13. Bimbang

616 59 3
                                    

*comment & vote woi!! Hehehhe✌*

"Tanpa kamu sadari sesuatu yang membuatmu ragu ialah sesuatu yang sering kamu pikirkan. Sedangkan sesuatu yang kamu pikirkan, ialah sesuatu yang selalu ingin kamu wujudkan.  Lalu, jika aku memikirkanmu, apa aku ingin mewujudkan cerita bersamamu?"


Kebahagiaan dapat dirasakan ketika kau bersyukur dengan pemberian oleh Tuhan. Ketika kau bersyukur, Tuhan bahkan menambah kadar kebahagiaanmu. Meski tidak selalu Ia berikan, bukan berarti Ia pilih kasih, namun karena Ia menguji seberapa besar ketabahanmu. Jika ketabahanmu lebih besar daripada nafsumu, maka Tuhan akan memberikan yang lebih untukmu.

Ketika kau berdoa meminta sesuatu pada-Nya, lalu Ia belum mengabulkan, bukan berarti Dia tidak berkenan, namun Dia memberikan jawaban doamu di saat kau benar-benar membutuhkannya, bukan sekedar menginginkannya untuk sekejap, lalu kau buang.

Kebahagiaan dapat kau temukan saat kau mampu meresapi kehidupan seseorang. Menyenangkan atau tidak. Bahagia atau tidak. Sulit atau tidak. Yang pasti, saat kau meresapinya, dirimu akan tahu bahwa Tuhan menciptakanmu tidak dengan cara mudah.

Jika Tuhan mengirimkanmu kekayaan jiwa, harta, kesehatan, bukan berarti Tuhan menyuruhmu untuk semena-mena. Akan tetapi, menyuruhmu untuk melihat ke belakang, bahwa hidupmu lebih indah daripada orang yang berada di belakangmu.

Kurang baik apa Tuhan hingga memberikan apapun yang kita minta, tapi yang perlu di pertanyakan, apa kita sudah mengucapkan terima kasih untuk-Nya?

R E U N I

Hujan turun deras saat pagi tiba, membuat mentari lamban datang untuk mengusir mendung. Hujan membuat seorang gadis terjebak dalam satu ruang. Hujan membuat matanya harus bertemu pandang seseorang. Hujan membuatnya tidak bisa menolak permintaan sang Ibu. Hujan membuat gadis itu mendengus pelan di  awal pagi. Semua sebab hujan. Hujan yang mengawalinya.

"Hujan kok enggan berhenti, ya?" tanya seorang gadis di tepi meja makan.

"Kamu bareng Obi saja, Zu. Sekalian hemat ongkos, Lagian hujan begini kamu mau naik apa?" sambut Ibu.

"Apa, Bu?" balas Aika spontan. Ia cukup kaget dengan perintah sang ibu, bagaimana bisa, perang dingin antara dirinya dan sang kakak belum kunjung usai, dan sang ibu langsung menyuruhnya untuk melebur bersama sang kakak. Bagaimana sikapnya nanti ketika duduk di samping sang kakak yang masih tetap dingin itu?

"Kamu kenapa kaget?" tanya sang Ayah.

"Azzu tidak kagek, kok, Azzu lebih enak sendiri saja. Bisa berabe kalau dilihat temen-temen."

"Lho, kenapa, Zu? Obi kan Kakak kamu." jawab sang ibu nampak curiga.

Gadis itu terdiam sebentar, dia malas untuk berdebat. Di meja ini hanya berisikan dirinya, sang ayah, ibu, dan tentu saja Obi. Dia malas untuk berdebat, apalagi melihat wajah sang Ayah yang masih penuh dengan tatapan menyelidik.

"Iya, Azzu ikut Kakak saja, deh!"

Gadis itu mengalah, untuk kesekian kalinya. Ia bertaruh, jika ia tetap memaksa pergi sendiri, sang Ayah akan bertanya-tanya, lalu akan kembali menyelidiki tentang dirinya sampai ke ujung-ujungnya.

Hujan semakin deras, mereka berdua semakin terkunci di dalam mobil. Obi yang fokus menyetir, dan dirinya yang memalingkan wajah ke arah samping. Mereka benar-benar terjebak, haruskah gadis itu mengakhiri permusuhan atau Obi yang  harus memulai lebih dulu pembicaraan?

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang