Hatiku

38 4 2
                                    

Pov Trisna

Pagi hari minggu ini entah mengapa umi menyuruhku mengantarkannya ke rumah sakit. Tapi mau tak mau aku menurut kepada umi.

"Umi, sebenarnya kita mau apa ke rumah sakit? Siapa yang sakit? Bukan umi kan?" Aku semakin khawatir karna umi sejak shubuh tadi sampai detik ini seperti gelisah

"Alhamdulillah umi baik baik saja Tris, hanya saja umi lupa kemarin itu jadwal check up umi"

"Ohh itu umi, ya sudah."

Aku pun mengantarkan umi ke rumah sakit. Sudah menjadi kebiasaan ku kalau aku jalan jalan di taman rumah sakit. Meskipun kecil namun aku senang disini, aku dapat melihat orang orang yang memiliki keinginan hidup yang tinggi.

Andai disini ada Nurmala, aku pasti akan membuat dia tersenyum. Aku senang melihat senyum manis Nurmala. Sungguh bibir manis nan merah itu menggoda imanku

Astagfirullah Tris apa yang kamu pikirkan. Ingat Nurmala bukan siapa siapa kamu. Dia hanya anak kelas sebelah yang kau sakiti gara gara kejadian waktu itu.

"Awwww"

"Astagfirullah suara siapa itu?"

aku segera menghampiri suara jeritan wanita itu. Terlihat di lorong ada seorang gadis berambut panjang hitam terduduk dan merintih kesakitan. Aku pun menghampirinya

"Ukhti tak apa?" aku mencoba mengendong gadis itu kembali ke kursi rodanya. Sungguh terkejut setelah kusadari bahwa gadis itu

"Nurmala?"

"Trisna" dia menunduk seperti malu "terimakasih"

"Sama sama, kenapa kamu pakai kursi roda seperti ini? Apa ini akibat kejadian waktu itu?"

Dia tertawa kecil, mungkin karena melihat seorang Trisna yang selalu cool tiba-tiba gelisah tak karuan.

"Bukan karena kamu. Aku akan jelaskan tapi di taman saja yah. Aku ingin kesana"

"Baiklah Nur"

Akupun mendorong kursi rodanya ke sudut taman kecil rumah sakit

"Kaki ku patah Tris. Aku terjatuh dari tangga di rumahku sepulang dari UKS waktu itu." Dia menceritakan alasan dia menggunakan kursi roda seraya memainkan jari mungilnya

"Mala..." suara wanita membuat kami menengok ke belakang rupanya ibu Nurmala

"Ya bu?"

"Ayo waktunya kamu ke kamar. Eh ada temen yah mal?" ibu Nurmala melihat ku, dia memang wanita yang ramah

"Assalamu'alaikum umi" salamku seraya mencium tangan ibu Nurmala

"Waalaikumsallam nak"

"D Dia Trisna bu, temen sekolah mala"

"Oh, yuk nak Trisna. Tolong antarkan Mala ke kamarnya"

"Iya bu"

Ntah mengapa Nurmala menjadi sedikit pendiam saat ini. Tak seperti biasa dia kan orang yang cerewet mmhhpp

"Ibu tinggal dulu yah"

"Iya bu" Mala terlihat binggung

"Nurmala?"

"I Iya Tris?" dia terlihat kaget ketika aku memanggilnya

"Kamu kenapa? Ada masalah? Coba cerita"

"Ayah Tris" suara dia terdengar parau sekarang. Sungguh hatiku menjadi tak karuan

"Kenapa dengan ayah mal?"

"Ayah pergi dengan sekretaris brengseknya Tris. Dia ninggalin aku sama ibu dengan segala kesakitan ini" dia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan mungilnya

"Aku sekarang tau kalau cinta itu semuanya hanya didasari nafsu belaka. Aku tak mau kenal dengan dia lagi." dia menangis membuat aku gelisah. Dengan cepat aku duduk di atas banker tempat tidurnya tepat disampingnya. Ku raih pundak dia dan perlahan dia menyandarkan kepalanya di pundakku

"Mal, kau harus mencoba tenang. Kamu harus ikhlas. Bagaimanapun dia akan menjadi ayah kamu sampai kapan pun. Istighfar Mal" Entah mengapa hati ku seakan remuk melihat dia menangis tersedu - sedu seperti ini."

***
Sudah sekitar dua jam dia tertidur di banker setelah dia menangis mengerluarkan isi hati nya.

Mal, sungguh manisnya dirimu, meskipun kau tertidur pulas seperti itu, namun wajahmu tetap manis. Andai dirimu dapat kumiliki pasti takkan pernah ku lepaskan. Namun sayang, kita bukan siapa-siapa. Ya Allah, jika Engkau izinkan aku ingin menjadi seseorang yang selalu ada untuk Nurmala kapan pun dan dalam kondisi apapun

Anti fii qolbi daimaan

Antara Aku Dan SahabatkuWhere stories live. Discover now