kemdian bersiul sambil memainkan melodi lagu 'Diriject Aja' yang dinyanyikan Jenita Janet, dan luar biasanya melodi itu terdengar dengan suasana Jazz.

"Aku Pokoknya! Mau Belajar GITAR! biar bisa kayak papa..."

Melodi yang indah itu berhenti, kemudian Ayah Jessen menatapnya seolah tak percaya.

"Kamu masih waras nak?" Ayahnya jelas merasa heran, karena setiap anak-anaknya diajarkan musik pasti semua mempunyai seribu alasan.

Ayah Jessen memang pemusik handal, kerja sampingannya adalah sebagai pemain musik akustik di Bar dan di Hotel.

The Power Of Love [Event Feb]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz