BAB 1

175K 6.3K 390
                                    

Kalau di Prolog kalian masih baca yang ada adegan Revan dan Demi begituan, artinya kalian baca yang versi lama. Buat baca yang baru, lakukan langkah yang aku jelasin di bab sebelumnya. 

Bedanya apa yang versi lama sama baru? Bedanya yang baru ga ada adegan kaya gitu. Hahaha.


---


DEMETRA

"Ma, kok Papa belum pulang juga?" tanya Dee padaku yang duduk di sebelahnya di ruang TV. Seperti biasa, malam ini aku dan keempat anakku duduk bersama di ruang TV menikmati acara keluarga. Menikmati saat-saat berharga bersama dengan keempat anakku yang sudah tumbuh besar.

Aku mengelus rambut putri bungsuku dengan lembut sambil tersenyum. "Papa lagi banyak kerjaan di kantor. Tadi nelepon Mama, katanya kita tidak perlu menunggu Papa pulang. Karena Papa pasti pulang malam."

Gadis kecilku pun mengerucutkan bibir sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Papa sekarang sibuk mulu. Ga pernah lagi main sama kita," protesnya untuk kesekian kalinya belakangan ini yang membuatku tersenyum tipis.

"Iya, setiap libur juga selalu kerja. Emangnya Papa kerja apaan sih, Ma?" tanya Rion yang duduk di karpet sejak tadi dengan Devan sambil bermain catur.

"Papa itu yang buat mobil," jelasku dengan lebih simpel pada anak ketigaku.

"Papa montir ya, Ma?" tanya Rion lagi dengan polos yang membuatku tertawa.

"Papa itu direktur utama perusahaan otomotif, bukan montir, Rion!" seru anak lelaki tertuaku, Devan, sambil mendengus.

"Direktur itu apaan Kak?" tanya Rion yang masih penasaran.

"Direktur itu yang punya perusahaan."

"Perusahaan itu apa?"

"Kamu katanya udah mau naik kelas 1, masa gitu aja ga tau?" seru Devan sedikit kesal. "Perusahaan itu tempat orang kerja."

"Oh, kantor!" seru Rion akhirnya mengerti maksud Kakaknya sejak tadi.

"Iya."

"Bilang dong dari tadi!"

Aku pun tertawa geli melihat tingkah kedua anak lelakiku yang selalu saja bertengkar. Keduanya memang selalu membuat suasana di rumah ramai dengan pertengkaran tapi sebenarnya mereka berdua sangatlah akrab. Namun, cara mereka menunjukkan sayangnya adalah dengan terus menerus berdebat mengenai segala sesuatunya.

Anak lelaki pertamaku dan Revan, Altair Julio Devan sudah berumur 9 tahun dan duduk di kelas 5 SD. Devan anak yang cerdas dan meskipun baru berumur 9 tahun, tapi sudah sangat dewasa. Devan memiliki sifat yang pemberani dan berjiwa pemimpin. Dia juga sangat popular di sekolahnya, selain karena sifatnya juga karena Devan mewarisi wajah tampan papanya. Dia benar-benar mirip Revan dalam soal penampakan dan juga sifat.

Anak kedua kami, Livana Aprily Devan. Putri pertamaku yang berusia 7 tahun. Livie yang sudah kelas 3 SD tidak banyak bicara seperti saudaranya yang lain, tapi dia selalu memperhatikan apapun yang terjadi di sekitarnya. Livie anak yang lembut dan santun juga sangat feminim, sangat berbeda denganku yang hingga sekarang pun masih sangat cuek sekali. Aku sendiri bingung kenapa Livie sangat berbeda denganku atau Revan. Karena jelas, kami berdua tipe yang banyak bicara.

Orion Febriand Devan, anak ketiga kami yang berumur 5 tahun dan sangat terkenal di TK dan dimana pun karena keusilannya. Rion anak yang ceria dan sangat aktif, tapi banyak yang salah mempersepsikannya hingga mengira dia anak nakal. Padahal dia hanya anak lelaki lucu yang keingintahuannya besar dan tidak takut akan apapun. Kata Revan, Rion persis dengan dirinya saat masih kecil dulu.

[2] Baby, Dont Cry [SUDAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now