10. Sebuah Harapan

882 68 18
                                    

WARNING!!
Dengar lagu di atas
biar ceritanya rada nyambung. Dan vote dan comment cerita ini.

.....

"Terkadang harapan itulah alasan membuat seseorang berpikir, mengapa ia perlu berjuang."


Seseorang pernah berkata, jangan pernah terlalu berharap. Sebuah film pernah mengatakan, terkadang harapan sering tidak sesuai dengan kenyataan. Adapun pesan yang pernah tersirat dalam sebuah fiksi bacaan, jika terlalu berharap, maka harapanmu lah yang akan meruntuhkanmu. Tapi, bagi seorang yang tengah berjuang hidup, harapanlah yang membuat mereka terus berjuang untuk sesuatu yang mereka harapkan. Namun, berharap tanpa usaha sama saja dengan mengukir di atas besi. Tak akan pernah berhasil.

Seperti hal yang terjadi pada gadis yang tengah terbaring di ruang tidurnya, Ketika bulan berjinjit dengan tenang untuk ke langit yang kian meredup, ia malah mendengar celoteh panjang hingga membuatnya terpaksa menulikan telinga untuk sementara waktu. Ya, sudah tiga hari gadis itu izin tidak hadir dalam proses belajar. Ada rasa rindu akan sekolah itu, bukan karena pelajarannya atau murid yang berada di dalam lingkungan sekolah itu. Namun karena rasa ingin bebas setiap waktu, kapan pun yang ia mau. Di samping itu, ia pun bosan dengan suasana kamar yang mencekam seperti saat ini. Yang di mana ayah, ibu, serta Obi kini hadir di tengah ruang tersebut. Apalagi jika bukan menasehati puteri mereka yang bersih kukuh dengan pilihannya.

"Zu, kamu tidak capek begini terus! Ayah capek tahu kalau kamu sakit gara-gara ulah kamu sendiri. Sudah tahu kelemahan kamu apa, tapi kamu masih keras kepala! Apa, sih, yang kamu mau itu? Ayah sudah bilang berkali-kali, berhenti mengikuti kegiatan kamu yang bar-bar itu! Untuk apa!? Tiap hari tanding basket, dikit-dikit tanding karate, mau jadi preman kamu? Terus apa gunanya juga kamu ikut band gak jelas itu, hingga kamu mati-matian kumpulin uang untuk beli gitar. Jadi penyanyi juga enggak! Bandel, tuh, jangan dipelihara! Kecerdasan kamu yang harus dipelihara!" bentak Ali, ayah gadis itu. "Ayah tidak minta piala kamu! Ayah hanya ingin kamu berhenti dari kegiatan tersebut dan jadi anak Ayah yang penurut. Ayah cuma ingin itu saja! " sambungnya.

Gadis itu terdiam sejenak, "Tapi Azzu suka, Yah." lirih gadis itu.

"Suka apa? Suka cari mati!? Kamu tahu enggak, hidup ini mahal! Kalau kamu sia-siain saja, nggak ada guna! Kamu tahu, banyak orang yang tengah berjuang untuk hidup! Tapi kamu lupa kalau hidup itu susah! Apa kamu anggap, jika kamu mati akan ada kehidupan kedua!?" Ali benar-benar meledak kali ini. Di belakangnya, sang istri sibuk menenangkan suaminya yang tengah tersulut amarah.

"Yah, sudah, Azzu sedang sakit. Sudah ya! Kita bicara baik-baik saja."

"Enggak bisa, Bu! Azzu ini harus dimarahi dulu baru ngerti! Ayah sudah bilang, tapi dia bangkang." ucap Ali seraya mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Besok Ayah akan ke sekolah Azzu, Ayah mau beritahu sama kepala sekolahnya. Mulai minggu depan Azzu tidak usah ikut pelajaran olahraga sampai seterusnya, biar saja nilai praktiknya diganti dengan nilai teori saja."

Aika yang mendengar hal itu tersentak kaget. Bagaimana reaksi murid di kelasnya nanti? Bahkan susah payah ia menutupi rahasianya, malah harus terbongkar begitu saja karena sang ayah yang sangat ketat memberi aturan. Gadis itu kini ketakutan, takut jika semua orang menjauhinya. Takut, jika semua orang mengejeknya.

"Ayah, Azzu mohon jangan laporin kepala sekolah, Yah! Ayah sudah janjikan nggak akan beritahu mereka." rengek gadis itu.

"Ayah memang pernah berjanji, tapi karena kamu melanggar janji, Ayah pun bisa juga melanggar janji Ayah."

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang