"Oh, Miko gitu, loh. Apa sih yang gue gak bisa?"

Mendecih, Skye menuangkan banyak sambal ke dalam mangkuk bakso Miko. Bukannya kesal, anak itu malah bahagia, "Aduh, Sayang, kamu perhatian banget, sih!"

"Paansi, Mik," desisnya sebelum berbalik dan meninggalkan Miko seorang diri.

"Eh, Langit-e, tungguin gue, dong!"

Dengan cepat, Miko meneguk habis baksonya sekaligus jus jeruknya, lalu menyejajarkan langkahnya dengan langkah gadis di depannya.

"Langit-e, lo gak boleh jahat kayak gitu. Kan lo ke kantin sama gue, berarti lo harus keluar dari kantin sama gue juga."

Skye mengernyit tidak suka. "Skye,  bukan Langit-e."

"Oh iya atuh, sip, Langit-e."

Skye mendengus pelan. "Lagian harusnya Langit-i, bukan Langit-e. Gimana, sih, inggris lo jelek banget!"

"Kalo cakep entar lo naksir, lagi!"

Skye menggelengkan kepalanya. "Terserah lo deh, Badass."

Bibir Miko pun membulat sempurna saat mendengarkan panggilan baru untuknya itu. "Eh badass apaan? Kok bagus?"

Lagi-lagi, Skye mendengus, "Badass artinya ganteng gak ketolongan."

Masih dengan senyum tengilnya, Miko menjawab, "Saik, gue badass!"

Senyum miring tersungging di wajah Skye. Sebenarnya dia tidak tahu saik itu apa. Namun, wajah Miko yang sebegitu o'on nya, anak itu yang bersorak bahagia, malah membuat Skye geli.

"Eh, Langit-e, lo ke kelas duluan, ya. Badass mau ke WC dulu hehe... Dadaaah!!"

Mengulum senyuman gelinya, Skye berbelok ke lorong di sebelahnya hanya untuk menabrakkan dirinya pada, yah, Nathan lagi. Sepertinya orang itu ada di mana-mana.

"Eh, maaf, gak sengaja," ujar Skye lalu menunduk dan melanjutkan jalannya ke kelasnya.

Déja vu.

Dua tahun lalu saat semua yang diinginkannya hanyalah kata maaf.

***

"

Mama lo gimana, udah sehat?" tanya Karina ketika jam kosong lima belas menit sebelum pergantian pelajaran berkat jam yang dipercepat sedemikian rupa. "Gue kepikiran, tau."

Skye mengangguk, "Udah, kok. Makasih, ya. Mama udah biasa lagi, di rumah."

Dia sudah berada di kelas, beberapa menit setelah berpisah dengan Miko di persimpangan lorong.

Miko masih di toilet, sepertinya. Entah apa yang dilakukan anak itu.

"Syukur deh, ya." Karina menepuk pundak Skye. "Semoga gak kambuh lagi sakitnya."

"Iy—"

"ANJIR, DI BAWAH ADA NATHAN, BANGSAT!!"

"WAH, ANJING, SERIUS?!"

"IYA, DIA COOL BANGET GILAAA!!" Melisa duduk di tengah kerumunan perempuan itu untuk menunjukkan sebuah foto di ponselnya. "Liat, nih, dia pinggang gue dirangkul!!"

Walaupun kalimat Melisa tidak jelas, tapi semua orang tahu bahwa Nathan berfoto dan berpose merangkul pinggang gadis itu.

Teriakan dan pekikan histeris segera memasuki daun telinga semua penghuni 11 IPS 5. Atau mungkin juga warga kelas lainnya.

"Anying, gue pengen!!" teriak Gaby dengan pekikan tertahan.

Bumi segera menyahut, "Gue juga pengen, nih, Gab. Yok lah, di mana?"

Apaan, sih, Bumi. Ambigu sekali.

Menanggapi kalimat Bumi, Gaby hanya mendelik tajam saja sebelum menarik Natasha untuk berlari menuruni tangga dan menemui Nathan.

Seketika semua cewek di kelas itu hanya tinggal Karina dan Skye yang tidak tahu harus berbuat apa.

Semua cewek di kelas itu, hampir semuanya menjerit histeris dengan kehadiran Nathan, idola mereka. Ada juga segelintir yang merasa biasa saja dan malah menjadi dijadikan korban olah yang histeris.

Skye tersenyum miring.

Bisakah mereka sehisteris itu saat tahu bagaimana aslinya si most wanted, idola mereka itu?

***

9.2.17 😘😘😇😇

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 09, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kelas BuanganWhere stories live. Discover now