1

12.3K 539 18
                                    

Mata tajam itu masih menatap 5 gundukan tanah di pemakaman yang dihiasi dengan langit senja, sudah 2 jam lebih dia berada disitu, sudah tak terhitung lagi berapa butir air mata yang dia keluarkan, mata sembamnya tertutup oleh kaca mata hitam yang bertengger manis di hidung mancung idaman setiap wanita, dia tidak histeris seperti dahulu saat kehilangan mereka, dia tidak lagi meratap sambil memeluk nisan dan gundukan tanah tersebut, kali ini dia terlihat anggun dalam diam merasakan kembali kesedihan dan rasa sakit itu.

"Sudah 10 tahun, ara pulang semuanya" bisiknya lirih. Tak banyak kata yang terucap dari bibir merahnya, karna dia lebih memilih menumpahkan rasa rindu melalui air mata, air mata kebahagiaan dan rindu karna mampu berdiri kembali dihadapan mereka sekalipun dalam kondisi yang tidak ia harapkan.

***

Sementara disisi lain tak jauh dari ara, berdiri seorang pria berjongkok sambil mengecup nisan yang tertulis nama wanita yang sangat ia cintai, rutinitas setiap senja yang tidak pernah ia lewatkan selama hampir 10 tahun terakhir, sesibuk apapun dirinya dia selalu meluangkan waktu untuk berkunjung ke makam calon istrinya.

Dia akan berdiam diri lama seperti bercerita tentang apa saja yang telah dia lewati tanpa dirinya disamping hidupnya.

Tiba-tiba lamunanya terhenti karna tangan kokoh menyentuh pundak kanannya,ia melihat kearah tangan tersebut dan mendesis pelan karna tau persis tangan milik siapa yang berani merusak keromantisannya dengan wanita pemilik hatinya.

"Abb nyokap nyariin elo, elo pulang dari perjalanan jauh bukannya sungkem dulu ma nyokap malah ke tempatnya ica" ucap atta cuek tanpa peduli dengan abbad pria yang menjadi sahabatnya sejak kecil. Sadar ucapannya tidak diperdulikan dia menggeleng - gelengkan kepalanya tidak habis fikir dengan kelakuan sahabatnya ini jika sudah berada dimakam, maka dunia serasa milik abb.

"Heh buluk, gue itu ngomong sama elo, nyokap elo kasian udah nungguin, rindu berat sama anak bujangnya ini" celoteh atta sambil mengajak abb untuk berdiri.

Butuh kekerasan dan mental baja untuk menghadapi abb saat sedang seperti ini, dan itu hanya bisa dilakukan oleh atta, sudah tak terhitung lagi berapa umpatan dan makian yang abb tujukan untuk atta.

Bagi atta setiap makian dan umpatan yang keluar dari mulut abb adalah bentuk protes dan kesepian hatinya, sekaligus mampu mengurangi setiap dosa yang pernah atta lakukan, prinsip yang aneh tetapi ampuh.

***
"Maaf bu olin, kami terlambat menjemput prof ara" ucap jihan penuh penyesalan. Sementara wanita di hadapannya sibuk mondar mandir sambil terus menggunakan ponselnya tak menghiraukan ucapan jihan.

"Akhh harusnya gue curiga dari awal sama rencana dia buat terbang duluan" ucap olin kesal, dia duduk sambil bersandar pada sofa dan memijit pangkal hidungnya.

" jihan ini bukan salah kalian, prof ara memang orang yang sulit ditebak, dan menghilang seperti ini memang sudah menjadi keahliannya" jelas olin dengan mata terpejam.

Olin tidak marah pada jihan tidak juga pada ara, dia hanya khawatir karna bagaimanapun juga memutuskan pulang ke indonesia setelah sekian lama menghilang adalah hal sulit bagi ara, terlebih dengan penyakit yang selama 10 tahun ini dia derita.

Olin faham ara membutuhkan waktu untuk sendiri sebelum dia memulai harinya disini, sebenarnya hanya beberapa minggu mereka akan berada di Jakarta, karna selebihnya ara memutuskan untuk tinggal di Jogja dan mengembangkan usahanya disana.

"Jihan saat nanti mendampingi prof ara jangan lupa semua hal yang berkaitan dengan dia harus kamu perhatikan, paham" lanjut olin sambil menatap serius kepada jihan.

Sementara jihan mengangguk mantap " jangan pernah membiarkan prof ara sendiri, tidak bisa duduk didepan, harus selalu menyetel musik klasik atau musik yang menenangkan, tidak boleh terlalu capek, minum obat setiap 12 jam sekali, tidak boleh naik motor, dan berusaha untuk menghindari kecelakaan yang berada dijalan" jawab jihan mantap.

Olin tersenyum sambil mengangguk "intinya jangan sampai membuat prof ara mengalami ketakutan dan stres"

Jihan kembali mengangguk mantap, bagi jihan mendapat tugas menjadi asisten pribadi ara adalah sebuah kehormatan karna dia memiliki kesempatan untuk membalas kebaikan kepadanya, karna tanpa ada yang mengetahui bahkan termasuk ara sendiri, bahwa sesungguhnya ara adalah dewi penyelamat bagi dirinya dan juga keluarganya.

***

"DIA" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang