Dua

52 14 13
                                    

Sebelumnya di Satu

"Aduh gila, kapan kelarnya ini?"

"Saya bantu ya?" Anastasha yang muncul dari belakang Maria membuatnya kaget setengah mati.

"Kok kamu bisa masuk?!"
。。。。。。。。。。。。。。。。

"Kamu tidak kunci pagar dan pintunya, jadi saya masuk," jawab Anastasha

"Ah masa sih? Kalo pintu iya ga dikunci, tapi perasaan kalo pa-" Maria berhenti bicara ketika melihat pagar yang memang terbuka.

"Yaudahlah, emang perasaan aja kali tadi dah dikunci. Kamu duduk aja dulu, biar aku bikinin minum," tawar Maria.

"Iya"

Maria pun pergi ke dapur dan menyiapkan teh untuk Anastasha, setelah tehnya siap, ia membawanya ke ruang tamu tempat Anastasha menunggu.

"Sorry lama, tadi nyari gu-" kembali omongannya dihentikan, lalu lanjutnya, "-la. Kok bisa rapih ruang tamunya?!"

"Iya tadi saya membereskan ruang tamu ini,"

"Tapi aku bikin minum ga ngampe lima menit loh!"

"Saya membereskannya juga tidak sampai lima menit,"

Terjadi keheningan dalam ruangan tersebut. Maria masih memegang teh panas di tangannya.

'Ada yang aneh ama ni orang' ungkap Maria dalam hati.

"Jadi, karena ruang tamunya dah beres, terus dapur juga tinggal nata - nata barang, mending kita nonton film aja!"

Kemudian Maria mengambil laptop dan flashdisknya.

"Nih ya, di flashdisk ini ada banyak film bajakan. Lu, eh, kamu tau kan film Born to Kill? Aku udah punya bajakannya! Padahal baru muncul di bioskop dua hari yang lalu!"

Sembari menonton film tersebut, mereka memakan cemilan yang telah disediakan Maria.

"Sayang sekali di Born to Kill 3 Alexa terbunuh," ucap Anastasha tiba - tiba. Yang ia katakan membuat Maria menengok ke arahnya.

"Bukannya film yang ada baru Born to Kill aja ya? Emang sampe 3? Kamu tau dari mana?"

"Saya membacanya"

"Yah, kalo itu mah cuma perkiraan fans doang. Kan banyak yang ga suka sama Alexa, banyak fanfic yang isinya Alexa dibunuh loh,"

Suara jam tua di rumah tersebut berdentang delapan kali. Tanda waktu sudah menunjukan jam delapan malam.

"Wah, udah jam 8 nih. Maaf ya, bukannya ngusir, tapi kamu kayaknya harus pulang deh,"

Maria mengantar Anastasha sampai ke depan jalan raya, dan kemudian ia kembali ke rumah. Setelah itu Maria langsung beristirahat. Namun keesokan paginya...

"Hmm... wangi apa ini? Kayak wangi masakan mama,"

Sesaat setelah mencium aroma masakan itu, dia menyadari, ada suara aduan spatula dengan wajan di dapurnya.

"Anastasha?"

"Selamat Pagi."

"Emang aku lupa kunci gerbangnya lagi ya?"

"Iya"

*Tin tin*, terdengar suara motor yang dikenalnya di depan pagar.

"Lah? Kayak motor Josh! Emang ini dah jam berapa?" Waktu menunjukan pukul 06.30 WIB. Setelah menyadarinya ia langsung menghampiri Josh, sepupunya.

"Josh! Gua belom mandi! Tunggu sepuluh menit lagi ya!" Kemudian ia mengambil handuk dan langsung bergegas mandi.

Josh's POV

Wangi amat ni masakan. Kayak masakannya tante.

Aku masuk ke dalam rumah tersebut, dan melihat seorang perempuan dengan seragam yang sama seperti Maria. Itu menandakan bahwa aku satu sekolah dengannya. Tapi sepertinya aku belum pernah bertemu dengannya.

"Kamu siapanya Maria?"

"Saya teman sekelasnya"

"Anak baru?"

"Iya."

"Salam kenal, gw Josh. Kita satu sekolah loh,"

"Iya, salam kenal!"

Author's POV

Maria yang sudah berseragam rapih melihat mereka berdua.

"Udah kenalan? Dia baik banget loh, Josh. Kemaren dia yang bantuin beresin rumah."

"Lah gw kira si Reina. Terus sekarang dia yang bikinin lu sarapan?"

"Saya memang suka masak," ujar Anastasha

"Btw, kita boti nih?"

"Oiya... lupa gua"

Keheningan sempat terjadi. Namun waktu tetap berjalan. Mereka pun berangkat dengan satu motor.

Sumpah bagian 2 ini emang ngebosenin. Tapi kalian bisa baca cerita selanjutnya setelah ini.

Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: Apr 30, 2017 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

DifferentKde žijí příběhy. Začni objevovat