BAB 3

131K 5.5K 250
                                    

Banyak yang protes aku hapus adegan hot Re-Mi. Aku cuma bisa gedek-gedek kepala aja.

Kalau ceritaku nanti di block Medkominfo gimana? 


---


REVAN

Aku membuka mataku, namun, kembali menutupnya karena sinar matahari dari celah gorden membuat mataku perih. Kubalikkan tubuhku ke kiri sambil tangan kananku meraba-raba kasur, mencari sosok yang biasanya selalu berbaring di sebelahku. Tapi tidak kutemukan siapapun. Hanya kasur yang terasa dingin yang bisa kurasakan.

Pada saat itu lah aku baru teringat, bahwa saat ini aku sudah pindah ke apartemen. Sejak seminggu yang lalu aku tidak lagi tinggal di rumah bersama keluargaku. Karena itu, tentu saja aku hanya sendirian saat ini.

Seharusnya aku segera bangun dan mandi. Pagi ini ada meeting penting dengan rekanan kerja. Tapi badanku enggan bergerak. Mataku yang akhirnya bisa terbuka, menatap kosong tempat dimana Demi biasa berada.

Kupikir aku tidak akan merasa kehilangan dirinya dengan pindah ke sini. But who am I kidding? Baru sehari saja, aku tidak bisa tidur karena tidak merasakan kehadirannya di sebelahku. Sampai tadi malam saja aku masih gelisah dalam tidurku dan sekarang, aku berharap dia ada di sebelahku.

Sebenarnya apa maumu, Revan?


***


DEMETRA

"Bye Mama!!" seru Dee sambil melambai dan masuk ke dalam mobil bersama ketiga kakaknya. Seperti biasanya mereka berangkat pagi bersama diantar supir keluarga kami, Pak Thamrin. Setelah mereka berangkat sekolah, baru aku membereskan rumah.

Aku masuk ke dalam rumah dan membersihkan sisa sarapan anak-anak. Orang yang biasanya membantuku bersih-bersih belum juga kembali, katanya ibunya sakit, jadi aku sendiri yang merapihkan rumah. Memang lelah tapi setidaknya pikiranku bisa sedikit teralihkan saat melakukannya.

Aku melakukan rutinitasku dengan cepat, menyapu, mengepel, mencuci baju, dan menyetrika. Dulu Revan sering protes karena tanganku jadi kasar karena melakukan semuanya sendiri walaupun ada yang membantu. Tapi aku sangat menikmati pekerjaanku ini. Mengabdikan diriku untuk keluarga.

Selesai menyetrika, aku menyimpan baju-baju ke dalam lemari. Saat menyimpan baju anak-anak. Aku membutuhkan sedikit waktu karena isi lemari mereka sangat berantakan. Mereka selalu mengambil baju asal-asalan walaupun aku sudah menegur beberapa kali.

Setelah itu, aku pun menyimpan bajuku. Ya, hanya bajuku. Tidak ada lagi baju Revan sejak dia memutuskan pindah ke apartemen. Cucianku jauh berkurang karena tidak ada baju miliknya. Karena biasanya baju dia sangat banyak karena dia senang bergonta-ganti baju walaupun hanya di rumah.

Tapi kalau disuruh memilih, aku lebih senang cucianku menumpuk karena bajunya daripada tidak ada sama sekali.

Aku melihat lemari baju kami yang terlihat aneh karena tumpukan baju Revan berkurang banyak. Hanya sedikit yang dia tinggalkan untuk digunakan kalau sedang pulang. Di gantungan baju, baju kerjanya sudah tidak ada sama sekali.

Walaupun dia bilang hanya pindah sementara waktu, entah kenapa aku merasa dia pindah untuk selamanya. Dia tidak meninggalkan barang-barang pribadinya sama sekali di kamar kami. Semua dia bawa. Dia hanya meninggalkan barang yang tidak dia gunakan.

Tanganku kemudian bergerak mengambil kaos rumah Revan yang sudah sangat jelek tapi tetap dia pakai. Kaos yang sejak kami menikah dulu selalu digunakannya. Dari kaosnya aku bisa mencium aroma tubuhnya, padahal kaos itu sudah dicuci tapi aroma miliknya tetap tersisa.

[2] Baby, Dont Cry [SUDAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now