#오 : The Hidden Identity

183 16 5
                                    

"Sehun?" gumam Nara cukup keras saat melihat wajah pria yang baru saja memarkirkan mobilnya di belakang mobil Jongin, di tepi jalan.

"Kau mengenalnya? Sejak kapan?" tanya Jongin dengan ekspresi terkejutnya. Ia menatap wajah Nara di sampingnya dengan penuh tanda tanya.

Nara balas menatap Jongin, "Memangnya kau perlu untuk mengetahuinya?" Jongin mendelik sambil menghela napas kasar. "Aku tidak sengaja bertemu dengannya kemarin, di apartemen Luhan. Tadi pagi aku juga bertemu dengannya."

Pria berkulit putih susu itu berjalan mendekati pria berkulit tan di samping Nara dan gadis itu sendiri.

"Pagi Jongin, Nara-ssi," sapa Sehun hangat sambil mengulas senyuman manis.

"Pagi juga." Balas Nara. Ia menatap Sehun lama dengan penuh perasaan aneh yang memenuhi seisi otaknya.

"Hei, Sehun, kemarin aku dan Luhan mencarimu, tapi kau tidak ada di apartemen. Kau ini ke mana?"

"Aku sedang di rumah sakit kemarin. Seperti kau tidak tahu saja, Jongin," jawab Sehun jujur dengan ekspresi terlukanya. "Aku melihat mobil tuamu ini mogok, lalu aku berhenti."

"Enak saja kau mengatai mobilku ini dengan seenak jidat! Monggu belum terlalu tua. Mungkin dia selesai dibuat satu menit lebih lama dari kelahiranku. Setidaknya mobil kesayanganku ini lebih muda dariku, dan tentu saja itu masih muda, 'kan? Aku benar, 'kan, Nara?" bantah Jongin, ia benar-benar percaya diri. Monggu—nama mobil Volvo milik Jongin—memang sudah berumur, tapi Jongin selalu tidak terima. Sehun tergelak sedangkan Nara sedikit mengulas senyum namun tak kasatmata oleh Jongin maupun Sehun.

"Cukup tua untuk ukuran mobil." Balas Nara dengan ekspresi tak-mau-tahu-nya. Jongin mengerucutkan bibirnya dan kembali berusaha mengeluarkan jurus aegyo-nya yang telah lama ia pelajari dari Sehun.

"Aku hanya ingin menawarkan saja apakah kau ingin pergi ke suatu tempat, aku bisa mengantarmu, Jongin. Kebetulan saja aku masih ada waktu luang karena jam masuk kerjaku sedikit siang."

"Kebetulan sekali. Bisakah kau mengantarkan Nara ke kantornya?"

"Dengan senang hati bisa membantu."

"Baiklah, Nara, sekarang kau diantar Sehun saja daripada repot-repot membuang uang untuk naik taksi," ujar Jongin seraya menyengir dan dijawab Nara dengan dua anggukan menurut.

°°°

Begitu masuk ke dalam mobil putihnya, Sehun menyalakan mesin dan pemanas hingga maksimal. Udara dingin sekali, dan rasanya cuaca yang cukup bagusnya—tadi pagi—sudah berakhir.

Suasana di dalam mobil Sehun juga tak ada bedanya dengan atmosfer canggung di dalam lift tadi pagi. Keduanya hanya saling mencuri pandang tanpa sedikit pun bersuara.

Dengan sedikit ragu, Nara berdeham. "Sehun-ssi, kau bilang kemarin kau di rumah sakit? Apakah kau sedang sakit? Pantas saja aku melihat luka-luka di wajahmu kemarin, dan sampai sekarang masih membekas," tutur Nara. Ia mencoba menatap lawan bicaranya, agar sopan tentu saja.

"Bukan aku yang sakit," tepis Sehun halus sambil mengarahkan pandangannya ke arah Nara sekilas.

"Lalu? Luka di wajahmu itu?"

"Ceritanya panjang sekali. Yang sakit itu bukan aku,"

"Siapa?" desak Nara penuh rasa penasaran yang tiba-tiba datang.

"Ibuku." Sambungnya dengan nada getir dan wajah penuh kegusaran. Ia menghela napas panjang, seolah sangat sulit untuk mengucapkan kata itu.

"Benarkah? Semoga ibumu bisa segera sembuh, Sehun-ssi," ucap Nara tulus.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 11, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

REMINISCING [Sehun EXO]Where stories live. Discover now