I saw

72 10 7
                                    

Author's POV

Avenue street kali ini lengang, bangku-bangku taman kosong yang dijatuhi guguran daun-daun tua, sangat cantik.

Dia disini hanya terduduk diam, berkutat dengan novel yang dibawa nya, bacaannya berat.

Setelah  dia membaca beberapa lembar novel nya, dia merasakan hawa dingin yang masuk ke dalam tubuhnya, padahal ini musim gugur, dimana seharusnya matahari tidak ragu untuk menampakkan cahaya-nya. Tapi kenapa? Disini sangat dingin.

Ruam-ruam mulai muncul di tangan-nya, "aku harus segera pergi dari sini" batinnya. Dia pun mulai memperkencang syal yang terkait indah di lehernya agar lehernya tidak tertular munculnya ruam-ruam, ditambah lagi disini sangat dingin, tapi ini musim gugur.

Dia mulai berdiri  dan meninggalkan kehangatan bangku itu, rambut bergelombang nut-nya terkibas akan angin yang datang, rambutnya indah, wajahnya cantik dengan bola mata coklat keemasan yang siapa saja melihat akan hal itu pasti langsung jatuh cinta, badan proporsional yang tinggi semapai bagaikan setangkai bunga dengan batang ramping dan kelopak yang halus, rona wajahnya tergambar layaknya mawar merah muda, raut wajahnya pun terlihat ramah dan baik hati. Sekali lagi, dia sangat cantik, seharusnya dialah orang terbahagia yang pernah ada, seharusnya.

Tapi aku tak pernah tau menau kenapa senyumannya pudar seakan-akan kaus butut yang dicuci dan hilang sablonannya, dulu dia bahagia.


🍂🍂🍂

Dia berjalan dengan langkah pasti meninggalkan bangku taman yang nyaman tapi amat dingin tersebut menuju coffee toffee. Dimana tempat itu sangat menyenangkan baginya.

Dia mendorong pintu masuk dan mengambil tempat di belakang, dia duduk dan tersenyum.

Pelayan cafe pun menghampirinya dan menyunggingkan senyum kepada wanita cantik yang duduk di belakang, apakah senyumnya terpaksa?

Dia lamat-lamat memperhatikan pelayan itu, mungkin pelayan baru, karena dia tak pernah melihatnya sebelumnya, atau mungkin dia pelayan lama yang baru ia lihat karena memang ini kali pertamanya datang kembali ke sini, ke kota ini.

"Coffee?"
"Ohh yaa, one hot chocolate frappe"
"Ok"
Itu sangat singkat, aneh.

"Hmmm, ini sangat enak, seperti biasanya," "aku rindu kota ini,sangat."

Chocolate frappe memang obat ampuh baginya, rasa manis khas chocolate panas dengan whipe cream memang langsung meluncur ke tenggorokannya dengan lancar seperti jalanan yang aspalnya halus dilewati mobil ferrari mahal. Hah sangat sangat sangat meyenagkan berada disini lagi baginya. Dia melihat keluar kaca cafe dan melihat bangku-bangku taman masih kosong, kemana orang-orang? Tidakkah mereka jenuh di rumah? Ini musim gugur, dimana daun dari pohon-pohon sekitar menggugurkan daunnya yang menandakan bahwa mereka pun harus beregenerasi, semuanya tak abadi, daun yang jatuh pun tak selamanya menempati titik jatuhnya, pasti akan terbawa angin yang entah akan membawanya kemana, atau pun tersapu oleh para tukang sapu yang membersihkan jalanan, daun hanya bisa berpasrah, tapi itu tidak berarti apa-apa, karena mereka tak berperasaan, adakah perasaan sepi kala daun yang lain terbawa angin tetapi satu atau dua daun tetap diam di titik yang sama?
Aku rasa tidak.

16.10 PM

Waktu terasa berlalu dengan cepat, chocolate frappe nya telah habis tak bersisa, ruam-ruam ditangannya masih ada, diluar masih sepi, disini pun para pelanggan coffee toffee masih menikmati hidangannya, terlihat sangat bahagia. Haruskah ia pulang sekarang? Dulu, sangat membosankan bila kau semua melewati indahnya sore hari pada musim gugur, dulu, orang-orang berjalan jalan di sekitar kota untuk menikmati musim gugur setiap sore, melepas penat, ataupun jalan-jalan santai bersama keluarga, dulupun ia melakukan hal itu, bersama keluarganya.

Tapi,ia memutuskan untuk bangkit dari mejanya, membawa bil ke kasir dan membayar frappe nya.

Saat ia sedang memasukkan kembalian frappe nya ke dalam tas sambil berjalan menuju pintu keluar, saat mendorong pintu kaca, hatinya berdebar, hatinya berdetak dengan kencang, ada apa? Apakah malaikat maut sudah dekat untuk mencabut nyawanya? Dan dia akan meninggal di depan pintu kaca? Di haru pertama ia kembali? Oh itu sangat tragis kawan.

Saat ia sudah keluar dari pintu kaca coffee toffee, ia merasakan bahwa ada helaian rambutnya yang terangkat.

Saat ia mengangkat wajahnya untuk melihat kenapa helaian rambutnya terangkat dengan sendirinya, atau memang ada seseorang yang melakukannya, jantungnya berdebar, sangat kencang.

Akankah?

Ini seperti pelangi yang datang saat petir sedang menyambar.

"Kenny?"

Dia kembali,dia berdiri di hadapanku, dengan helaian rambutnya yang terdapat di muka tangannya.

Aku melihatnya.

Kembali.

Aku sudah melupakannya, menguburnya dalam-dalam.

Tapi dia kembali

Dia tersenyum.

                          🍂🍂🍂

Heyoha! So guys? Gimana gimana? Is this boring chapter? But ya i try my best

Aku menerima kritik dan saran dengan senang hati 😁😁😁

Don't forget to vote, comment, and share to all of you friends and spread the loveeee ❤️

Thank you

#kensauthor

Our broken home (missin pieces) Where stories live. Discover now