Awal Dari Semuanya

Start from the beginning
                                    

"Zura, lo minum es krim rakus amat. Takut gue, sumpah"
"Ih. Masih mending rakus, daripada gue enggak makan. Nanti sakit, lo pusing mikirin gue. Ya gak?" Dengan nada sedikit meledek.
"Ribet amat. Serah lu"

Mereka sudah di depan rumah, Zura. Hari sudah mulai malam, dan Raffa langsung pergi meninggalkan rumah, Zura.
Zura memasuki rumahnya, dan menaiki tangga untuk menuju kamarnya.

*batinnya*
'andai aja lo tau, Raf. Hati gue ga bisa gue boongin beneran deh. Gue sayang sama lo, tapi gue takut lo pergi gitu aja setelah tau ini semua"_ ujar Zura, sambil menatapi foto dan barang-barang masa kecil yang ada di depannya.

Part 4

_kriiingggggggggg_

Bel istirahat berbunyi.

"Zura, main perahu yuk di danau?"
"Hah? Serius lo, Raf? Ah mau Ayok!"

Dengan semangat mereka meninggalkan koridor kelas dan langsung ke parkiran menuju danau. Kebetulan, hari ini mereka pulang cepat.

*DANAU*

"Raffa, gue mau naik perahu yang itu dong!" Zura menunjuk perahu berwarna coklat tua dengan gambar dedaunan.
"Iya, tunggu ya gue ambilin dulu"
"Makasih, Raffa!"

Mereka asik bermain perahu, dan Raffa melihat kupu-kupu indah yang hinggap di bunga. Ia berniat mengambil bunga itu dan memberikan nya pada, Zura.

Raffa, menutup mata Zura dan menaruh kan bunga di depan wajah, Zura.
"Wow! Bagus banget Bunga nya. Lo dapet dari mana, Raf?"
"dari mana ya?Dari hati gue, kali" ucapnya sambil menatap ke arah lain.
Pipi Zura, memerah.

Hari sudah mulai, gelap. Mereka pulang ke rumah masing-masing.

Keesokan hari nya, mood Raffa sepertinya tidak begitu bagus.
Mereka selama disekolah, Raffa hanya berdiam dan jarang sekali bicara.

Bel pulang berbunyi.

"Raffa, lo kenapa sih?diem aja dari tadi. Ngambek sama gue?"

Hening.

"Zur gue boleh ngomong sesuatu ga sama lo?"
"Boleh, mau ngomong apa?"
"Jangan disini deh. Ga asik"
"Yaudah yuk, ke cafe zoxo"

Mereka langsung pergi menuju arah cafe zoxo.
Saat mereka sampai, mereka langsung mengambil tempat duduk di dekat jendela. Sehingga jalanan luar terlihat jelas. Kedua nya diam. Tidak ada yang bicara.
Hingga Raffa, membuka obrolan.

"Zura, gue mohon. Lo harus kuat ya! Dengerin apa kata gua! Lo gak boleh nangis oke?"
"Hah? Kenapa emangnya, Raf?"
"Gue mau lo janji dulu?okay?"

Zura mengangguk.

"Zura, gue harus jujur sama lo. Gue bener - bener sayang sama lo. Kita udah sama - sama dari kecil. Mungkin, lo anggep gue sahabat. Tapi, enggak dengan gue, Zur. Gue anggep lo lebih dari itu, gue suka bahkan cinta sama lo. Tapi, maafin gue, zur. Kalo selama kita barengan, gue enggak bisa bikin lo bahagia, gue--"

Ucapan Raffa terputus. Ia bingung harus bagaimana.

"Gue? Gue, apa Raf?!" Tanya Zura, khawatir.
"Gue, harus bener-bener ngelepasin lo kali ini. Gue, harus pergi. Tapi, Gapapa kok kalo lo ga balas perasaan gue" lanjut Raffa.
"Lo? Lo... Mau pergi Kemana? Raffa--" ucapannya terputus, melihat Raffa pergi dari cafe ini. Tak terasa, air matanya mengalir, mengkhianati hatinya yang sudah berjanji pada _sahabat sekaligus lelaki yang sangat amat ia 'sayangi_

Jujur, Zura sebenernya juga memiliki rasa yang sama. Tapi ia, tidak berani jujur. Karena, ia takut rasanya tidak terbalaskan.

Zura, langsung mengejar Raffa. Saat ia sampai di taman, air hujan turun membahasi bumi. Ia langsung menyampari Raffa, yang sedang termenung di bawah pohon rindang.

The Power Of Love [Event Feb]Where stories live. Discover now