part 18 hukuman hari pertama

Zacznij od początku
                                    

"Enggak sih."

"Nah terus?"

"Ya, gitu."


"Lah? Gimana Ra! Muter-muter deh kamu nih," sahut Raya terdengar jengkel dari seberang telepon.

Utara terkekeh sambil menggaruk tengkuknya. Rasa marah yang tadinya mendominasi kini menguar sedikit demi sedikit walaupun hanya sebentar mengobrol dengan Raya. Berbicara dengan teman dan mengeluarkan unek-unek memang cara terbaik meringankan pikiran.

"Udah. Besok aja aku ceritain. Ngabisin pulsa. Kan sayang," ucap Utara menyudahi.

"Iya deh Nyonya irit. Janji ya besok ceritain?" balas Raya mengancam.

"Hm.. " jawab Utara. Kemudian sambungan telepon dari Raya terputus.
Utara memandang butiran benang-benang air hujan yang semakin lama semakin memburamkan kaca jendelanya. Lamunannya melebar luas hingga berhenti pada saat sebelum ia pindah ke rumah tempat ia tinggal sekarang. Satu tarikan ujung bibirnya tersungging untuk beberapa saat ketika hujan mulai turun semakin deras hingga menenggelamkan semua suara.

Author POV
07:30
Suara bel masuk menggema di sekolah Raya Wasita. Keina berlari sekuat tenaga masuk ke dalam gerbang yang mungkin beberapa detik lagi akan tertutup sempurna. Hari senin menjadi hari mengenaskan bagi semua siswa dimana mereka akan berdiri dibawah sinar matahari yang memungkinkan untuk menguapkan minyak wangi yang mereka bekaskan di setiap inchi pakaian.

Lapangan upacara mulai dipenuhi manusia dengan berbagai celotehan mereka. Keina merasa lega karena ia selamat dari hukuman Pak Waris yang galaknya bisa menandingi guru Fisika sewaktu-waktu. Ia berjalan santai di koridor kelas dengan sedikit sudut bibirnya tersungging manis. Matanya menjuru ke segala arah menikmati pemandangan senin pagi yang begitu menggelikan.

Diujung sana dekat dengan gerbang terlihat seorang siswa berkacamata tengah berlari sekuat tenaga untuk menghindari beberapa detik lagi tertutupnya gerbang. Di sebelah lapangan juga terlihat beberapa siswi dengan terburu menuju barisan upacara dengan ligat. Di barisan depan lapangan terlihat anak-anak OSIS yang mencoba mendisiplinkan teman-temannya untuk segera berbaris rapi. Ada beberapa siswa yang bahkan tidak peduli dengan waktu tengah berjalan santai menuju lapangan, termasuk Raya. Seorang siswi tengah berlindung di balik tong sampah yang cukup besar untuk menutupi tubuhnya entah dari siapa. Keina hampir tertawa setelah ia menemukan bahwa ia mengenal siswi tersebut.

"Princess?" Keina menyipit memandang seorang gadis yang berjongkok di belakang kotak sampah kotak berwarna biru. Utara menoleh kaget. "Princess?" ulang Keina mencoba meyakinkan penglihatannya.

Utara menegakkan badannya kembali setelah mendengar sebuah panggilan. Ia memandang Keina memelas sebelum kemudian berlalu pergi menjauh ke arah barisan upacara.

"Princess!!!" Keina berlari mengejar Utara dan menghadangnya dengan tangan yang ia rentangkan lebar-lebar.

Utara berhenti dengan kesal. Ia menyadari gelagat berbeda dari orang-orang di sekitarnya sejak pertama kali memasuki gerbang. Sebelumnya Utara bukanlah anak yang berada di deretan anak-anak populer hingga kemudian saat ini mungkin Ia telah berada di urutan teratas, trending topic. Mungkin sebagai 'orang yang tadi malam,' atau 'anak penghianat' atau 'pacar Gaza' mungkin? Yang pasti Utara terlalu menyadari perbedaannya.

Utara berusaha menggeser Keina yang mencoba menghalangi jalannya. "Minggir lo!" kata Utara jengkel. Semua kejadian semalam juga termasuk campur tangan Keina. Jadi, wajar saja jika saat ini Utara kesal padanya.

Mata Angin (UTARA)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz