BAB 15

94.5K 5.1K 197
                                    

Ini flashback ya. Jadi POV Demi di waktu yang sama dengan POV Revan di part sebelumnya. Kalau bingung pegangan hihi.


---


DEMETRA

"Pak, saya turun di sini saja" kataku pada Pak Thamrin yang sedang menyetir dengan pelan. Dia kemudian melihatku melalui kaca spion dengan bingung.

"Loh, kenapa Bu? Ada yang tertinggal?"

"Iya"

"Saya putar balik saja kalau begitu"

"Tidak usah Pak. Saya jalan saja. Bapak antar anak-anak ke rumah orang tua saya"

Aku melihat Dee dan Rion yang sudah tertidur pulas di bangku belakang. Livie yang duduk disampingku sudah hampir tertidur tapi matanya kembali terbuka lebar karena mendengarku.

"Mama mau ambil apa?" tanya Devan yang duduk di depan, di sebelah Pak Thamrin.

"Ada yang kelupaan. Sudah Pak. Berhenti di sini saja"

Pak Thamrin pun meminggirkan mobil dan berhenti. "Beneran Bu tidak apa-apa jalan malam begini?" tanya Pak Thamrin cemas. "Saya antar saja. Kan masih dekat"

"Ga perlu. Repot kan bolak balik"

"Memangnya Mama ga ikut kita pulang?" tanya Livie bingung

"Kalian duluan saja ke rumah Opa dan Oma. Nanti Mama susulin ke sana"

"Apa sih yang ketinggalan? Tadi kayanya semua barang udah dibawa" Livie terlihat semakin bingung.

"Ada. Sesuatu yang berharga"

Aku dapat melihat bayangan Devan di cermin yang duduk di kursi depan tersenyum lebar mendengar ucapanku. Sepertinya dia mengerti apa yang kumaksud.

"Ya, udah. Mama hati-hati ya" kata Devan terdengar senang. "Yang ketinggalan jangan lupa di bawa pulang ke rumah"

Aku pun tertawa kecil mendengar ucapannya. Livie dan Pak Thamrin melihat kami bingung. Mereka belum bisa mengerti apa yang aku dan Devan bicarakan.

"Mama balik ke rumah Papa dulu ya" kataku sambil membuka pintu mobil. "Dev, jagain adik-adik kamu. Jangan bikin repot Oma dan Opa ya"

"Iya" jawabnya dengan senyuman lebar

Aku pun segera keluar dari mobil. Setelah itu Pak Thamrin pergi meninggalkanku. Aku menyelimuti tubuhku dengan selendang yang kubawa dan berjalan kembali ke rumah yang baru saja aku tinggalkan.

Sambil berjalan aku pun kembali memikirkan semuanya kembali. Memastikan hatiku memang sudah siap untuk ini semua. Aku jadi teringat kembali kejadian beberapa hari lalu di kantor Revan. Kejadian yang membuatku semakin yakin untuk melakukan hal ini.

Saat mendengar pernyataan cinta Disha, sebenarnya aku sudah mau pergi tapi kemudian aku tersadar kalau aku tidak bisa terus melarikan diri dari permasalahan ini. Saat aku menginjakkan kaki di kantor itu, aku sudah bertekad akan memperbaiki pernikahanku. Memberikan Revan kesempatan lagi untuk menunjukkan kesungguhannya padaku dan anak-anaknya.

Akhirnya aku pun mendengarkan penjelasan Disha mengenai kejadian malam itu. Setelah mengetahui kenyataannya aku benar-benar terkejut. Aku tidak menyangka kalau selama ini aku sudah menuduh Revan yang tidak-tidak. Ternyata dia memang tidak pernah mengkhianatiku. Dia benar-benar setia padaku.

Karena hal itu aku menjadi malu pada diriku. Aku malu karena sebagai istri aku tidak memercayai ucapan suamiku sendiri. Dia sudah berulang kali mengatakan tidak berselingkuh dan mengatakan betapa dia mencintaiku, tapi aku tidak pernah mau mendengarnya. Aku menganggap semua ucapannya adalah kebohongan semata.

[2] Baby, Dont Cry [SUDAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now