Part 3 - Something about True Sadness

Mulai dari awal
                                    

"Mereka sudah bahagia di surga, Lis. Kita sudah menangis hingga hampir membanjiri desa Keele kemarin dan kita sudah berjanji tidak akan menangis lagi." jawab Kay mengalihkan topik.

"Iya, Kay...terimakasih mengingatkanku," Lisette berbaring menatap langit-langit sambil mengerjapkan mata agar urung menangis. "Maaf aku tidur lebih dulu karena aku sangat lelah. Selamat tidur, Kay."

"Selamat tidur, Lis."

Kaytlin masih memperhatikan Lisette sejenak sebelum kembali pada kecemasannya. Meski Lisette berkata bahwa ia sudah dewasa, Kaytlin masih tetap menganggapnya adik kecil yang perlu ia lindungi. Secepatnya Kaytlin harus lepas dari sikap terlalu mengkhawatirkan adiknya itu. Lisette memang sudah beranjak dewasa dan ia berhak belajar untuk menghadapi dunia ini.

Tetapi Lisette memang terlalu cantik...kecantikan rapuh yang menurun dari ibu mereka.

Sejak beranjak remaja banyak pria di desa yang mendekati Lisette mulai dari pendekatan yang sopan hingga kurang ajar. Dan Kaytlin yang selalu ada di depan adiknya untuk menghalau jenis yang terakhir.

Kaytlin anak pertama, dan ia lebih mirip ayahnya. Ayahnya juga tampan dan mewariskan hal yang terbaik pada diri Kaytlin, tapi kecantikan Kaytlin bukan yang digemari di Inggris. Standar kecantikan Inggris adalah rambut pirang, kulit pucat layaknya baru saja berendam sungai Thames semalaman, mata biru dan sifat penurut. Lisette memenuhi semua syarat itu sedangkan Kaytlin tidak. Kaytlin berambut hitam meski ia bermata biru seperti Lisette. Ia juga memiliki tubuh tinggi yang hampir sepadan dengan seluruh remaja pria di Desa Keele hingga semua enggan mendekatinya. Ditambah lagi dengan sifatnya yang terlalu periang dan lebih menyukai percakapan tentang dunia dibanding cuaca. Lelaki tidak suka wanita yang terlalu pintar. Bagi mereka wanita cukup melahirkan anak dan mengurus suami.

Tapi Kaytlin tidak pernah peduli sebelumnya karena ia sudah memiliki Peter. Peter mendekatinya tiga tahun yang lalu saat ia berusia sembilan belas tahun dan akhirnya mereka selalu kemana-mana bersama. Di saat semua mata lebih memandang Lisette dibanding Kaytlin, Peter melakukan sebaliknya. Ia mengatakan bahwa ia lebih cocok bersama Kaytlin dan Kaytlin mempercayainya karena saat itu Peter sudah berusia dua puluh enam tahun. Mungkin di mata Peter, Kaytlin yang berusia empat tahun di atas Lisette lebih cocok untuknya.

Peter tidak pernah mengatakan cinta, tapi Peter adalah cinta pertama Kaytlin dan juga pria yang mendapatkan ciuman pertamanya di halaman rumah seorang tuan tanah yang mengadakan pesta musim panas.

Awalnya ia berpikir hanya Peter yang mau menerima Kaytlin apa adanya.

Hingga peristiwa itu terjadi...

Saat itu salju pertama turun pada hari perayaan Natal di rumah mereka dan tidak ada yang lebih menggembirakan dibanding mendapatkan gaun baru.

Saat itu salju pertama turun pada hari perayaan Natal di rumah mereka dan tidak ada yang lebih menggembirakan dibanding mendapatkan gaun baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaytlin mendapatkan gaun berwarna cream kehijauan sedangkan Lisette biru pastel. Gaun itu sangat sederhana tanpa crinoline, renda, ataupun payet seperti gaun wanita bangsawan, karena seperti itulah gaun-gaun yang dipakai orang-orang yang hidup di desa, tapi kegembiraan mendapat gaun baru begitu tak terhingga bagi mereka berdua hingga mereka tak peduli.

Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang